Foto: Ketua DPD Partai Golkar Bali Dr. Nyoman Sugawa Korry bersama kelompok petani muda keren budidaya vanili di Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada, Buleleng.

Buleleng (Metrobali.com)-

Komitmen dan keseriusan DPD Partai Golkar Provinsi Bali untuk membangkitkan dan membantu membangun sektor pertanian di Pulau Dewata tidak diragukan lagi.

Setelah sebelumnya meluncurkan program pelatihan dan pendampingan petani milenial untuk mencetak generasi muda yang tangguh dan mandiri di sektor pertanian, kini Ketua DPD Partai Golkar Bali Dr. Nyoman Sugawa Korry menyatakan bahwa Golkar Bali mencanangkan untuk mengembalikan kejayaan Bali sebagai eksportir vanili terbesar di Indonesia.

Untuk mewujudkan hal mulia tersebut, hari Selasa (9/3/2021) di Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada Buleleng dan di hadapan warga kelompok petani muda keren budidaya vanili, Sugawa Korry mendeklarasikan pencanangan  pengembalian kejayaan Bali sebagai eksportir terbesar vanili.

Sugawa Korry menyebutkan bahwa Bali di tahun 1980an sampai dengan1990an, pernah berjaya sebagai eksportir vanili namun saat ini meredup, bahkan hampir menghilang. Padahal komoditi vanili adalah komoditi bernilai tinggi dan tidak membutuhkan lahan yang luas.

“Sangat cocok untuk iklim dan petani bali yang relatif punya lahan sempit,” ungkap Sugawa Korry yang juga Wakil Ketua DPRD Bali ini.

Menurut politisi senior Golkar asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng ini, di tengah upayanya mendorong peningkatan peran sektor pertanian dalam mendorong pertumbuhan Bali, Golkar Bali menilai pengembangan komoditi vanili Bali sangat tepat.

Untuk mendorong strategi tersebut, Golkar Bali segera bantu petani dengan 10 ribu bibit vanili, pembentukan kelompok-kelompok petani muda, pemberian bantuan pelatihan dan fasilitasi pembentukan koperasi petani vanili dari tingkat primer hingga sekunder.

Doktor lulusan Brawijaya Malang, Jawa Timur ini berkeyakinan melalui pencanangan hari ini maka dampak ekonomi masyarakat petani, yang diakibatkan pandemi Covid-19 bisa dikurangi, dan upaya menyeimbangkan struktur ekonomi Bali bisa diwujudkan.

“Pada periode dulu, keterpurukan petani vanili disebabkan oleh faktor keamanan berupa pencurian yang berdampak petik muda, lemahnya kontrol kualitas dan penyakit busuk batang. Kita harus belajar dari pengalaman itu untuk diatasi bersama-sama pemerintah daerah,” pungkas Sugawa Korry. (wid)