Keterangan foto: Aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa kembali digelar ForBALI (Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa) yang dikemas dalam kemasan Parade Budaya pada hari jumat, 24 mei 2019 di kawasan civic center Renon, Denpasar/MB

Denpasar, (Metrobali.com) –

Aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa kembali digelar ForBALI (Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa) yang dikemas dalam kemasan Parade Budaya pada hari jumat, 24 mei 2019 di kawasan civic center Renon, Denpasar. Massa mulai berkumpul di lapangan parkir timur Renon dan sekitar pukul 15.00 wita mulai melakukan longmarch menuju Bajra Sandhi dan Kantor DPRD Bali.

Aksi longmarch pertama berhenti didepan Monumen Bajra Sandhi. Saat di Bajra Sandhi, diisi dengan orasi dari perwakilan dari ForBALI Karangasem dan penampilan dari grup hip hop dari Bali yang bernama Goldvoice dengan beberapa lagu rap-nya.

Setelah penampilan Goldvoice, aksi longmarch dilanjutkan menuju gedung DPRD Bali. Seperti sebelumnya, pintu pagar DPRD Dikunci dan yang berbeda kali ini adalah Puluhan Aparat Kepolisian menjaga jalan menuju Kantor DPRD Bali. Didepan gedung yang tertutup rapat tersebut, massa ForBALI melakukan aksi Spektakuler yaitu menumpuk baliho DPRD Bali yang terpajang disisi kanan gerbang dengan baliho bergambar tokoh pewayangan Sangut yang bertuliskan “Jika Kalian Tidak Bersikap Untuk Rakyat Maka Kalian Tak Ubahnya Seperti Sangut”.

Koordinator Umum ForBALI Wayan Suardana yang akrab dipanggil Gendo menyampaikan bahwa selama ini ForBALI melalui WALHI Bali telah banyak berbuat untuk melawan investasi rakus. Perlawanan tersebut diantaranya berhasil mengurangi luasan reklamasi bandara dan menyelamatkan kawasan konservasi seluas puluhan hektar. Lebih jauh perlawanan selama ini juga berhasil mengurangi luasan pertambangan pasir dalam RZWP3K seluas 1000 hektar yang direncanakan di lepas pantai Kuta. Selain itu ForBALI melalui WALHI Bali juga berhasil memenangkan gugatan sengketa informasi publik melawan Pelindo III Cabang Benoa.

Lebih lanjut, Gendo pun menyampaikan siapapun orang yang terus menerus menjelek-jelekkan Gerakan ForBALI, orang yang menjelekkan gerakan ForBALI tersebut adalah orang yang tidak pernah melakukan kegiatan advokasi penyelamatan lingkungan hidup seperti ForBALI. “Jadi bila ada orang-orang yang nyinyir terhadap gerakan ForBALI, suruh saja mereka melakukan advokasi pada proyek-proyek tersebut. ForBALI akan melakukan berbagai upaya untuk berjuang dan melawan investasi rakus sesuai kemampuan yang dimiliki”, tegasnya.

Atas pernyataan Ketua DPRD yang pada intinya mengatkan jika reklamasi batal yang dirugikan adalah pebisnis demo, Gendo menegaskan bahwa sebagai Ketua DPRD Bali, Adi Wiryatama seharusnya tidak menggunakan kalimat yang dapat menimbulkan prasangka bagi banyak orang. Menurutnya, Ketua DPRD Bali Adi Wiryatama seharusnya menggunakan kewenangannya sebagai DPRD untuk ikut meminta presiden Joko Widodo membatalkan Perpres Nomor 51 Tahun 2014, bukan malah berfoto kepal tangan kiri. “Kalau hanya mengepalkan tangan kiri, anak umur 5 tahun juga bisa”, tegasnya.

Lebih jauh, Gendo juga menjelaskan bahwa penutupan baliho DPRD yang diganti dengan gambar sangut, adalah merupakan bentuk sindiran kepada DPRD Bali yang selama ini tidak punya nyali bersikap menolak reklamasi Teluk Benoa. Ibarat Sangut yang selalu bermain aman sebagaimana diceritakan dalam pewayangan. Lebih lanjut, Gendo menegaskan seharusnya DPRD Bali kalau memang serius menolak reklamasi Teluk Benoa segera membuat pansus (Panitia Khusus) atau menggelar sidang paripurna dan berkirim surat kepada presiden Jokowi untuk membatalkan Perpres Nomor 51 Tahun 2014.

“Gambar Sangut ini kita persembahkan kepada DPRD Bali yang selalu main aman dalam urusan reklamasi Teluk Benoa”, Tegasnya.

Didepan gedung DPRD Bali ini selain diisi beberapa orasi dari basis ForBALI, juga ada pertunjukan barong bangkungdari Banjar Tatasan Kaja dan penampilan musik dari band Navicula. Usai penampilan dari Navicula, Massa kembali menuju parkir timur Lapangan Renon secara tertib sembari memungut sampah di Jalan depan kantor DPRD Bali.

Sumber: ForBali
Editor: Hana Sutiawati