Foto: Anggota DPRD Kota Denpasar dari PSI Emiliana Sri Wahjuni (kiri) saat bersama Ketua DPP PSI Isyana Bagoes Oka.

Denpasar (Metrobali.com)-

Narasi perempuan di kancah politik memang selalu menarik untuk dibahas. Terlebih juga belakangan ini mulai muncul kesadaran bahwa perempuan bukan sekadar lisptik atau kosmetik di ranah politik misalnya ketika mereka bertarung sebagai calon anggota legislatif (caleg) pada pemilihan anggota legislatif (pileg).

Perempuan sudah mulai menempatkan dirinya pada posisi pemain utama di panggung politik bukan sekedar figuran atau pelengkap kuota. Namun tidak dapat dipungkiri pula bahwa masih banyak perempuan yang memandang politik dengan nada apatis bahkan sinis. Mitos bahwa politik adalah dunianya laki-laki juga masih melekat kuat di benak sebagian perempuan.

Belum lagi jika bicara tingkat keterwakilan perempuan di parlemen yang angkanya masih jauh dari harapan. Pada Pileg 2019, Bali hanya mencatatkan sebanyak 52 caleg perempuan yang lolos ke gedung dewan di berbagai tingkatan di Bali. Tentu angka yang masih cukup minim.

Namun itu bukan berarti kaum perempuan menyerah untuk terus menyuarakan pentingnya kesadaran politik perempuan dan perlunya perempuan terjun di dunia politik praktis misalnya dengan menjadi caleg pada Pileg 2024.

Salah satu tokoh perempuan dan politisi perempuan yang bersuara lantang adalah srikandi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Emiliana Sri Wahjuni. Anggota DPRD Kota Denpasar ini secara terang-terangan dan terbuka mengajak lebih banyak perempuan maju sebagai caleg pada Pileg 2024 mendatang.

Wakil rakyat yang akrab disapa Sis Emil ini mengajak para perempuan hebat, perempuan cerdas dan yang punya hati mulia agar mau ikut berjuang membuat perubahan yang lebih baik dan khususnya juga memperjuangkan suara kaum perempuan.

“Perempuan yang punya hati untuk melayani maju pileg dong sebagai calon anggota legislatif,” ajak Sekretaris Fraksi NasDem-PSI DPRD Kota Denpasar ini.

Sis Emil mengajak perempuan cerdas, perempuan pintar, perempuan yang punya hati untuk melayani masyarakat dengan merebut posisi baik legislatif maupun eksektutif. Tujuannya bukan untuk mengejar kekuasaan atau kepentingan pribadi namun agar bisa memperjuangkan kepentingan yang lebih luas.

Bagi Sis Emil juga yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan. Jadi terjun ke politik harusnya menjadi panggilan kemanusiaan untuk melayani dan mengabdi atau ngayah. Dan perempuan diharapkan dapat mengambil peran itu.

“Karena perempuan pintar saja tidak cukup tapi harus punya hati untuk melayani. Karena hidup sebagai anggota Dewan tidak seperti yang dipikirkan masyarakat di luar sana. Ini adalah ngayah. Ngayah itu berarti pakai hati. Jadi harus punya hati,” kata ibu dari dua orang putri ini.

Ia kembali mengingatkan dan membangun kesadaran politik kaum perempuan bahwa segala aspek kehidupan ini diatur dengan proses politik. Segala bentuk peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah hasil keputusan politik. Kehidupan ini tidak bisa lepas dari politik karena dari lahir sampai kita meninggal dunia ada campur tangan proses politik di dalamnya.

“Politik adalah bagian kehidupan, dari lahir sampai meninggal. Akta lahir, mau beli Pertalite harus pakai aplikasi, zaman Covid-19 harus test swab, semua itu adalah hasil politik,” urai Sis Emil.

“Jadi saya ajak perempuan yang punya hati majulah ke politik, maju jadi caleg di Pileg 2024. Kalau orang yang cerdas dan punya hati tidak bergabung di politik saya rasa kasihan negara kita akan dipimpin orang-orang yang salah,” pungkas Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar yang membidangi kesehatan, pendidikan, pemuda dan olahraga, pemberdayaan perempuan, sosial dan tenaga kerja, kebersihan dan pertamanan, pariwisata dan lain-lain ini. (dan)