Buleleng, (Metrobali.com)

Berdasarkan perhitungan BPS, di Tahun 2020 Kabupaten Buleleng mengalami kekurangan (devisit) beras sebanyak 1.000 ton. Kekurangan beras ini bisa ditanggulangi dengan mendatangkan beras dari kabupaten atau provinsi lainnya.

“Dari segi produktivitas, kita memang mengalami penurunan di Tahun 2020. Karena berbagai faktor, salah satunya adalah adanya alih fungsi lahan, hama penyakit, iklim dan sebagainya,” Demikian diungkapkan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng Ir. I Made Sumiarta usai melakukan sosialisasi Ranperda Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) kepada para kelian subak di aula dinas setempat, Selasa, (4/5/2021) siang.

Terkait dengan sosialisasi kepada para subak, menurutnya sosialisasi ini sangat penting. Guna menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan LP2B. Artinya masalah-masalah yang muncul bisa diminimalisir secara dini. Permasalahan-permasalahan yang ada dilapangan, di input dulu karena proses LP2B ini tidak singkat, masih memerlukan waktu yang panjang nantinya.

“Setelah melakukan sosialisasi dengan para kelian subak, kita tindak lanjuti melakukan sosialisasi di 9 kecamatan se Kabupaten Buleleng. Setidaknya dalam kurun waktu 2 minggu sosialisasi ini sudah bisa dituntaskan. Setelah itu dilakukan pembahasan lagi ditingkat Pansus. Mengingat LP2B harus segera dituntaskan, karena dipertanyakan oleh pemerintah pusat” jelasnya

Menurut Sumiarta insentif atau subsidi yang diberikan bagi lahan-lahan sudah masuk atau tercatat didalam kawasan LP2B. Sedangkan kalau petani tidak mau masuk dalam kawasan LP2B, maka mengikuti aturan pemerintah yang sudah berlaku selama ini.

“Khusus lahan sawah yang masuk LP2B sekitar 6.000 hektare dari luas sawah 9.048 hektare tersebar di 8 kecamatan. Salah satu subsidi yang diberikan berupa pupuk. Selain itu mendapat prioritas terhadap bantuan-bantuan pemerintah.” ujarnya.

“Lahan marginal atau lahan kering juga kita masukan. Untuk lahan kering ini, sudah kita data yang luasnya sekitar 2.400 hektare. Karena tanaman pangan itu, tidak beras saja. Termasuk juga non beras berupa jagung, dan kemungkinan kedepannya nanti tanaman sorgum. Hal ini sudah kita usulkan di 4 kecamatan, yakni Kecamatan Tejakula, Kubutambahan, Seririt dan Kecamatan Gerokgak.” tandas Sumiarta. GS