Foto: Ketua Yayasan Ratyni Gorda Dr. Anak Agung Ngurah Oka Suryadinata Gorda, S.E.,M.M., dan Ketua STIE Satya Dharma Singaraja Dr. Nyoman Juli Nuryani berdoto bersama para narasumber dan sejumlah peserta usai STIE Satya Dharma Singaraja menggelar Seminar “Implementasi Konsep Tri Hita Dalam Mewujudkan Ekonomi Sirkular” pada Jumat 19 Januari 2024.

Singaraja (Metrobali.com)-

Serangkaian Dies Natalis ke-28 STIE Satya Dharma Singaraja menggelar Seminar “Implementasi Konsep Tri Hita Dalam Mewujudkan Ekonomi Sirkular” di Auditorium Ratyni Gorda Kampus STIE Satya Dharma Singaraja pada Jumat 19 Januari 2024 dalam rangka juga menguatkan program Eco Campus yang telah diluncurkan di kampus STIE Satya Dharma Singaraja.

 

Seminar “Implementasi Konsep Tri Hita Dalam Mewujudkan Ekonomi Sirkular” ini menghadirkan lima pembicara yakni Armytanti Hanum Kasmito selaku Regional Public Affairs Manager Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia, Kepala Pusat Kajian Ekonomi Kreatif Undiknas Denpasar I Gusti Ngurah Widya Hadi Saputra S.M.,M.SM., pejabat dari Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Bali dan Nusa Tenggara Cokorda Istri Muter Handayani, S.T.,M.Si.,Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng Gede Melandrat SP dan dosen dari STIE Satya Dharma Singaraja Dr. I Gusti Made Dharma Hartawan S.E.,M.M.

 

Acara juga diisi penandatanganan MoU antara STIE Satya Dharma Singaraja dengan Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Bali dan Nusa Tenggara dan Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia dalam rangka mewujudkan ekonomi sirkular dimana sebelumnya STIE Satya Dharma Singaraja juga telah melaunching program Eco Kampus. Selain itu juga dilakukan aksi penanaman pohon bersama di lingkungan kampus STIE Satya Dharma Singaraja. Turut hadir Ketua Yayasan Ratyni Gorda Dr. Anak Agung Ngurah Oka Suryadinata Gorda, S.E.,M.M.

Ketua STIE Satya Dharma Singaraja Dr. Nyoman Juli Nuryani mengungkapkan sebelumnya STIE Satya Dharma Singaraja telah melaunching program Eco Campus dan program tersebut diimplementasikan dengan bersinergi dengan beberapa instansi, terutama P3E Bali Nusra, juga dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, Coca-cola Euro Pacific Partners Indonesia dan Pusat Studi Undiknas (PSU), terutama Pusat Kajian Ekonomi Kreatif Undiknas.

STIE Satya Dharma Singaraja mencoba untuk menguatkan apa yang telah dilakukan terkait dengan Eco Campus , dimana ada empat fokus yang baru dicanangkan dan sudah dilakukan yaitu hemat energi, pemilahan sampah, lingkungan hijau, serta penghematan penggunaan kertas. Program tersebut nantinya bisa disinergikan dengan beberapa instansi yang kebetulan diundang dalam seminar kali ini.

Acara seminar juga memberikan edukasi kepada mahasiswa dan seluruh civitas akademika STIE Satya Dharma Singaraja sehingga ini semakin memantapkan program Eco Campus kedepannya, yang juga akan dikaitkan dengan Eco Temple dan juga Eco Office. Selain itu juga sudah dilakukan best practice atau praktik baik dari Pusat Studi Undiknas (PSU) dan instansi-instansi lainnya. Ini diharapkan akan memberikan contoh positif bagi STIE Satya Dharma Singaraja.

Sejauh ini implementasi yang telah dilakukan di STIE Satya Dharma Singaraja adalah pengumpulan dan pengolahan sampah-sampah plastik. Kedepan diharapkan sudah dibentuk Bank Sampah, baik untuk lingkungan di STIE Satya Dharma Singaraja, maupun di lingkungan sekitar masyarakat.

Selain itu juga sudah dilakukan penanaman pohon produktif atau yang memiliki nilai ekonomi. “Nantinya buah-buahan dari pohon yang ditanam tersebut akan diolah menjadi produk-produk di UMKM Kewirausahaan STIE Satya Dharma Singaraja,” ujar Juli Nuryani.

Juli Nuryani mengatakan lebih lanjut, dalam kegiatan seminar kali ini juga dilakukan penandatanganan MoU antara STIE Satya Dharma Singaraja dengan Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Bali dan Nusa Tenggara dan Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia. Dari kerjasama tersebut diharapkan STIE Satya Dharma Singaraja bisa menggali ekonomi sirkular. Artinya kedepan akan diupayakan dari ekonomi linier ke ekonomi sirkular untuk nantinya bagaimana mendapatkan support dari Coca-cola yang telah memiliki best practice.

“Untuk di awal STIE Satya Dharma Singaraja akan fokus membentuk Bank Sampah sehingga kedepan bisa memproses bagaimana ekonomi sirkular tersebut bisa diterapkan di Kampus STIE Satya Dharma Singaraja. Kami harapkan dari Bank Sampah tersebut akan melahirkan peluang-peluang ekonomi,” ungkapnya.

Sementara itu Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIE Satya Dharma Singaraja, Kadek Tirtayasa mengatakan, kegiatan seminar dilaksanakan dalam rangka Dies Natalis ke-28 STIE Satya Dharma Singaraja dimana tema yang diambil adalah Implementasi Konsep Tri Hita Karana Dalam Mewujudkan Ekonomi Sirkular.

Tema tersebut diambil karena pihak kampus ingin bagaimana dalam melaksanakan Eco Campus, mahasiswa dan civitas akademika di STIE Satya Dharma Singaraja mendapatkan bimbingan-bimbingan dari para narasumber yang dihadirkan dalam acara seminar tersebut. Seminar juga diadakan untuk mendukung kegiatan Eco Campus, Eco Temple serta Eco Office yang pastinya sejalan dengan konsep Tri Hita Karana.

Kadek Tirtayasa berharap, dengan mengadakan seminar tersebut mahasiswa di STIE Satya Dharma Singaraja bisa lebih paham tentang bagaimana konsep Eco Campus. “Kedepan kami harapkan adanya lebih banyak kolaborasi dan sinergi untuk mengembangkan kegiatan Eco Campus di STIE Satya Dharma Singaraja,” katanya.

Armytanti Hanum Kasmito selaku Regional Public Affairs Manager Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia mengatakan, tema seminar dengan apa yang diimplementasikan oleh Coca-cola sudah sangat sesuai. Jadi ketika membahas ekonomi sirkular maka yang difokuskan adalah bagaimana mendaur ulang barang-barang yang tadinya dianggap sampah untuk dijadikan produk-produk yang bernilai ekonomi.

“Dengan ekonomi sirkular juga bisa mengurangi sumber daya alam yang terekstrak. Hal tersebut juga telah dilakukan oleh Coca-cola untuk menjaga lingkungan dengan menarik kembali seluruh botol PET untuk kemudian didaur ulang dan dijual sehingga mengurangi penggunaan Virgin PET,” terang Army.

Tri Hita Karana merupakan konsep hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan sesama. Oleh karena itu Army yakin dengan apa yang dilakukan terhadap alam, lingkungan dan sesama makhluk hidup lainnya, pasti kedepannya akan menjadi sesuatu yang dilihat atau diapresiasi secara spiritual juga. Jadi konsep ekonomi sirkular dengan Tri Hita Karana sudah sangat sejalan.

Army berharap apa yang sudah dilakukan oleh perusahaan seperti Coca-cola, juga bisa diimplementasikan oleh mahasiswa STIE Satya Dharma Singaraja. “Konsep ekonomi sirkular sederhana yang bisa dilakukan oleh mahasiswa adalah bagaimana mereka bisa memilah sampah organik dan anorganik, serta bisa mengambil manfaat dari sampah yang ada tersebut,” katanya.

Army kemudian berharap dari MoU yang sudah dijalin dengan STIE Satya Dharma Singaraja, pihak Coca-cola bisa membantu dalam mengimplementasikan program Eco Campus. Army juga memberikan masukan agar dalam program Eco Campus tersebut juga dimasukkan dalam hal pengolahan sampah organik. Kebetulan dari pihak Coca-cola sendiri sudah pernah memiliki modul terkait pengolahan sampah organik. Harapannya dari modul ini bisa diimplementasikan oleh STIE Satya Dharma Singaraja lewat program Eco Campus melalui MoU tersebut.

Narasumber selanjutnya Kepala Pusat Kajian Ekonomi Kreatif Undiknas Denpasar I Gusti Ngurah Widya Hadi Saputra S.M.,M.SM., mengungkapkan bahwa dalam seminar tersebut pihaknya mencoba untuk menyampaikan seperti apa implementasi dari pelaksanaan Tri Hita Karana, kaitannya dengan sustainability dan juga dengan ekonomi sirkular.

Dari sisi akademisi, Pusat Studi Undiknas PSU, tentunya menjembatani hal tersebut dalam ranah Tri Dharma Perguruan Tinggi. Salah satu yang bisa dilaksanakan adalah dengan kegiatan peningkatan awareness dan juga communiy development. Ini sudah dilakukan oleh PSU dengan mendampingi masyarakat di kawasan Pantai Jerman untuk mewujudkan ekonomi sirkular.

“Peran institusi pendidikan dari sisi Tri Dharma Perguruan Tinggi sangat penting, bagaimana akademisi bisa mengetuk tularkan semangat Tri Hita Karana ini agar bisa menjadi pedoman untuk mewujudkan sustainability di Bali dengan konsep local genius dan local wisdom untuk mewujudkan ekonomi sirkular di Bali,” tutur Hadi Saputra.

Kedepan diharapkan, hal-hal yang telah dikonsepkan dalam Tri Hita Karana yang sudah dipegang selama ini di Bal, juga bisa menjadi spirit untuk mewujudkan sustainability atau keberlanjutan, tidak hanya dari sisi kehidupan bermasyarakat, tetapi juga mewujudkan ekonomi hijau, ekonomi mandiri dan ekonomi sirkular.

Perwakilan dari Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Bali dan Nusa Tenggara Cokorda Istri Muter Handayani, S.T.,M.Si., mengungkapkan, melihat dari sisi kewenangan bahwasanya P3E memiliki kewenangan menyiapkan regulasi. Dari kementerian sudah banyak regulasi terkait dengan bagaimana pengelolaan lingkungan, terutama pengelolaan sampah. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana implementasi dari regulasi-regulasi tersebut.

“Jika dilihat dari aturan yang dibuat secara nasional bahwa pihak P3E menargetkan pengolahan sampah adalah 30 persen pengurangan dan 70 persen penanganan. Untuk pengurangan sendiri filosofinya adalah masyarakat yang melakukannya, sedangkan untuk penanganan akan menjadi tugas dari pemerintah, bagaimana sampah-sampah yang tidak dikelola, itu akan ditangani oleh pemerintah. Inilah kemudian akan digenjot bersama untuk mencapai target-target tersebut di tahun 2030,” jelas Cokorda Istri Muter Handayani.

Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng Gede Melandrat SP mengatakan, kalau berbicara implementasi Tri Hita Karana itu adalah payung hukumnya DLH. Dia juga mengungkapkan bahwa DLH telah melaksanakan kegiatan dan konsultasi publik atas kajian lingkungan hidup, strategi rencana pembangunan jangka panjang daerah kabupaten Buleleng untuk 20 tahun kedepan.

Dalam kesempatan tersebut, Gede Melandrat juga memuji program Eco Campus yang diterapkan di STIE Satya Dharma Singaraja dan mengatakan akan mewujudnyatakan program tersebut. Dia kemudian mengajak para mahasiswa dan civitas akademika STIE Satya Dharma Singaraja untuk terus berprogres.

Gede Melandrat juga berharap mahasiswa STIE Satya Dharma Singaraja paham dan mempunyai keinginan serta ketrampilan sehingga bisa mengeluarkan produk-produk ekonomi sirkular yang bernilai ekonomi. Menurutnya produk ekonomi sirkular tersebut tidak akan memiliki nilai ekonomi jika kita tidak mampu memberikan nilai atas produk tersebut.  Ditambahkannya bahwa di Buleleng memiliki banyak produk ekonomi sirkular.

Dosen dari STIE Satya Dharma Singaraja Dr. I Gusti Made Dharma Hartawan S.E.,M.M., menerangkan, Tri Hita Karana dalam konteks ekonomi sirkular merupakan sebuah ajakan moral, bukan saja kepada mahasiswa, tetapi juga kepada masyarakat umum untuk mencintai lingkungan dan alam.

Dia menambahkan, para mahasiswa di STIE Satya Dharma Singaraja telah diedukasi tentang bagaimana mulai mengumpulkan sampah dari lingkungan sekitar. Menurutnya, isu lingkungan telah menjadi isu dunia. Jadi untuk mengatasi isu ini tidak bisa hanya mengandalkan satu individu, namun memerlukan sebuah kesadaran yang sangat dalam dan mengakar.

Dengan cara inilah kampus STIE Satya Dharma Singaraja bisa meningkatkan program Eco Campus. Diharapkan ini bisa menjadi contoh bagi masyarakat sekitar, utamanya Bali, Indonesia dan bahkan dunia.

Hartawan kemudian memberikan pesan moral kepada masyarakat untuk mencintai lingkungan sendiri, jangan takut kotor, karena dibalik kotor itu ada sesuatu yang bersih. Lebih lanjut dikatakannya, produsen sampah tersebut berasal dari rumah tangga.

“Berdasarkan data, rumah tangga telah memproduksi sampah yang sangat banyak. Artinya masyarakat memerlukan kesadaran, mulai dari kelompok yang paling kecil yaitu keluarga,” ungkapnya.

Diharapkan program Bank Sampah akan menjadi solusi bagi permasalahan sampah, yang merupakan isu klasik. Disinilah perlunya gerakan moral untuk mengatasi isu sampah tersebut.

Paparan materi dari para narasumber Seminar “Implementasi Konsep Tri Hita Dalam Mewujudkan Ekonomi Sirkular” ini disambut antusias para peserta seminar yang juga aktif bertanya kepada para narasumber dan juga turut berdiskusi.

Salah satu mahasiswa menanyakan kepada Armytanti Hanum Kasmito selaku Regional Public Affairs Manager Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia terkait alasan Coca-Cola beralih dari kemasan botol kaca yang menurutnya lebih ramah lingkungan, ke botol plastik.

Mahasiswa lainnya memberikan pertanyaan kepada Pejabat dari Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Bali dan Nusa Tenggara Cokorda Istri Muter Handayani terkait bagaimana program dari P3E untuk menangani produk-produk kemasan plastik yang saat ini masih digunakan oleh UMKM-UMKM. Kemudian ia juga memberikan masukan kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng Gede Melandrat untuk membuat program yang bisa membantu para pemulung barang-barang bekas mendapatkan harga yang baik ketika mereka menjual barang-barang bekas yang mereka kumpulkan tersebut.

Sementara itu salah satu peserta seminar yang juga seorang pemerhati lingkungan mengatakan bahwa pihaknya membutuhkan dukungan sarana dan prasarana, seperti yang dilakukan Coca-Cola. Menurutnya anggaran untuk masalah sampah sangat minim, oleh karena itu dibutuhkan kolaborasi untuk mengatasi hal tersebut.

Jangan sampai karena kurangnya dukungan, semangat para pegiat dan pemerhati sampah akan hilang. Pihaknya juga memberikan apresiasi kepada Rotract yang sudah berkolaborasi selama dua tahun dalam hal pengumpulan sampah plastik.

Tidak hanya dengan menggelar seminar STIE Satya Dharma Singaraja berkomitmen penuh mengimplementasikan konsep Tri Hita Karana dalam mewujudkan ekonomi sirkular. Sebelumnya STIE Satya Dharma Singaraja telah melaunching Eco Campus yang ditandai dengan penanaman pohon. (wid)