Ilustrasi

Oleh : I Gde Sudibya

Peristiwa Puputan Margarana 20 November 1946, 74 tahun yang lalu yang heroik dan gagah berani itu, akan selalu menjadi kenangan terdalam bagi anak-anak bangsa di Pulau Dewata ini.

Dari perspektif sastra Asta Dasa Parwa, para kesatria gagah berani yang gugur di medan laga untuk mempertahankan Ibu Pertiwi dan kemudian Bangsa dan Negara, merupakan insan-insan manusia mulya mencapai surga karena guna dan karmanya.

Keberanian untuk melakukan pilihan kehidupan: bakti kepada Ibu Pertiwi, at all cost (berapapun biayanya, termasuk pengorbanan diri), kecerdasan untuk melakukan pilihan keputusan dalam kehidupan, optimisme besar untuk menatap dan mengisi ufuk baru kehidupan pasca kemerdekaan, merupakan nilai-nilai inti – cores values – yang telah diteladankan para kesatria nan gagah berani yang gugur di medan laga puputan, Desa Margarana, Tabanan, Bali 20 November 1946, 74 tahun silam.

Keberanian untuk mengambil keputusan, kecerdasan melangkah untuk merealisasikan keputusan berani yang telah diambil, optimisme besar untuk menapaki ufuk baru perubahan, adalah nilai-nilai kehidupan yang tetap relevan dalam menapaki kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini.

Dalam realitas politik komtemporer dewasa ini, 75 tahun pasca kemerdekaan, 22 tahun pasca gerakan reformasi, kemulyaan dalam berpolitik (political virtue), yang diwaris-teladankan oleh The Founding Fathers, sudah begitu jauh ditinggalkan. Prilaku politik yang a historis, tanpa rasa bersalah dan juga tanpa rasa malu: korupsi politik yang begitu massif yang memperoleh pembenaran/justifikasi dari aturan yang sengaja didesign untuk itu, permainan politik uang, dan “dasa muka” prilaku politik yang menghalalkan semua cara. Agitasi politik berbasis ideologi yang diwacanakan secara cerdas dan masih mengenal etika di dasa warsa 50’an, berubah wujud menjadi komunikasi politik nan kotor: sarat ujaran kebencian, hoax dan sejenisnya, ulasan dan analisa palsu berbasis kebohongan dan ironinya tidak sedikit menggunakan simbol SARA.

Sebagai sebuah refleksi dalam perjalanan menapaki kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini, dan mengenang spirit perjuangan para kesatria putra bangsa yang gugur di medan laga Desa Margarana, 74 tahun yang lalu, nilai-nilai kepahlawanan yang ” tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan menyebut beberapa diantaranya: Kerelaan Penuh untuk Berkorban (sebagai lawan dari prilaku politik yang sarat pamrih pribadi). Integritas Pribadi yang Tinggi ( sebagai lawan dari demoralisasi pribadi akibat korupsi masif dan tranparan ). Visi akan Masa Depan (sebagai lawan dari kepentingan sempit cepat, jangka pendek untuk kepentingan pribadi dan golongan sempit).