Panusunan Siregar (2)

Denpasar (Metrobali.com)-

Subsektor tanaman pangan yang meliputi padi dan palawija (NTP-P) di Bali perannya naik sebesar 1,53 persen dalam pembentuk nilai tukar petani (NTP) dari 94,34 persen pada September 2014 menjadi 95,78 pada Oktober 2014.

“Meskipun mengalami kenaikan, namun masih di bawah 100 yang berarti pengeluaran petani untuk konsumsi rumah tangga maupun usaha pertanian masih lebih tinggi dibandingkan dengan nilai produksi,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Rabu (5/11).

Ia mengatakan, peningkatan NTP tersebut berkat kenaikan indeks yang diterima petani (It) sebesar 1,74 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani (lb) sebesar 0,20 persen.

Kenaikan indeks yang diterima petani didorong oleh bertambahnya indeks pada kelompok palawija sebesar 2,54 persen yang disebabkan oleh naiknya harga ubi kayu (ketela pohon) sebesar 3,44 persen.

Demikian pula kacang tanah naik 0,62 persen, ubi jalar 3,44 persen, dan jagung naik 0,54 persen. Sedangkan kelompok padi-padian mengalami kenaikan indeks 1,43 persen yang disebabkan oleh naiknya harga gabah di tingkat petani.

Panasunan Siregar menambahkan, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani Bali pada bulan Oktober 2014 mengalami kenaikan sebesar 3,31 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Demikian pula di tingkat penggilingan terjadi kenaikan sebesar 3,21 persen. Harga gabah tersebut berada di atas harga patokan pemerintah (HPP) yakni di tingkat petani sebesar 4.091,44 per kilogram dan ditingkat penggilingan Rp4.164,42 per kilogram.

Dengan demikian kelompok padi-padian mengalami kenaikan indeks sebsar 1,43 persen yang disebabkan oleh naiknya harga gabah di tingkat petani. Sementara kenaikan indeks yang dibayar petani didorong oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,24 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,05 persen. AN-MB