Nia Elvina

Jakarta (Metrobali.com)-

Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Nia Elvina mengemukakan bahwa kampanye yang dilakukan tim sukses atau Capres sendiri hendaknya didasari oleh nilai untuk menyosialisasikan visi-misi atau program yang ingin mereka laksanakan nantinya.

“Saya melihat bahwa yang terjadi saat ini tendensi kampanye yang tidak sehat di antara kedua Capres kita,” katanya di Jakarta, Minggu petang (8/6).

Memberikan ulasan mengenai kampanye Pilpres, ia menyatakan bahwa dengan mendasarkan nilai untuk sosialisasi visi-misi atau program, masyarakat akan memilih karena merasa harapan mereka bisa diwujudkan oleh Capres tersebut.

“Dan visi misi inilah yang nanti menjadi pegangan masyarakat untuk mengontrol tindakan presiden terpilih, sekaligus menjadi basis untuk menentukan akan memilih kembali atau tidak ‘incumbent’ presiden jika dia mengajukan diri menjadi Capres lagi,” kata anggota Kelompok Peneliti Studi Perdesaan Universitas Indonesia (UI) itu.

“Jadi, bukan malah saling tuding tanpa berdasar fakta yang objektif, seperti sekarang ini,” tambahnya.

Karena itu, katanya, kondisi seperti itu harus segera diakhiri, karena sangat tidak mendidik bagi masyarakat.

Sebaiknya, kata dia, fokus para Capres ataupun tim suksesnya, adalah bagaimana cara supaya masyarakat paham akan visi misi yang mereka usung.

“Sehingga masyarakat memilih bukan berbasiskan nilai ‘wani piro’ (berani bayar berapa), akan tetapi karena keinsyafan politik mereka,” katanya.

Apalagi kondisi masyarakat Indonesia, kata dia, terutama elitnya mengalami degradasi moralitas yang agak tajam.

“Sehingga kita harus sama-sama bekerja keras untuk memulihkan dari kondisi patologi sosial ini,” kata Nia Elvina, yang juga Sekretaris Program Sosiologi Unas itu.

Ia menegaskan bahwa hendaknya elit dan kaum intelektual harus menyadari, berkaca dari pelaksanaan pilkada di negara negara ini, jika kandidatnya hanya dua, tendensi konflik sosial yang destruktif itu tinggi.

“Apalagi dengan masifnya politik ‘wani piro’, saya kira potensi konflik sosialnya juga akan tinggi pula pada pilpres ini,” katanya.

Karena itu, ia menyarakan masyarakat Indonesia harus kritis untuk memilih pemimpin berdasarkan visi-misinya, bukan karena nilai besar kecilnya politik “wani piro”.

Pemilu Presiden 9 Juli 2014 diikuti oleh dua pasang kandidat Presiden dan Wakil Presiden, yaitu nomor urut 1 Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang didukung oleh enam partai yaitu Gerindra, PAN, PPP, Golkar, PKS dan PBB.

Sedangkan nomor urut 2 adalah pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang didukung oleh lima partai yakni PDI Perjuangan, Partai Nasdem, PKB, Hanura dan PKPI. AN-MB