Jambore Start Up Indonesia-Turki yang berlangsung secara daring (3/3) disambut antusias oleh ekosistem start up kedua negara.

Jakarta (Metrobali.com)-

Jambore Start Up Indonesia-Turki yang berlangsung secara daring (3/3) disambut antusias oleh ekosistem start up kedua negara. Setidaknya 11 start up dan modal ventura dari Indonesia serta 12 start up dan modal ventura dari Turki ikut hadir dan mengikuti secara seksama kegiatan yang berlangsung selama hampir 3 jam tersebut. Selain itu, 7 ruang pertemuan virtual yang disediakan untuk penjajakan kemitraan bisnis (business matching) penuh oleh peserta dari kedua negara yang ingin melakukan pertemuan business to business. Dalam pertemuan juga disepakati untuk membuat kegiatan serupa secara langsung pada kesempatan pameran teknologi terbesar di Eropa, Teknofest, yang akan berlangsung di Turki bulan September mendatang.

Kegiatan yang baru pertama kalinya dilakukan antara Indonesia dan Turki ini digagas oleh KBRI Ankara, bekerjasama dengan Kementerian Industri dan Teknologi Turki, Kementerian Luar Negeri Indonesia dan MDI Venture Capital –anak perusahaan Telkomsel yang bergerak di bidang inkubasi start up. Kegiatan dibuka dengan pengantar oleh Duta Besar Indonesia untuk Turki, Lalu Muhamad Iqbal, serta sambutan dari Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia, Mahendra Siregar, dan Wakil Menteri Industri dan Teknologi Turki, Mehmet Fatih.

“Indonesia dan Turki adalah dua kekuatan ekonomi yang sedang tumbuh pesat. Kami percaya bahwa ekonomi digital adalah masa depan kerjasama ekonomi kedua negara. Karena itu kita perlu sediakan ruang bagi ekosistem ekonomi digital kedua negara untuk saling mengenal”, ujar Hikmat Moeljawan, Minister Counselor Ekonomi KBRI Ankara, menjelaskan motivasi penyelenggaraan kegiatan ini.

Selain presentasi mengenai pengenalan ekosistem start up Indonesia oleh Kenneth Li dari MDI Venture Capital serta pengenalan ekosistem start up Turki oleh Damla Turan dari Kementerian Industri dan Teknologi Turki, juga dilakukan presentasi oleh dua start up dari masing-masing negara. Dari Indonesia dua start up yang menyampaikan presentasi adalah Halodoc, aplikasi layanan kesehatan daring, serta Alami Technologies, aplikasi teknologi finansial berbasis keuangan Syariah. Kedua start up tersebut mendapatkan sambutan positif dari pihak Turki, terbukti dengan permintaan pertemuan bisnis oleh mitra Turki. Sementara itu Turki diwakili oleh Insider, start up yang bergerak di bidang digital marketing dan telah memiliki kantor di hampir semua negara utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia, serta Biosys, produsen peralatan kesehatan, termasuk ventilator Covid-19.

“Kedua belah pihak menunjukkan antusiasme dan melihat potensi yang menjanjikan bagi kerjasama kedua negara. Karena sejumlah pembicaraan lanjutan dilakukan di tujuh ruang pertemuan virtual yang disediakan. Sebagaian lainnya sudah menjadwalkan komunikasi lanjutan dalam waktu dekat. Ini sebuah kegiatan yang membuka mata kedua belah pihak”, terang Fadlullah Aria Bima, Sekretaris II Ekonomi KBRI Ankara yang mengkoordinasikan kegiatan tersebut.

Turki adalah salah satu negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi digital sangat cepat. Jumlah pengguna telepon genggam mengalami kenaikan 94% setiap tahun dan pengguna akses internet kecepatan tinggi mengalami kenaikan 23% setap tahun. Dengan penduduk lebih dari 82 juta dan pendapatan perkapita lebih dari 10 ribu dollar, nilai ekonomi internet Turki pada tahun 2017 mencapai $ 23 miliar dan ditargetkan menjadi $ 73 miliar pada tahun 2023. Sementara itu, nilai ekonomi internet di Indonesia saat ini mencapai $ 40 miliar. Indonesia saat ini adalah negara dengan ekosistem terbesar kelima di dunia dan terbesar di Asia Tenggara. Saat ini Indonesia memiliki 5 unicorn atau perusahaan dengan nilai lebih dari $ 1 miliar. Sementara itu Turki baru memiliki 1 unicorn dan mentargetkan 10 unicorn pada tahun 2023.