Mangupura (Metrobali.com)-

Konsep harmonisasi tata kelola lingkungan dan pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan hendaknya menjadi model dalam menata kawasan wisata di Badung. Sebagai destinasi kepariwisataan internasional, Badung tetap memiliki indentitas yang kuat ditandai keasrian alam, budaya, serta kehidupan sosiokultural masyarakat.

Daya magis Badung bukan semata-mata karena hamparan wisata bahari di Badung Selatan, tapi juga pesona alam yang unik di Badung Utara telah menjadi museum hidup karya seni budaya yang diciptakan oleh alam. Untuk itu, kewajiban seluruh komponen masyarakat untuk menjaga ekosistem dari kerusakan lingkungan.

Hal itu ditegaskan Plh. Bupati Badung I Ketut Sudikerta saat bertatap muka dengan ratusan warga Banjar Sangut, Desa Carangsari, Petang, Selasa (2/10) malam. Turut hadir Kabag Pembangunan Setda Badung A.A. Bayu Kumara, Camat Petang I Nyoman Warta, tokoh masyarakat I Nyoman Suka dan Gantiana.

Sudikerta menambahkan, pesona alam Badung Utara yang elok sudah sepantasnya dipelihara agar tetap menjadi daya tarik wisata. Hal itu terlihat dari menjamurnya fasilitas penunjang pariwisata alam, seperti arung jeram (rafting), lintas alam (tracking), dan lainnya. “Program penyelamatan lingkungan penting dibuat terintegrasi dan sistematis dalam rangka menghadapi fenomena perubahan iklim,” tandasnya.

Kebijakan Pemkab Badung, kata Sudikerta, salah satunya adalah perilaku hidup bersih dan sehat sebagai bagian dari program pembangunan berwawasan lingkungan. Untuk mensukseskan program itu, kebersamaan masyarakat amatlah penting. Salah satu indikasi kebersamaan masyarakat itu adalah bagaimana peran serta masyarakat menjaga lingkungan ikut memberi kontribusi bagi pelestarian alam sehingga kunjungan wisatawan meningkat. “Sudah tentu pendapatan asli daerah meningkat berimbas untuk mencapai peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Terkait upaya pengelolaan alam, sambungnya, hendaknya tetap memegang prinsip-prinsip pelestarian fungsi lingkungan, meningkatkan daya dukung dan daya tampung terhadap kehidupan. Pengelolaan lingkungan juga harus tetap pada konsep-konsep keselarasan untuk membangun keseimbangan yang dinamis.

Sementara sesepuh Banjar Sangut I Ketut Weji Adiwijaya menegaskan komitmen masyarakat Carangsari menjaga ekosistem lingkungan sebagai salah satu daya tarik wisatawan. “Warga Banjar Sangut sejak awal telah siap melakukan penyelematan alam dengan pendekatan tata kehidupan yang religius. Kami tak ingin Badung Utara dipermak menjadi pariwisata bisnis  murahan dengan mengakomodasi semua selera investor,” tandasnya. Untuk mendukung pelestarian alam, katanya, tidak hanya slogan semata, namun dibutuhkan peran serta pemerintah memberikan stimulus pembangunan sarana prasarana. Menyikapi itu, Sudikerta langsung mengguyur bantuan Rp 135 juta, termasuk Rp 5 juta dari kantong pribadi untuk membantu berbagai dinamika pembangunan di wilayah tersebutm sebagai bagian dari konteks  pembangunan terintegrasi. Setelah bertatap muka di Banjar Sangut, Sudikerta melayat tokoh religius Ida Bagus Nyoman Jati di Banjar Pemijian, Carangsari. SUDHARMA-MB