Denpasar (Metrobali.com) 

Elektabilitas Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengalami kenaikan. Sebaliknya PDI Perjuangan (PDIP) anjlok, bahkan Partai Hanura semakin hancur-hancuran.

Elektabilitas empat bulan terakhir ini diungkap melalui Survei NEW INDONESIA yang dirilis Minggu (7/2/2021). “Elektabilitas partai politik bergerak dinamis. PDIP masih tetap unggul, tetapi elektabilitasnya anjlok. Sebaliknya dengan Demokrat yang menambah elektabilitasnya,” kata Direktur Eksekutif NEW INDONESIA Research & Consulting Andreas Nuryono.

Yang terasa memprihatinkan adalah elektabilitas Partai Hanura. Partai yang dulunya, tahun 2014, sempat berkibar di parlemen dengan menembus parlemen berkat raihan 5,26 persen suara, makin terpuruk. Berdasar Survei NEW Indonesia, elektabilitas Hanura hanya 0,2 persen. Masa depan Hanura pun makin terancam jika RUU Pemilu soal ambang batas parlemen berjenjang di DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kota/Kabupaten diberlakukan.

Pada Pemilu Legislatif lalu Hanura sudah terpental gagal menembus Senayan karena electoral threshold hanya berada di angka 1,54 persen. Hasil itu pun sejalan dengan berbagai survei terhadap elektabilitas partai yang dipimpin Oesman Sapta Odang yang hanya di kisaran 1 persenan.

Sebaliknya survei NEW INDONESIA memperlihatkan parpol-parpol oposisi, khususnya Demokrat, elektabilitasnya terdongkrak. Survei Demokrat sebelumnya yang turun dari 3,8 persen pada Juni 2020 menjadi 3,2 persen pada Oktober 2020, pada survei terakhir, elektabilitasnya naik tinggi menjadi 8,2 persen, sehingga posisi Demokrat melesat di empat besar. “Naiknya isu kudeta terhadap kepemimpinan Demokrat bisa jadi upaya untuk terus mendulang elektabilitas,” ucap Andreas.

Elektabilitas PDIP sendiri sebelumnya naik dari 29,3 persen pada survei Juni 2020 menjadi 31,4 persen pada survei Oktober 2020. Tetapi pada survei terakhir, elektabilitasnya merosot menjadi 23,1 persen. “Pengungkapan kasus korupsi bantuan sosial penanganan Covid-19 yang melibatkan menteri dan sejumlah politisi asal PDIP membuat citra parpol penguasa ini melorot tajam,” kata Andreas.

Hasil positif juga diraih PKS yang naik dari 5,5 persen pada Juni 2020 menjadi 6,1 persen pada Oktober 2020 dan terakhir 7,7 persen. PSI naik dari 4,2 persen pada Juni 2020 menjadi 4,6 persen pada Oktober 2020 dan terakhir menjadi 4,8 persen.

Parpol-parpol lain cenderung stabil atau turun, misalnya Gerindra dan Golkar. Gerindra berada pada posisi dua besar dari 12,5 persen menjadi 12,6 persen pada survei terakhir. Sedangkan Golkar menyusul di tiga besar dari 9,7 persen menjadi 9,1 persen.

Kemudian, PKB dari 6,8 persen turun menjadi 6,4 persen, Nasdem dari 4,1 persen menjadi 3,5 persen, PPP dari 2,4 persen menjadi 2,0 persen, dan PAN dari 1,6 turun menjadi 1,0 persen.

“Yang mengejutkan, Partai Ummat yaitu parpol baru besutan Amien Rais dengan elektabilitas 1,1 persen, atau 0,1 persen di atas PAN, berhasil menggerus basis suara PAN,” kata Andreas.

Parpol-parpol lainnya hanya mampu meraih elektabilitas di bawah 1 persen, di antaranya Perindo 0,4 persen, Berkarya dan Hanura yang sama-sama 0,2 persen.

Angka itu pun kini dibayangi parpol baru lain yang mulai mendapatkan dukungan yakni Gelora 0,1 persen.

Hanura, Berkarya dan Gelora hanya lebih baik dibandingkan PBB, PKPI, Garuda, dan parpol baru Masyumi Reborn yang tak mendapatkan dukungan pada Survei NEW INDONESIA. “Selain itu masih ada yang tidak tahu atau tidak jawab sebesar 19,6 persen,” kata Andreas.

Survei NEW INDONESIA Research & Consulting dilakukan pada 20-31 Januari 2021, dengan sambungan telepon kepada 1.200 responden yang dipilih acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Margin of error plus minus 2,89 persen, tingkat kepercayaan 95 persen. (eks)

Editor : Hidayat