MetroBali

Selangkah Lebih Awal

Soal informasi gempa susulan, BPBD imbau warga Maluku tak panik

Data BMKG Maluku yang mencatat gempa susulan yang terjadi menyusul gempa utama berkekuatan magnitudo 6,8 yang mengguncang Kota Ambon dan kabupaten Maluku Tengah maupun Seram Bagian Barat (SBB) pada Kamis pukul 08.46 WIT.

Ambon (Metrobali.com) –
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Maluku dan Kota Ambon mengimbau warga untuk tidak panik dan takut dengan informasi menyesatkan bahwa akan terjadi gempa lebih besar, menyusul gempa magnitudo 6,8 yang mengguncang Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah maupun Seram Bagian Barat pada Kamis pukul 08.46 WIT.

“Masyarakat jangan terpancing isu-isu yang berkembang bahwa akan terjadi gempa dengan kekuatan lebih besar hingga memicu tsunami pada sore hingga malam ini,” kata Kepala Bidang Kesiapsiagaan Bencana, BPBD Provinsi Maluku, John Hursepuny, Kamis, di Ambon.

Dia menegaskan, pihaknya bersama BPBD Kota Ambon terus mengintensifkan sosialisasi dengan menggunakan mobil penerangan untuk megimbau warga agar tidak panik serta tidak mempercayai isu-isu yang berkembang.

Ia membenarkan pascagempa tektonik dengan magnitudonya 6,8 dan kemudian dilakukan pemutakhiran menjadi 6,5, masih masih terjadi gempa susulan hingga Kamis petang, tetapi kekuatannya semakin menurun.

Menurut hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa yang terjadi di Ambon pada Kamis pagi berdasarkan informasi awal magnitudonya 6,8 dan kemudian dilakukan pemutakhiran menjadi 6,5.

“Hingga Kamis petang sudah terjadi lebih dari 70 kali gempa susulan, tetapi kekuatannya semakin kecil. Karena itu masyarakat diimbau untuk tetap waspada, tidak panik dan tidak mudah percaya dengan informasi tidak jelas sumbernya atau hoax,” katanya.

Dari puluhan kali gempa yang mengguncang Ibu Kota Provinsi Maluku tersebut hanya 16 kali yang dirasakan masyarakat di Kairatu dan Ambon dengan skala V MMI, Masohi III MMI dan Banda II MMI.

Masyarakat juga diimbau untuk tidak menyebarkan informasi yang tidak benar dan diketahui sumbernya, terutama di media dalam jaringan (daring), agar tidak menimbulkan ketakutan yang berlebihan.

Masyarakat pun diminta menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.

“Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggalnya cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yg membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah,” demikian John Hursepuny. (Antara)