Keterangan foto:  Tabletop Exercise (TTX) untuk mengantisipasi ancaman terjadinya Gempa Bumi dan Tsunami dalam rangka dukungan pelaksanaan Annual Meeting IMF-WBG Tahun 2018 di Prime Plaza Hotels & Resorts, Sanur, Denpasar, Rabu (29/8)/MB

Mangupura, (Metrobali.com) –

Dalam rangka menyukseskan pertemuan tahunan International Monetary Fund and World Bank Group (IMF-WBG) Tahun 2018 yang akan berlangsung di ITDC – Nusa Dua, Badung tanggal 8-14 Oktober 2018 mendatang yang akan dihadiri kurang lebih 2.400 delegasi dari 189 negara dan 24 kepala Negara, maka semua pihak diharapkan ikut bertanggungjawab dan berpartisipasi demi kesuksesan penyelenggaraan pertemuan untuk pertama kalinya di Indonesia, terlebih antisipasi segala kemungkinan yang terjadi baik yang diakibatkan oleh manusia maupun alam.

Hal tersebut disampaikan Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra dalam sambutannya pada pembukaan acara Tabletop Exercise (TTX) untuk mengantisipasi ancaman terjadinya Gempa Bumi dan Tsunami dalam rangka dukungan pelaksanaan Annual Meeting IMF-WBG Tahun 2018 di Prime Plaza Hotels & Resorts, Sanur, Denpasar, Rabu (29/8).

Menurut Dewa Indra, Indonesia adalah salah satu dari Negara kepulauan yang paling rawan terhadap bencana. Pulau-pulau di Indonesia terbentuk dari Tiga lempengan tektonik dunia yaitu lempengan Australia, lempengan Pasifik dan lempengan Eurasia yang saling menggeser satu sama lain. Kondisi tersebut menyebabkan Negara Indonesia menjadi salah satu Negara mempunyai potensi tinggi terhadap bencana gempa bumi dan tsunami. “Selain itu, pulau-pulau di sepanjang Sumatera dan Jawa merupakan rangkaian dari cincin api pasifik dunia (the ring of Pasific fire) yang merupakan jalur gempa teraktif dunia,” tegasnya.

Ditambahkan Dewa Indra, Provinsi Bali memiliki aktivitas gunung api dan gempa bumi yang tinggi (masterplane tsunami 2012). Pada tahun 1815 tercatat kejadian gempa bumi di Bali menelan korban 10.253 jiwa dan pada tahun 1917 korban lebih dari 1.300 jiwa. Dalam catatan sejarah untuk tsunami sendiri, Bali pernah dilanda 2 (Dua) kali tsunami dengan skala kecil (2-3 meter) akibat tsunami Sumbawa (1977( dan Tsunami Banyuwangi (1994).

“Didasari oleh hal tersebut Pemerintah Indonesia dalam hal ini BNPB bersama dengan Pemerintah Provinsi Bali menyelenggarakan latihan Tabletop Exercise yang mulai dilaksanakan pada hari ini (29 Agustus 2018-red) dan besok (30 Agustus 2018-red). Tabletop Exercise ini akan memberikan pemahaman mengenai pentingnya operasi respon bencana dalam satu komando terpadu antara berbagai instansi atau lembaga yang terlibat,” ujarnya.

Menurut Dewa Indra, kegiatan ini merupakan acara yang sangat penting di sektor ekonomi dan perdagangan yang melibatkan 24 kepala Negara (tamu VVIP), 1.600 tamu VIP dan kurang lebih 18.000 delegasi penting lainnya dari 189 negara. Kurang lebih jumlah total peserta yang akan hadir yakni 20.000 delegasi. Keselamatan para anggota delegasi ini dari berbagai ancaman bencana baik social maupun alam menjadi salah satu perhatian utama penyelanggaraan kegiatan dalam hal ini Pemerintah Indonesia.

“Selain penting bagi sektor ekonomi dan perdagangan, ini juga mempengaruhi sektor pariwisata. Rencana dalam bidang kesiapsiagaan bencana sangat penting dalam sektor pariwisata yang merupakan bagian dari business continuity management yang meyakinkan sektor pariwisata tetap dapat berjalan fungsinya dan menjamin keselamatan wisatawan jika bencana terjadi baik wisatawan nasional maupun mancanegara,” imbuhnya.

Untuk itu, dalam rangka mengantisipasi ancaman bencana gempa bumi dan tsunami sebagai bagian dari dukungan keamanan peserta kegiatan tahunan IMF-WBG maka diperlukan latihan TTX untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana.

“latihan ini dapat meningkatkan kemampuan dan kapasitas daerah dalam meningkatkan koordinasi dan komando pada saat tanggap darurat terjadi,” pungkasnya.

Editor: Hana Sutiawati