Lampung (Metrobali.com)-
Kekerasan tidak pernah bisa menyelesaikan masalah, selain menimbulkan masalah baru. Karenanya, mari kita stop kekerasan,  kita rajut kebhinnekaan, persaudaraan, perdamaian, dan silaturahmi. Apa yang terjadi kemarin-kemarin, kita cari hikmahnya dan jadikan pelajaran berharga, untuk tidak terulang lagi di masa datang. Mari menyadari bahwa bentrokan diantara warga yang bersaudara ini adalah ekses dari provokasi, karenanya kedalam  kita mesti memperkuat silaturahmi agar kalau ada konflik, yang dicari adalah solusi dengan dialog, bukan dengan kekerasan.
            Hal itu ditegaskan, Wayan Sudirta, Anggota DPD RI Provinsi Bali yang juga Koordinator Posko Keprihatinan Peristiwa Lampung, yang Jumat (8/11), dalam kunjungan ke Lampung, menjenguk keluarga korban Balinuraga maupun keluarga korban Muslim di kediaman Kepala Desa Kalianda. Rombongan yang dipimpin Sudirta menyerahkan total Rp 665 juta bantuan masyarakat yang dibawa dari Bali. Sumbangan dibagi sebagai dana duka masing-masing Rp 10 juta untuk keluarga alarmhum dari warga Lampung maupun warga Balinuraga yang meninggal, selebihnya dibagikan bagi warga yang rumahnya mengalami kerusakan, untuk dapat digunakan meringankan beban sehari-hari karena sebagian besar tinggal di tenda darurat, yang diantaranya dibangun oleh warga Muslim.
            Dalam rombongan Bali tersebut hadir Putu Wirata Dwikora (Ketua Sabha Walaka PHDI Pusat), Drs. Wayan Suyadnya (Wakil Sekretaris Sabha Walaka PHDI Pusat), Frans Bambang Siswanto (Ketua Dewan Pembina INTI Bali), Cahaya Wirawan Hadi (Ketia INTI Bali), Ngurah Harta (Pendiri Perguruan Sandi Murthi), Prof. Sulistyawati (gurubesar UNUD yang mewakili Rektor), dan lain-lain sementara di pihak tuan rumah Lampung hadir anggota DPD RI Anang Prihantono dan Iswandi, Ketua PHDI Lampung Ketut Maharta dan pengurus lainnya.
            Sudirta mengajak semua pihak tidak lagi mengembangkan wacana yang bersifat sektarian, seperti mengusir penduduk pendatang kembali ke asalnya. ‘’Wacana-wacana seperti itu terlalu sensitif dan bisa mengancam NKRI dan keutuhan persaudaraan kita. Kalau  ada suku yang diusir dari suatu daerah, maka di perantau dari suku yang mengusir itu bisa dibalas diusir diluar daerahnya, dan itu sangat tidak baik untuk NKRI ke depan,’’ imbuh Sudirta. Tidak hanya persaudaraan dan kebhinnekaan yang terganggu, tapi investasi pun terancam, karena investor yang datang dari luar suatu daerah bisa resah dan memindahkan investasinya ke daerah yang lebih aman.
            Sudirta berulang-ulang menyatakan, ia tergerak membuat posko keprihatinan, karena bentrokan antar komunitas ini mengancam kerukunan dalam bingkai NKRI. ‘’Kalau bentrok antar kampung yang terjadi di Bali, sekalipun saya tidak pernah bikin posko. Tapi terhadap bentrok yang terjadi disini, saya tergerak, kualitas dan dimensi bentrokan ini bisa menjadi bola liar di daerah lain, kalau kita tidak segera mendorong silaturahmi,’’ katanya.
            Penyerahan dilakukan langsung di dua tempat. Pertama, 3 keluarga Muslim yang meninggal diserahkan di Desa Agom, masing-masing Rp 10 juta dan 2 gadis yang mengalami kecelakaan dibantu Rp 5 juta untuk pengobatan rumah sakit. Selanjutnya penyerahan kepada 9 warga Balinuraga yang meninggal dilakukan di Balinuraga, dan selebihnya untuk 438 rumah yang mengalami kerusakan, masing-masing disumbang Rp 1,2 juta per kk, secara simbolis diserahkan di lokasi, diterima oleh PHDI Provinsi Lampung, untuk segera disalurkan ke warga yang berhak. Selama pertemuan, dialog cukup hangat, karena tokoh-tokoh Muslim pun hadir di Balinuraga, selain Kesbanglimas Provinsi yang mewakili gubernur. PW-MB