Panusunan Siregar

Denpasar (Metrobali.com)-

Subsektor tanaman pangan yang meliputi padi dan palawija (NTP-P) dalam pembentukan nilai tukar petani (NTP) Bali perannya meningkat 1,39 persen dari 94,76 persen pada Desember 2014 menjadi 96,15 persen pada Januari 2015.

“Nilai NTP pada subsektor tanaman pangan masih tetap di bawah 100 persen, yang berarti pengeluaran petani untuk konsumsi rumah tangga maupun usaha pertanian lebih tinggi dibandingkan nilai produksi yang diperoleh,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Jumat (13/2).

Ia mengatakan, kenaikan indeks harga yang diterima petani (Lt) pada subsektor tanaman pangan sebesar 0,56 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (lb) mengalami penurunan sebesar 0,89 persen.

Kondisi itu menyebabkan NTP pada sektor itu mengalami kenaikan. secara rata-rata kenaikan indeks harga yang diterima petani didorong oleh naiknya indeks pada kelompok padi sebesar 1,61 persen yakni gabah meskipun kelompok palawija mengalami penurunan sebesar 2,29 persen.

Panasunan Siregar menambahkan, menurunnya indeks harga yang dibayar petani sangat dipengaruhi oleh indeks konsumsi rumah tangga yang turun sebesar 1,13 persen.

Sebaliknya biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,30 persen.

Subsektor Tanaman pangan merupakan salah satu dari lima komponen pembentukan NTP Bali. Empat lainnya meliputi subsektor perikanan, tanaman pangan, peternakan dan perkebunan.

Dari lima komponen tersebut dua diantaranya mengalami penurunan dan tiga mengalami peningkatan. Dua komponen yang mengalami penurunan terdiri atas hortikultura dan subsektor perkebunan rakyat.

Sedangkan subsektor yang mengalami peningkatan selain subsektor tanaman pangan juga subsektor peternakan dan perikanan, ujar Panasunan Siregar. AN-MB