Mangupura (Metrobali.com)-

Pendalaman budaya akan memupuk semangat kebangkitan baru dengan mengedepankan nilai-nilai strategis bagi pengembangan etos diri dan penguatan identitas kebudayaan lokal, revitalisasi pariwisata dan perekonomian masyarakat Bali, sehingga berimbas positif bagi pemantapan komunikasi dan percepatan pembangunan.

Demikian ditegaskan Plh. Bupati Badung Drs. I Ketut Sudikerta usai persembahyangan di Pura Dalem Kahyangan Tiga Desa Adat Sedang, Abiansemal, Rabu (3/10) malam. Turut hadir Ketua WHDI Badung Ny. Ayu Sudikerta, Camat Abiansemal IGN Jaya Saputra, Camat Petang I Nyoman Warta, Perbekel Desa Sedang I Made Budastra, dan pentolan BPD Desa Sedang, I Gusti Ngurah Sumerta.

Sudikerta mengajak seluruh komponen masyarakat Badung untuk bersinergi dalam tataran konsep dan aksi nyata yang konstruktif bagi upaya pelestarian dan pengembangan budaya Bali secara menyeluruh. “Pemkab Badung senantiasa merumuskan kebijakan dan menggulirkan program strategis yang mampu mendongkrak kesejahteraan segenap komponen masyarakat tanpa harus tercabut dari akar dan jati diri budaya lokal. Karena itu, penguatan identitas budaya lokal menjadi sangat penting,” tukasnya dihadapan ratusan krama Desa Adat Sedang yang menyemut di pelataran pura.

Ditambahkannya, derap langkah pembangunan telah menetapkan kebudayaan sebagai potensi dasar. Kebudayaan Bai sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia memiliki identitas yang dikukuhkan dengan local genius yang mampu mengapresiasi beragam bentuk keberagaman. Hal ini, kata Sudikerta, ditunjukkan dengan berbagai unsur budaya Bali yang tetap padu dengan dilandasi konsep Tri Hita Karana.

Sudikerta mengingatkan, derasnya arus globalisasi yang melanda kehidupan masyarakat dewasa ini telah menciptakan perubahan perilaku kehidupan. Kini, ada kecenderungan masyarakat Bali tidak lagi mengedepankan tata kehidupan dengan pola paras paros sarpanaya (kebersamaan). Namun cenderung mengedepankan sifat individual, terombang-ambing oleh gelombang kehidupan yang mengedepankan sifat materialistis dan tata pergaulan yang mengesampingkan moralitas.

“Nilai-nilai agama yang dikemas dalam etika seperti dharma, satya, Tri Hita Karana, dan kearifan lokal lainnya seperti mengalami kevakuman makna,” ujarnya seraya menambahkan kesenjangan antara konsep filosofi dan aktualisasi dalam tataran kehidupan sehari-hari makin melebar.

Kesenjangan antara teks dan konteks, tataran ideal dan perilaku makin menjauh. Hal ini indikasinya makin terusiknya moralitas masyarakat dan pelecehan nilai-nilai Tri Hita Karana. Menyikapi itu, Sudikerta selalu membangun komunikasi dengan para seniman, budayawan, akademisi, praktisi pariwisata, dan tokoh lainnya untuk menemukan keunggulan program membangkitkan dan meningkatkan kontribusi modal budaya bagi kemanusian, kesejahteraan, dan peradaban.

“Dialog lintas sektoral terus dikembangkan untuk merumuskan skema rencana aksi, program strategis dan politik kebudayaan dalam format penguatan identitas budaya lokal,” katanya. Bagi krama adat, lanjutnya, penguatan budaya sebagai unsur perekat dan kebanggaan. Sedangkan ke luar untuk menanamkan, mengembangkan, dan memantapkan citra sehingga dengan revitalisasi kearifan lokal dan taksu Bali akan menggerakkan etos dan semangat menuju kebangkitan baru yang lebih mencerahkan, mendamaikan, dan menyejahterakan rakyat melalui pengembangan pariwisata budaya.

Ketua WHDI Badung, Ny. Ayu Sudikerta menambahkan dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal, masyarakat tidak boleh terjebak menjadi statis dan paranoid terhadap pengaruh luar. Sebaliknya, selalu dinamis terus bergerak menurut dinamika pergerakan dan perkembangan dunia dengan tetap menjunjung kesucian dan keikhlasan demi tegaknya dharma. Penguatan identitas budaya lokal, katanya, dalam gempuran modernisasi tetap dibingkai dengan ukuran dan tuntutan nilai-nilai universal yang tidak menyimpang dengan nilai-nilai agama Hindu serta adat-istiadat di Bali agar tetap mataksu.

“Pemkab Badung telah berupaya meningkatkan PAD melalui pariwisata budaya tetap mengacu pada kearifan lokal. Sehingga potensi wisata yang dikembangkan tidak berdampak negatif bagi lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat setempat. WHDI Badung selalu mendukung upaya itu dengan program nyata yang bersentuhan dengan penguatan jati diri dan pelestarian identitas budaya lokal,” kata Ny. Ayu Sudikerta.

Bendesa Adat Sedang Ida Bagus Alit Sudiatmika mengapresiasi inovasi dan ide brilian Sudikerta yang menjadikan penguatan budaya lokal sebagai dasar untuk menambah pendapatan asli daerah melalui pengembangan pariwisata budaya. “Kami selalu siap mendukung pelestarian seni dan budaya lokal, karena wisatawan datang ke Bali juga ingin menyaksikan adat budaya dari penduduk itu sendiri. Krama adat siap menjaga budaya lokal agar tetap eksis dalam menghadapi perkembangan modern,” ujarnya.

Di akhir acara, Sudikerta menyerahkan bantuan motivasi bagi penguatan identitas budaya lokal, disusul Ketua WHDI Badung Ny. Ayu Sudikerta membantu pembangunan pelinggih padmasana untuk pura dalem setempat. IKA-MB