Surga Diujung Selatan Pesisir Berau
Belum terbayang apa yang akan tersaji usai perjalanan panjang selama lima jam dari Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur, ke arah selatan.
Waktu tempuh tersebut, menurut rekan dari Yayasan Penyu Berau (YPB) bernama Erfan, relatif cepat karena kondisi jalan yang lebih baik.
“Ini sudah bagus jalannya, sebelumnya lebih parah dari ini. Bisa sampai delapan jam dari Tanjung Redeb ke Biduk-biduk (kecamatan di ujung pesisir selatan Berau),” kata Erfan sambil mengemudikan mobil multipurpose vehicle yang ditumpangi sejumlah wartawan dan rekan dari The Nature Conservancy (TNC) Indonesia.
Mobil dipacu kencang, sering kali kepala terantuk kaca jendela, terbangun dari tidur, dan terkadang rasa mual pun muncul karena guncangan. Kecepatan mulai berkurang saat langit memasuki masa “blue hour”, dan bayang-bayang pohon kelapa berukuran jangkung menyambut di sepanjang kiri dan kanan jalan menuju pesisir di ujung selatan Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Kampung Teluk Sulaiman tempat yang dituju dan rombongan akan bermalam di sana. Berbincang dengan Sekretaris Kampung Teluk Sulaiman dan Kampung Giring-giring tentang apa yang menjadi perencanaan pembangunan kampung serta melihat sendiri apa yang disajikan alam di tempat itu.
Hari berganti dan disambut oleh gerimis dengan matahari yang malu bersembunyi di balik awan di ufuk timur. Meski demikian, cahaya yang dihasilkan matahari terbit pagi itu tetap tampak manis menyempurnakan keindahan pantai berpasir putih lengkap oleh nyiur melambai di Teluk Sulaiman.
Tidak ingin menyia-nyiakan waktu rombongan segera bergerak menuju dermaga di ujung kampung. Dengan menggunakan kapal kayu lebih dari 10 orang bergerak menyusuri hutan mangrove yang tampak terjaga keasliannya di Pulau Sigending Dalam dan Sigending Luar yang memang masuk dalam kawasan Zona Pemanfaatan Terbatas dari Taman Pesisir Kepulauan Derawan yang telah ditetapkan Bupati Berau melalui Keputusan Bupati Nomor 202 Tahun 2014.
Kawasan hutan mangrove begitu kaya dengan keanekaragaman hayati, termasuk menjadi rumah dari puluhan jenis burung dan Bekantan (Navalis larvatus). Bergerak ke arah timur perpaduan hutan karst, mangrove, dan padang lamun mulai tampak.
Rombongan sempat ramai saat satu juvenile manta ray bergerak cepat melintas tidak jauh dari kapal kayu rombongan. Saat menyusuri celah perairan di antara Sigending Dalam dan Sigending Luar tampak ratusan bintang laut di dasar perairan yang diperkirakan hanya berkedalaman hingga lima meter.
Kapal kayu tiba-tiba condong ke kiri, rupanya sekelompok Bekantan yang sedang berjemur sambil mencari biji-bijian di atas mangrove menarik perhatian rombongan. Kapal kayu bermanuver mencoba mendekati Sigending Luar, Bekantan lebih dari lima individu pun segera menjauh.
Jika melihat masih baiknya kondisi lamun di perairan Sigending, tempat ini memang juga menjadi tempat favorit dari penyu-penyu hijau di Taman Pesisir Kepulauan Derawan. Dan benar saja, saat kapal kayu yang membawa rombongan mendekati teluk kecil di Sigending Dalam penyu-penyu hijau dengan berbagai ukuran berenang dengan tenang.
Jika masyarakat Kampung Teluk Sulaiman begitu menjaga wilayah perairannya sehingga Sigending Luar dan Sigending Dalam begitu terjaga, tidak untuk hutan karst di sana. Karena menurut Sekretaris Kampung Teluk Sulaiman Risno Kaiy, ada perusahaan logging yang beroperasi di wilayah tersebut yang memang dikhawatirkan dapat berdampak pada Zona Pemanfaatan Terbatas.
Zona ini, menurut Berau Marine Program Coordinator The Nature Conservancy Berau Field Office Anisa Budiayu, terbagi menjadi Sub Zona Pariwisata dan Perikanan Berkelanjutan dan Sub Zona Perlindungan dan Ekowisata Mangrove. Dan perairan di Teluk Sulaiman masuk dalam Sub Zona Pariwisata dan Perikanan Berkelanjutan, di mana berfungsi menjaga keberlangsungan kehidupan biota laut dan ekosystem pesisir untuk keperluan pariwisata dan kegiatan perikanan yang berkelanjutan, demi menunjang kesejahteraan masyarakat.
Jika mengacu pada pasal 32 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.17/Men/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil maka fungsi Zona Pemanfaatan Terbatas diperuntukkan bagi perlindungan habitat dan populasi ikan, pariwisata dan rekreasi, penelitian dan pengembangan dan atau pendidikan.
Risno mengharapkan wilayah perairan di kampungnya yang sudah dijaga dengan baik oleh masyarakat dapat dimanfaatkan untuk aktivitas ekowisata sehingga dapat memberi pendapatan bagi masyarakat kampung.
“Yang kami harapkan sekarang setelah kami jaga kami dapat manfaatnya. Kalau bisa ini bisa jadi ekowisata, supaya masyarakat dapat hasil dan kondisi alamnya pun tetap terjaga,” katanya.
Pendampingan TNC Berau Field Office telah dilakukan dengan bersama-sama melakukan pendataan keanekaragaman hayati yang ada di wilayah tersebut, namun memang belum ada kajian berapa ideal jumlah pengunjung per hari agar tidak merusak jika kawasan tersebut benar-benar dijadikan ekowisata. Karenanya, dukungan dari pemerintah daerah untuk membentuk kawasan ekowisata dengan kajian awal sangat penting.
Dua rasa Keistimewaan alam Kecamatan Biduk-biduk tidak hanya Sigending ternyata. Perjalanan dilanjutkan kembali ke arah utara, tidak lebih dari 30 menit, menuju Desa Labuan Kelambu yang memiliki danau dengan dua rasa, asin dan tawar.
Sebuah papan bertuliskan Selamat Datang di Labuan Cermin menjadi penanda bahwa rombongan mendekati tempat yang dituju. Dengan menggunakan perahu ke arah utara perairan Desa Labuan Kelambu hingga mencapai danau dua rasa hanya membutuhkan waktu hingga 15 menit.
Semakin mendekati lokasi semakin tampak perbedaan perairan Labuan Cermin dengan perairan lain. Air tampak begitu bening dan biru seperti kaca sehingga kayu-kayu dari pohon yang tumbang ke dalam danau dan dinding danau di kedalaman hingga lima meter terlihat begitu jelas dari permukaan.
Dari dermaga kecil di sana tampak perahu-perahu yang ditambatkan seperti melayang seolah tidak ada air di bawahnya namun bayangan perahu tampak begitu jelas. Saat masuk ke dalam air, rasa segar segera terasa, terlebih lagi jika berenang di bagian yang memiliki kedalaman hingga 12 meter di mana ikan air tawar berenang bebas di kedalaman hingga dua meter dan ikan air laut berenang bebas di kedalaman dua hingga 12 meter.
Seorang rekan jurnalis dari Jakarta yang melakukan skindiving merasakan sendiri perbedaan rasa air yang ada di danau mungil tersebut. Rasa air berubah menjadi asin saat ia berada di kedalaman lebih dari dua meter.
Ketua Lembaga Kesejahteraan Labuan Cermin (Lekmalamin) Untung Jaelani mengatakan untuk menjaga keaslian tempat ini mulai ada larangan bagi yang datang menggunakan sabun dan sampo saat mandi. “Kita larang sekarang, mereka paham. Bahkan masyarakat sudah mulai tidak memancing di sini dan menjadikan tempat ini sebagai tempat berpijah ikan, kita sebut bank ikan,” katanya.
Bagi pecinta alam yang gemar menjelajah hutan, Untung mengatakan ditawarkan trekking sejauh sekitar satu kilometer dengan perkiraan waktu 30 menit dari Labuan Kelambu ke Sungai Asam menyusuri hutan dan mangrove yang kemungkinan bertemu dengan Bekantan sebelum melanjutkan sedikit lagi perjalanan ke Labuan Cermin dengan perahu.
“Tapi tidak bisa setiap saat karena bisa saja air surut di Sungai Asam sehingga perahu susah menjemput,” katanya.
Sebenarnya ada jalur trekking baru yang dikembangkan untuk mencapai Labuan Cermin dengan melewati hutan dengan perkiraan jarak lebih dari 1,4 kilometer dengan lama waktu tempuh sekitar satu jam dengan ketinggian cenderung landai antara 0-75 meter. Pendataan keanekaragaman hayati sudah pernah dilakukan di daerah yang juga di kelilingi hutan karst tersebut, dan bentuk ekowisata menjadi yang direkomendasikan telah dirasakan masyarakat bermanfaat bagi mereka.
“Tapi kami (anggota Lekmalamin) pernah mengantar tamu yang seharusnya satu jam jadi dua jam karena mereka asyik mengabadikan gambar. Jadi setiap kali melihat sesuatu yang menurut mereka menarik mereka berenti, kalau kita sudah biasa melihat jadi cepat saja lewat, kalau mereka jalan sebentar berhenti jalan lagi lalu jalan lagi, jadi lama,” ujar Untung sambil tertawa.
Status kawasan indah ini, menurut dia, telah ditetapkan Bupati Berau sebagai kawasan lindung dengan areal seluas 2000 hektare (ha) di 2013 yang meliputi kawasan perairan dan hutan. Pengajuan kawasan ini menjadi lindung dilakukan sendiri oleh masyarakat Labuan Kelambu agar area tersebut tidak rusak, mengingat kawasan nan indah ini telah dikelilingi kebun sawit.
“Ancamannya, bisa illegal logging, perburuan burung Haruai dari luar, kawasan ini dikelilingi sawit sebenarnya. Daerah sekitar sini juga jadi akses masuk logging sejak 2012,” ujar Untung saat berbincang santai dengan para jurnalis di tepi danau dua rasa.
Lokasi ekowisata yang telah dikelola masyarakat Labuan Kelambu dengan membentuk Lekmalamin ini tidak lagi terpencil, mengingat masyarakat Berau, Sangata, Samarinda menjadi pengunjung rutin tempat ini. Bahkan, menurut dia, pengunjung atau wisatawan asing sudah mulai berdatangan seperti dari Australia, Norwegia, Amerika Serikat (AS), Inggris, termasuk tamu dari Kedutaan Besar AS dari Jakarta.
Pada masa libur Idul Fitri 2014, menurut dia, jumlah pengunjung di Labuan Cermin lebih dari 1000 orang. Padahal sebelumnya jumlah 1000 orang pengunjung biasanya tercapai dalam hitungan satu bulan.
Saat Antara bertanya apakah sudah ada kajian berapa jumlah ideal pengunjung dalam satu hari di lokasi ekowisata Labuan Cermin tersebut, menurut Untung, belum ada. Harapannya pendampingan dari organisasi masyarakat maupun lembaga swadaya masyarakat atau dari pemerintah daerah tetap ada untuk membantu meningkatkan ekowisata yang benar-benar mendukung keberlangsungan kondisi alam Labuan Cermin.
Perjalanan di ujung pesisir selatan Berau hampir selesai, namun sajian alam dari tempat ini belum tuntas. Saat air laut menjauh dari garis pantai, ketika matahari tepat di atas ubun-ubun, pemandangan kontras antara langit biru, biru laut, hijau pohon kelapa, dan timbunan pasir putih di tepi pantai menyerupai pulau kecil yang membentuk gosong karang menambah daya tarik Biduk-biduk yang juga menjadi bagian dari Taman Pesisir Kepulauan Derawan. AN-MB
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.