Denpasar (Metrobali.com)-

 

Terkait dengan berbagai opini tentang kebijakan Pak Gubernur dalam menjadikan status SMAN Bali Mandara, saya rasa perlu jalan tengah agar tak menjadi riuh di berbagai group dan media sosial. Beberapa hal yang menjadi jalan terbaik yang selalu saya sampaikan ke Bapak Gubernur yang kami cintai untuk dijadikan bahan pertimbangan agar kebijakan ini menjadi sangat BIJAK dan ELEGAN.

Tokoh Hindu Dharma Nusantara IB Ketut Susena Pantra melayangkan surat terbuka kepada Gubernur Bali dan Pemimpin Seluruh Rakyat Bali, Rabu (25/05/2022). Surat ini ditulis untuk memberikan masukan kesejumlah pihak telah tejadi perbedaan pandangan di kelompok media sosial soal pro dan kontra SMAN Bali Mandara. Salah satu inti dari isi surat tersebut, jika ingin menyelesai masalah SMAN Bali Mandara, jangan bakar lumbungnya, hanya mencari seekor tikus.

 

Berikut pendapat dan saran saya:

 

1. Memang benar ada kekawatiran kita bila sekolah dimanapun yang ada di Bali, bahkan Indonesia sekalipun, disusupi oleh ajaran dan ideologi yang tak sesuai dengan konsep pengajaran yang berlaku seperti radikalisme, aliran transnasional asing ataupun terorisme. Khusus di Bali yang lagi marak adalah kelompok organisasi transnasional asing (KOTA) yang sedang kita bersama bersihkan dari Hindu Bali.

2. SMAN Bali Mandara, terlepas dari kesalahan beberapa oknum untuk memberikan ruang kepada KOTA selama ini harus dilihat dari sisi positif sebagai aset Bali untuk mencetak kader dan generasi Bali yang maju, bermoral, unggul dan mandiri, harus juga diselamatkan secara konsep dan tujuan awal.

3. Konsep sekolah dengan asrama terpola adalah konsep yang dibutuhkan di Bali untuk mencetak generasi Bali yang unggul ( MANDIRI, BERBUDAYA, TANGGUH, DISIPLIN, BERMORAL, KREATIF, dan INOVATIF).

4. Ada sebuah pandangan independen dari saya agar kebijakan merubah status tak dibarengi dengan melepaskan konsep pasraman bagi siswa kurang mampu yang banyak sekali ada di Bali. Bali membutuhkan sekolah dengan konsep Asrama seperti Pesantren, yang bisa membentuk KEMANDIRIAN, CINTA BUDAYA, TANGGUH, DISIPLIN, BERMORAL, KREATIF dan INOVATIF.

5. Menghilangkan pengaruh KOTA, bisa dilakukan dengan pembersihan internal sekolah dan menata kembali agar para pendidik, staff dan semua jajaran operasional yang memang terpapar dan pro diganti, bila perlu dipecat kalau ingin lebih tegas.

6. Perketat sistem rekrutmen siswa jangan sampai hanya tertampung sedikit yang kurang mampu dan tidak menerima yang memang sudah mampu. Bila perlu lalukan seleksi atas rekomendasi Majelis Desa Adat atau Bendesa setempat sehingga kita tahu benar bahwa yang bersangkutan kutang mampu. Libatkan juga organisasi swadaya lainnya dalam melakukan seleksi tersebut sehingga transparan dan tepat sasaran.

7. Seperti kata pepatah “memberantas tikus tak mesti membakar lumbung”, artinya kita lakukan pembenahan di internal sekolah tersebut dan buat aturan yang ketat dan disiplin agar sekolah tak disalahgunakan untuk kepentingan kelompok.

8. Bila perlu buat sekolah-sekolah dengan konsep asrama di setiap kabupaten dengan nuansa Hindu Bali dan mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal, sehingga akan mudah bagi orang tua si anak menjadikan anaknya berkualitas.

Demikian saran saya, seorang krama Bali yang peduli dengan Bali dan generasi Bali kedepan. Apalagi visi Bapak Gubernur luar biasa, ingin MEMBANGUN KESELARASAN SAD KERTIH DI BALI (NANGUN SAT KERTIH LOKA BALI).

Semoga benar-benar terwujud dan diimplementasikan dengan baik. (TIM METRO BALI)