STIE Satya Dharma Singaraja Gelar Seminar Akbar Think Green Act Green: Mantapkan Program Eco Campus dan Ciptakan Generasi Peduli Lingkungan
Foto: STIE Satya Dharma Singaraja menggelar Seminar Akbar dan Sosialisasi Implementasi Kegiatan Eco Campus bertajuk Think Green Act Green pada Sabtu, 8 Maret 2025, di Auditorium Kampus STIE Satya Dharma Singaraja.
Singaraja (Metrobali.com)-
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Satya Dharma Singaraja kembali menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan dengan menggelar Seminar Akbar dan Sosialisasi Implementasi Kegiatan Eco Campus bertajuk Think Green Act Green. Acara ini diinisiasi oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Brand Ambassador Eco Campus yang di support oleh Coca-Cola Euro Pacific Partners (CCEP) Indonesia dan merupakan bagian dari rangkaian Dies Natalis ke-29 STIE Satya Dharma Singaraja, sekaligus memperingati Hari Perempuan Internasional. Acara berlangsung meriah pada Sabtu, 8 Maret 2025, di Auditorium Kampus STIE Satya Dharma Singaraja.
Seminar Akbar Think Green Act Green menghadirkan pembicara-pembicara inspiratif, di antaranya Dr. Gung Tini Gorda selaku Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi (HIPPI) Proivinsi Bali, I Gusti Gde Nyoman Hendra Wiguna, S.E., M.M, perwakilan dari Pusat Pengendalian Ekoregion Bali dan Nusra (IKLHK RI), dan De Gung Wisnu Pastika dari Tim Eco Campus. Hadir secara daring Armytanti Hanum Kasmito dari Coca-Cola Euro Pacific Partners (CCEP) Indonesia dan Valencia Octaviani selaku Director of Internal Affairs, Youth for Energy Southeast Asia. Seminar ini dimoderatori oleh Ni Made Rianita, M.Pd.
Kesuksesan acara ini juga tidak terlepas dari peran berbagai pihak seperti HIPPI Bali, Rotary Club of Bali Bersinar, BEM STIE Satya Dharma, tim Eco Campus STIE Satya Dharma, Coca-Cola Euro Pacific Partners (CCEP) Indonesia, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Buleleng, serta Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Bali dan Nusa Tenggara.
Dengan konsep Sinergi Pang Pade Payu, STIE Satya Dharma Singaraja berharap dapat mendorong seluruh civitas akademika untuk terus berpikir hijau dan bertindak hijau, mewujudkan kampus ramah lingkungan yang berkelanjutan.
Kegiatan diawali dengan panen sayur dan kelas memasak (cooking class) bersama anak-anak TK Kumara Satya Dharma dan Rotary Club of Bali Bersinar. Ini merupakan bagian dari fokus area basic education and literacy Rotary.
Presiden Rotary Club of Bali Bersinar, Tiwi Tjandra, menjelaskan bahwa RC Bali Bersinar bersinergi dengan STIE Satya Dharma Singaraja dalam rangka Dies Natalis ke-29 STIE Satya Dharma Singaraja, dan HUT Rotary Club of Bali Bersinar yang ke-3. Dalam kegiatan ini, RC Bali Bersinar turut bersinergi dengan Coca-Cola Euro Pacific Partners (CCEP) Indonesia, TK Kumara Satya Dharma, dan berbagai pihak lainnya.
Kegiatan ini merupakan salah satu dari tujuh fokus area Rotary, yaitu memberikan edukasi dan literasi sejak dini kepada anak-anak mengenai pentingnya konsumsi sayur. Untuk itu, RC Bali Bersinar mengajak anak-anak TK Kumara Satya Dharma terlibat langsung dalam kegiatan panen sayur. Dari kegiatan ini, terlihat antusiasme anak-anak saat memanen sayur yang kemudian diolah menjadi hidangan. Sayur kangkung hasil olahan tersebut dinikmati bersama oleh anak-anak TK Kumara Satya Dharma.
Lebih lanjut, Pres Tiwi Tjandra menyoroti peran penting tenaga pendidik dalam memperkenalkan manfaat sayur bagi kesehatan tubuh. “Edukasi sejak dini sangat penting agar anak-anak memiliki pemahaman dan kebiasaan bahwa sayur merupakan bagian esensial dari pola makan sehat,” katanya.
Kepala TK Kumara Satya Dharma, Ni Nyoman Suwarni, menyambut baik kegiatan tersebut. Ia mengatakan bahwa kegiatan ini dapat memberikan wawasan kepada anak-anak mengenai berbagai jenis sayuran. “Selain itu, anak-anak juga belajar cara mengolah sayuran hingga siap dikonsumsi,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, diharapkan anak-anak TK Kumara Satya Dharma dapat lebih mengenal masakan tradisional. Anak-anak TK Kumara Satya Dharma terlihat sangat antusias mengikuti kegiatan panen sayur dan cooking class. Mereka mengaku senang dapat terlibat langsung dalam panen sayur dan memasak bersama Rotary Club of Bali Bersinar.
Sebagai bentuk apresiasi kepada anak-anak TK Kumara Satya Dharma yang mengikuti acara dengan penuh semangat dan berhasil menjawab pertanyaan, Rotary Club of Bali Bersinar memberikan hadiah berupa Beras Sehat Bersinar, yang merupakan bagian dari program Growing Local Economic untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan dan kesehatan masyarakat. Melalui Beras Sehat Bersinar ini diharapkan dapat menurunkan angka stunting di Bali hingga nol, sehingga masyarakat menjadi lebih sejahtera dan lebih sehat untuk generasi mendatang.
Ketua STIE Satya Dharma Singaraja, Dr. Ni Nyoman Juli Nuryani, mengatakan, kegiatan ini merupakan bagian dari program kerja Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Brand Ambassador Eco Campus STIE Satya Dharma. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga lingkungan, acara ini dirancang untuk menyebarluaskan hasil berbagai inisiatif yang telah dijalankan dalam menciptakan kampus yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Bersinergi dengan Coca-Cola Euro Pacific Partners (CCEP) Indonesia, STIE Satya Dharma telah membangun kesadaran Eco Campus sejak diluncurkan pada 27 Desember 2023 dengan empat pilar utama, yaitu: pertama Pengurangan pemakaian energi, kedua, pengurangan pemakaian kertas, ketiga, Pemilahan sampah, keempat, pemanfaatan area terbuka hijau bernilai ekonomi.
Juli menambahkan, melalui berbagai program edukatif dan interaktif, peserta diharapkan memahami pentingnya peran mereka dalam mendukung pelestarian lingkungan serta menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan ini tidak hanya sekadar memberikan informasi, tetapi juga menawarkan wawasan mendalam mengenai langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk menjaga lingkungan. “Harapannya, acara ini mampu menjadi katalis dalam membangun kesadaran kolektif dan menciptakan budaya peduli lingkungan yang berkelanjutan, baik di lingkungan akademik maupun di masyarakat,” kata Juli.
Program Brand Ambassador Eco Campus STIE Satya Dharma diharapkan berkelanjutan untuk menunjang pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, sekaligus memperkuat peran kampus dalam menciptakan ekosistem yang hijau dan berkelanjutan.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIE Satya Dharma Singaraja, Kadek Tirta Yasa, mengatakan bahwa kegiatan ini dirancang sebagai upaya untuk mensosialisasikan konsep Eco Campus, termasuk perjalanan pelaksanaannya sejak awal hingga saat ini, serta berbagai program yang telah dilaksanakan. Selain Seminar Akbar dan Sosialisasi Implementasi Kegiatan Eco Campus bertajuk Think Green Act Green, juga diadakan kegiatan panen dan cooking class bersama anak-anak TK Kumara Satya Dharma bekerja sama dengan Rotary Club of Bali Bersinar. Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi program Eco Campus STIE Satya Dharma Singaraja. Seluruh kegiatan tersebut merupakan rangkaian dalam peringatan Dies Natalis ke-29 STIE Satya Dharma Singaraja.
Para narasumber seminar akbar berbagi pengetahuan kepada para peserta, khususnya tentang keberlanjutan lingkungan. Narasumber pertama Dr. Gung Tini Gorda, yang juga selaku Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi Bali mengungkapkan bahwa konsep Eco Temple dan Eco Campus merupakan langkah konkret yang memberikan dampak positif terhadap pelestarian lingkungan. RC Bali Bersinar, dalam rangka memperingati hari jadi ke-3, telah meluncurkan produk unggulan Beras Sehat Bersinar.
Beras ini dihasilkan dari metode pertanian organik yang tidak menggunakan pupuk kimia, sebagai bagian dari komitmen untuk berpikir hijau dan bertindak hijau. Dalam tiga tahun ke depan, RC Bali Bersinar menargetkan pengembangan lahan demplot hingga 500 hektare, guna memperluas produksi beras sehat tersebut.
Saat ini, RC Bali Bersinar telah bermitra dengan petani lokal di Singaraja yang menyediakan lahan seluas 100 hektare, serta di Kabupaten Gianyar dengan luas lahan 50 hektare. Kolaborasi ini membuka peluang lebih luas bagi siapa saja yang memiliki lahan sawah untuk digarap bersama. Gung Tini Gorda menegaskan komitmennya, bahwa para anggota RC Bali Bersinar tidak segan turun langsung ke sawah untuk bertani, bahkan sambil mengenakan kebaya tradisional ikut langsung menanam padi di Desa Kendran, Gianyar, belum lama ini bersama Distrik 3420.
“Konsep Think Green menekankan pada aksi nyata sebelum mengejar keuntungan atau profit. Upaya berkelanjutan semacam ini diyakini mampu menciptakan dampak positif jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan,” ujar Gung Tini Gorda.
Lebih lanjut, Gung Tini Gorda menjelaskan bahwa pada tanggal 2 hingga 4 Mei mendatang, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melalui Wakil Menterinya Veronica Tan akan mengunjungi Kelurahan Kendran. Veronica Tan dijadwalkan hadir secara langsung untuk melihat perkembangan dan kemandirian masyarakat setempat yang menjadi model ruang bersama Indonesia. Kelurahan Kendran dinilai layak menjadi percontohan dalam penerapan program kolaboratif yang mempercepat tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Model ruang bersama Indonesia ini bahkan telah disampaikan kepada Menteri terkait sebagai referensi yang dapat diterapkan di daerah lain di tanah air.
Dalam seminar tersebut juga dibahas program prioritas Kementerian Lingkungan Hidup, yakni Eco Campus, Eco Office, dan Eco Temple. Gung Tini Gorda mencontohkan bagaimana konsep Eco Office memungkinkan pemanfaatan air limbah dari toilet yang telah diolah menjadi air bersih untuk penyiraman tanaman. Ia meyakini bahwa tindakan nyata seperti ini merupakan bagian dari Act Green yang perlu terus dikembangkan. Namun, menurutnya, perubahan pola pikir atau Think Green jauh lebih penting karena menjadi dasar dari semua aksi.
Gung Tini Gorda juga sebelumnya telah mendorong Ketua STIE Satya Dharma untuk meluncurkan program Eco Campus, sementara di Undiknas telah diperkenalkan Eco Temple. Program-program tersebut selaras dengan inisiatif Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup dan Kementerian terkait, menunjukkan adanya sinergi antara lembaga pendidikan, masyarakat, dan pemerintah dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Seminar ini dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Hari Perempuan Internasional. Momentum ini menjadi pengingat bahwa peran perempuan dalam isu keberlanjutan dan kesetaraan gender sangat penting. Gung Tini Gorda menyoroti bagaimana STIE Satya Dharma telah menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung Think Green Act Green melalui berbagai penghargaan dan kolaborasi yang telah diraih.
Dalam paparannya, Gung Tini juga mengaitkan filosofi Tri Hita Karana, kearifan lokal Bali, dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Tri Hita Karana menekankan pentingnya menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan. Ia menegaskan bahwa ketidakseimbangan dalam menjaga salah satu hubungan tersebut akan berakibat pada munculnya berbagai bencana sosial maupun alam, seperti banjir besar yang melanda Bekasi.
Menurutnya, masyarakat sering kali tidak menyadari pentingnya batas toleransi dalam segala hal, termasuk dalam konsumsi dan gaya hidup. “Think Green Act Green tidak hanya sebatas gaya hidup, tetapi juga tentang efisiensi dan keberlanjutan,” katanya mengingatkan.
Gung Tini Gorda juga mengaitkan ajaran Sathya Sai Baba dengan nilai-nilai Tri Hita Karana, menegaskan bahwa konsep keharmonisan tersebut telah lama menjadi bagian dari kearifan lokal Hindu di Bali. Ia mengingatkan bahwa menjaga keseimbangan dalam hubungan dengan Tuhan, manusia, dan lingkungan adalah kunci untuk mencegah berbagai bencana sosial dan alam.
Gung Tini Gorda kemudian seluruh peserta untuk terus mengimplementasikan prinsip-prinsip Think Green Act Green dalam kehidupan sehari-hari, demi keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Narasumber berikutnya, I Gusti Gde Nyoman Hendra Wiguna, S.E., M.M., yang merupakan perwakilan dari Pusat Pengendalian Ekoregion Bali dan Nusra, KLHK RI, dalam paparannya mengajak seluruh peserta untuk menyadari bahwa planet bumi saat ini tengah menghadapi situasi yang tidak baik-baik saja. Ia menjelaskan bahwa dunia saat ini dihadapkan pada tiga permasalahan planet yang sangat mendasar dan membutuhkan perhatian serius dari seluruh lapisan masyarakat.
Ancaman tersebut, menurutnya, menjadi pendorong utama perlunya mengadopsi pola pikir Think Green Act Green. “Prinsip ini bukan sekadar konsep, melainkan harus menjadi bagian dari kesadaran dan perilaku sehari-hari agar keberlangsungan lingkungan tetap terjaga,” ungkapnya.
Hendra Wiguna menyoroti pentingnya memahami bagaimana berpikir dan bertindak secara ramah lingkungan. Baginya, pemikiran hijau mencakup kesadaran dalam mengelola aktivitas sehari-hari agar tidak merusak lingkungan. Salah satunya adalah dengan mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, memilah jenis sampah, serta mengolahnya menjadi barang yang memiliki nilai guna. Ia menegaskan bahwa langkah-langkah kecil yang dilakukan secara konsisten akan membawa dampak besar bagi keberlanjutan planet.
Sebagai contoh nyata dari implementasi Act Green, Hendra Wiguna menyebut peran aktif Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Buleleng, yang telah mengambil langkah konkret dalam pengelolaan sampah. Selain itu, ia juga mengapresiasi inisiatif Rumah Plastik, yang berhasil mengolah limbah plastik menjadi berbagai produk bermanfaat. Dalam seminar tersebut, meja yang digunakan peserta bahkan merupakan hasil daur ulang dari botol plastik yang telah diolah oleh Rumah Plastik. Produk inovatif ini tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga mencegah pencemaran lingkungan akibat limbah plastik.
Salah satu narasumber yang turut berbagi pandangannya adalah De Gung Wisnu Pastika dari Tim Eco Campus STIE Satya Dharma. Dalam paparannya, ia menekankan bahwa setiap tindakan, sekecil apa pun, dapat memberikan pengaruh besar terhadap kelestarian lingkungan sekitar. De Gung menjelaskan bahwa hasil dari seminar ini seharusnya menjadi pemicu bagi generasi muda untuk semakin peduli terhadap lingkungan. Ia menyoroti bahwa tanggung jawab menjaga bumi tidak hanya berada di tangan pemerintah atau organisasi besar, tetapi juga individu, khususnya para mahasiswa yang kelak menjadi pemimpin masa depan.
Ia mengungkapkan bahwa STIE Satya Dharma telah menerapkan konsep Eco Campus sejak tahun 2023. Inisiatif ini menjadi bagian dari upaya nyata kampus dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. “Implementasi program Eco Campus tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga telah dijalankan dalam berbagai kegiatan praktis yang melibatkan seluruh civitas akademika,” tegasnya.
Salah satu langkah konkret yang telah diambil adalah pengaktifan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Brand Ambassador Eco Campus. Melalui UKM ini, mahasiswa tidak hanya diajak memahami konsep ramah lingkungan, tetapi juga menjadi motor penggerak dalam mengaplikasikannya di lingkungan kampus. Salah satu kegiatan nyata yang telah dilaksanakan adalah pembuatan teba modern, sebuah area pengelolaan limbah organik berbasis kearifan lokal yang dirancang dengan sentuhan modern untuk meningkatkan efisiensi dan kebersihan.
Selain itu, tim Eco Campus STIE Satya Dharma juga telah menginisiasi pembangunan taman mini di area kampus. Taman ini tidak hanya berfungsi sebagai ruang hijau yang menambah estetika lingkungan kampus, tetapi juga menjadi ruang edukasi bagi mahasiswa dan masyarakat sekitar tentang pentingnya pelestarian alam. Kegiatan tersebut menjadi bagian dari upaya kampus untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan nyaman, sekaligus memperkuat kesadaran ekologi di kalangan generasi muda.
De Gung Wisnu mengajak seluruh mahasiswa untuk tidak ragu berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pelestarian lingkungan. Menurutnya, keterlibatan aktif generasi muda sangat penting dalam menciptakan perubahan positif. Ia berharap bahwa inisiatif yang telah dimulai di STIE Satya Dharma dapat menjadi contoh bagi masyarakat luas, khususnya bagi kampus-kampus lain di Bali maupun di Indonesia, untuk menerapkan konsep serupa.
Sementara itu, Armytanti Hanum Kasmito dari Coca-Cola Euro Pacific Partners (CCEP) Indonesia yang hadir secara daring mengangkat perspektif baru dalam memandang dan menangani permasalahan sampah di Indonesia. Dalam pemaparannya, Armytanti menekankan bahwa permasalahan sampah di Indonesia sebenarnya telah memiliki landasan hukum yang jelas. Ia merujuk pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, serta berbagai regulasi turunannya yang mewajibkan adanya pengendalian dan penanggulangan sampah secara sistematis. Namun, menurutnya, persoalan terbesar terletak pada bagaimana masyarakat memahami dan memaknai keberadaan sampah itu sendiri.
Army mengungkapkan bahwa masih banyak masyarakat yang melihat sampah semata-mata sebagai sesuatu yang kotor, atau harus dijauhkan. Padahal, menurutnya, sampah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas manusia.” Selama manusia hidup, berbelanja, mengonsumsi makanan dan minuman, maka produksi sampah akan terus terjadi. Karena itu, yang diperlukan bukanlah menghindari eksistensi sampah, melainkan bagaimana cara mengelolanya secara bijak,” katanya.
Dalam pandangannya, pendekatan yang hanya berfokus pada larangan tanpa diiringi kajian kelayakan (feasibility study) dan edukasi kepada masyarakat justru tidak akan efektif. Armytanti menilai bahwa masyarakat perlu mengubah mindset mereka dalam melihat sampah, dari sesuatu yang harus dijauhi menjadi sesuatu yang harus dikendalikan dengan penuh tanggung jawab.
Ia mengambil contoh sederhana dari konsumsi produk-produk legal seperti minuman beralkohol. Produk tersebut tetap dilegalkan, namun dibatasi dan dikontrol melalui mekanisme cukai, sebagai bentuk pengendalian konsumsi yang sah di mata hukum.
Lebih lanjut, ia mengajak masyarakat untuk mulai bertindak secara bijak dalam mengelola sampah, dimulai dari langkah kecil di lingkungan sendiri. “Edukasi tentang pentingnya waste management yang bertanggung jawab, harus terus digencarkan agar masyarakat tidak hanya berhenti pada sekadar wacana, tetapi benar-benar menjalankan praktik pengelolaan sampah yang baik dan terukur,” tuturnya.
Army juga menyampaikan bahwa di tingkat industri, CCEP Indonesia berkomitmen untuk terus meningkatkan program sustainability, termasuk dalam hal pengelolaan kemasan produk. Perusahaan telah menjalankan berbagai inisiatif untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, meningkatkan daur ulang kemasan, serta mendukung program pemerintah dalam pengurangan limbah.
Turut hadir secara daring Valencia Octaviani selaku Director of Internal Affairs, Youth for Energy Southeast Asia yang membawakan materi yang menyoroti permasalahan krisis sampah plastik dan kaitannya dengan perubahan iklim global. Dalam paparannya, Valencia menyampaikan fakta mencengangkan mengenai produksi sampah plastik secara global. Setiap tahunnya, tidak kurang dari 400 juta ton sampah plastik dihasilkan di seluruh dunia. Ia mengilustrasikan bahwa apabila seluruh limbah plastik tersebut dikumpulkan dalam satu lahan, luasnya bisa menyamai wilayah negara Singapura. Angka ini, menurutnya, menggambarkan betapa besar skala permasalahan yang dihadapi dunia saat ini.
Valencia menjelaskan bahwa krisis sampah plastik memiliki berbagai konsekuensi serius yang tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada kesehatan manusia. Salah satu dampak nyata yang disorot adalah pencemaran lingkungan, di mana limbah plastik yang tidak terkelola dengan baik mencemari lautan, tanah, dan merusak ekosistem secara keseluruhan. “Plastik yang mengendap di tanah dan laut turut mengganggu siklus alami, meracuni biota, dan mengancam keberlanjutan kehidupan berbagai spesies,” sebutnya.
Valencia kemudian mengungkapkan temuan ilmiah yang semakin mengkhawatirkan, yakni adanya kontaminasi mikroplastik dalam tubuh manusia. Mikroplastik ini, yang berasal dari pecahan partikel plastik berukuran sangat kecil, telah ditemukan dalam darah manusia. Kondisi ini menjadi peringatan bahwa pencemaran plastik telah memasuki rantai makanan dan secara langsung memengaruhi kesehatan manusia.
Selain itu, Valencia menyoroti aspek lain yang sering luput dari perhatian publik, yaitu dampak produksi plastik terhadap emisi karbon. Ia menjelaskan bahwa proses produksi plastik termasuk dalam kategori carbon intensive, di mana kegiatan produksi tersebut menghasilkan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar. Emisi ini berkontribusi signifikan terhadap perubahan iklim global, mengingat polusi udara yang dihasilkan memperburuk efek rumah kaca dan pemanasan global.
Valencia menekankan bahwa semua permasalahan tersebut seharusnya mendorong masyarakat global untuk lebih waspada dan menyadari betapa gentingnya krisis sampah plastik saat ini. Ia mengajak seluruh peserta seminar, khususnya generasi muda, untuk meningkatkan awareness terhadap krisis ini dan turut berperan aktif dalam mengatasi persoalan sampah plastik.
Seminar ini disambut dengan antusias oleh para peserta yang berasal dari berbagai kalangan, khususnya generasi muda. Sepanjang sesi berlangsung, para peserta tampak aktif berinteraksi dengan narasumber melalui sesi tanya jawab. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencerminkan ketertarikan mereka terhadap topik keberlanjutan lingkungan, mulai dari penerapan konsep eco campus, pengelolaan sampah plastik, hingga upaya mitigasi perubahan iklim. Para peserta menilai bahwa seminar akbar ini memberikan manfaat yang besar, terutama dalam meningkatkan wawasan dan pemahaman mereka mengenai pentingnya berpikir hijau dan bertindak hijau dalam kehidupan sehari-hari.
Seminar ini juga mendapat apresiasi yang tinggi dari berbagai pihak yang hadir. Salah satunya datang dari Putu Ekadarmawan, Pendiri Rumah Plastik, yang turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Menurutnya, seminar ini merupakan langkah efektif dalam menyatukan berbagai upaya yang selama ini berjalan secara terpisah, khususnya dalam pengelolaan dan pengendalian sampah di wilayah Buleleng. Ia mengungkapkan bahwa selama ini banyak gerakan peduli lingkungan yang dilakukan secara parsial oleh masyarakat maupun komunitas, namun belum sepenuhnya terintegrasi dalam satu wadah yang terkoordinasi.
Dengan hadirnya inisiatif Eco Campus dari STIE Satya Dharma, ia menilai bahwa gerakan lingkungan kini memiliki ruang yang lebih jelas dan terstruktur untuk mewadahi partisipasi generasi muda. Program ini, menurutnya, memberikan kesempatan bagi anak-anak muda yang ingin terlibat langsung dalam menjaga lingkungan, tidak hanya sebatas kegiatan seremonial, tetapi juga melalui aksi nyata yang berkelanjutan.
Lebih lanjut, Putu Ekadarmawan menilai bahwa berbagai fasilitas, insentif, dan program pembinaan yang disiapkan dalam inisiatif Eco Campus menjadi nilai tambah yang penting. Ia menganggap langkah-langkah tersebut sangat luar biasa karena dapat memperkuat motivasi generasi muda untuk terus bergerak dan terlibat dalam berbagai aksi lingkungan.
Kadek Danuartha, mahasiswa STIE Satya Dharma sekaligus salah satu panitia acara, mengungkapkan kebanggaannya atas suksesnya penyelenggaraan program yang dianggapnya luar biasa ini. Danuartha menjelaskan bahwa seminar akbar bertema Think Green Act Green ini dirancang untuk mengajak seluruh peserta berpikir hijau dan bertindak hijau, khususnya dalam menjaga kelestarian lingkungan alam sekitar. Menurutnya, kegiatan ini berhasil melibatkan berbagai pihak yang bersinergi. Sinergi lintas lembaga ini memperkuat komitmen kampus dalam mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan.
Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa rangkaian kegiatan dalam acara ini tidak hanya mencakup seminar, tetapi juga beberapa aktivitas lainnya yang bertujuan untuk memperkenalkan praktik ramah lingkungan. Di antaranya adalah panen sayur dari kebun Eco Campus yang menjadi simbol penerapan pertanian organik di lingkungan kampus, dan cooking class yang melibatkan anak-anak TK Kumara Satya Dharma.
Menurut Danuartha, rangkaian acara tersebut menjadi bukti nyata bahwa program Think Green Act Green tidak hanya mengedepankan teori, tetapi juga mendorong implementasi langsung di lapangan. Ia berharap program serupa terus berlanjut dan mampu menginspirasi lebih banyak pihak, khususnya generasi muda, untuk peduli terhadap lingkungan dan aktif berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan bumi.
Mahasiswa STIE Satya Dharma lainnya, Intan, turut mengapresiasi kegiatan ini. Ia menilai bahwa seluruh rangkaian acara berjalan lancar sesuai dengan persiapan matang yang telah dilakukan oleh panitia. Menurut Intan, seminar akbar dan sosialisasi implementasi program Eco Campus ini memberikan dampak besar, tidak hanya bagi civitas akademika STIE Satya Dharma, tetapi juga masyarakat Buleleng secara lebih luas. Ia menyebutkan bahwa kegiatan ini membuka wawasan peserta tentang pentingnya penerapan gaya hidup ramah lingkungan, serta memberikan contoh nyata bagaimana sebuah institusi pendidikan dapat menjadi motor penggerak dalam menciptakan lingkungan yang berkelanjutan.
Intan juga menyoroti keterlibatan berbagai pihak, termasuk siswa dari SMA Bali Mandara yang turut membahas konsep Eco School dalam sesi seminar. Ia berharap, program Eco Campus di STIE Satya Dharma dapat terus berkembang dan menjadi wadah yang produktif untuk masyarakat, terutama generasi muda, dalam menginisiasi dan mendukung berbagai program berbasis lingkungan. (wid)