Foto: Closing Celebration Coaching Start Up Clinic, Rabu sore (23/9/2020).

Denpasar (Metrobali.com)-

Di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) Provinsi Bali menggelar Coaching Start Up Clinic. Coaching Start Up Clinic yang dilaksanakan selama tiga bulan ini merupakan program dari unit dilkat KPRK Bali.

Ketua Unit Diklat KPRK, Defria Kirana mengatakan, dihadirkannya Coaching Start Up Clinic ini sebagai upaya untuk menghasilkan pengusaha.

“Entrepreneur yang dihasilkan tidak hanya menjadi pengusaha sebentar, tetapi bisa mengembangkan diri untuk jangka waktu yang panjang,” kata Defria usai acara Closing Celebration Coaching Start Up Clinic, Rabu sore (23/9/2020) di kediaman Ketua KPRK Provinsi Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H., M.M., M.H., di Jalan Setyaki Nomor 9 Denpasar.

Defria menuturkan, program ini dimulai pada Juli 2020 dengan memberdayakan mahasiswa yang dirumahkan. “Artinya (mahasiswa) tidak ada pekerjaan. Tidak bisa kuliah juga (karena) pandemi. Jadi Bu Gung (Ketua KPRK Bali) dan juga pihak Undiknas memberikan kesempatan untuk 25 mahasiswa yang ikut Coaching Start Up Clinic,” jelasnya.

Selama tiga bulan pelaksanaan Coaching Start Up Clinic terus dilakukan seleksi. Pada bulan pertama sudah lima orang yang bisa terseleksi, diikuti 4 orang di bulan kedua dan akhirnya tersisa dua orang di bulan ketiga. “Bulan ketiga ini hanya dua yang masih bertahan,” tuturnya.

Kedua orang peserta yang dimaksudkan Defria yakni Wulan Arih Handayani, pendiri Lensa Hore yang menghadirkan usaha jasa pembuatan video dan fotografi serta Ahmad Abdul Wafi, pendiri Wafi Organizer yang usahanya bergerak pada event organizer.

Defria menuturkan, awalnya para peserta ini tidak mempunyai bisnis. Maka dari awal mereka membuat business plan, membuat value dalam bisnisnya, belajar fotografi, kemudian hingga membuat logo.

“Yang belum punya logo,tadinya jadi punya logo. Yang tadinya tidak punya media sosial sekarang jadinya mereka jadi punya media sosial. Kemudian awalnya mereka belum mencoba sebuah event, nah di bulan ketiga mereka dipaksa untuk membuat. Dan mereka sudah akan melaksanakan job,” paparnya.

Bagi Defria, untuk menjadi seorang entrepreneur haruslah kreatif. Maka dari itu, dalam Coaching Start Up Clinic ini pihaknya berupaya untuk menciptakan calon entreprener yang benar-benar dan bersungguh-sungguh untuk mau dan harus kreatif.

Menurutnya, saat ini KPRK sudah memiliki banyak anggota. Ke depan rencananya juga akan memberdayakan anggota KPRK untuk menjadi seorang entreprener melalui tiga bulan Coaching Start Up Clinic yang serupa.

Manager KPRK, Anak Agung Rai Tirtawati menambahkan, bentuk Coaching Start Up Clinic ini dilakukan melalui training dan pendampingan. Ada berbagai usaha yang ikut dalam Coaching Start Up Clinic ini, mulai dari bidang fotografi hingga designer. Mereka pun mempromosikan produknya melalui media sosial.

Dijelaskan olehnya, bahwa KPRK memiliki empat unit usaha, salah satunya yakni unit diklat. “Jadi unit diklat ini melaksanakan ini Coaching Start Up Clinic,” kata dia.

Melalui Coaching Start Up Clinic ini, peserta diharapkan bukan hanya sebagai pedagang saja, tetapi mampu menjadi wirausahawan yang bisa me-manage dan memprogramkan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.

Bagi mereka yang memiliki kapasitas sebagai fotografer dan bisnis event organizer misalnya, agar bisa lebih profesional lagi menekuni usahanya. “Jadi sesuai dengan  kapasitas yang dimiliki oleh peserta, kemudian diberikan diklat ini mereka agar lebih up gitu lho,” jelasnya

Dikatakan program Coaching Start Up Clinic dari unit diklat KPRK Bali ini baru awal dan ke depan akan terus berlanjut. (wid)