Sinergi Kementerian PPPA dan Pusat Studi Undiknas, Pendampingan Kewirausahaan Berperspektif Gender Bagi Perempuan Penyintas, Berdayakan Kemandirian Ekonomi Perempuan Bali!
Foto: Kegiatan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) bersinergi berkolaborasi dengan Pusat Studi Undiknas (PSU) Denpasar melakukan pendampingan sebagai tindak lanjut dari Program “Bimbingan Teknis (Bimtek) Kewirausahaan Yang Berperspektif Gender Bagi Perempuan Penyintas” di 5 titik lokasi di Bali.
Denpasar (Metrobali.com)-
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) bersinergi berkolaborasi dengan Pusat Studi Undiknas (PSU) Denpasar melakukan pendampingan sebagai tindak lanjut dari Program “Bimbingan Teknis (Bimtek) Kewirausahaan Yang Berperspektif Gender Bagi Perempuan Penyintas” di 5 titik lokasi di Bali. Bimtek dan pendampingan ini terselenggara berkat dukungan program hibah dari Deputi Pengarusutamaan Gender Bidang Ekonomi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).
Pendampingan menyasar lima lokasi yang menerima program yakni pertama Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan, Kabupaten Badung. Kedua Desa Kenderan, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar. Ketiga, Pantai Jerman Kuta, Kabupaten Badung. Keempat Banjar Segara, Kuta, Kabupaten Badung. Kelima Desa Poh Bergong, Kabupaten Buleleng.
Kegiatan pendampingan ini juga dilaksanakan bersinergi dengan Rotary Club of Bali Bersinar, Coca-Cola Europacific Partners Indonesia, DPD Perempuan Pemimpin Indonesia (Perpina) Provinsi Bali, DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi Bali dan Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) PangPadePayu.
Pelaksanaan program bimtek ini dikawal langsung Kepala Pusat Studi Undiknas Dr. Gung Tini Gorda, bersama Kepala Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Gender Undiknas Denpasar Dr. Nyoman Sedana, Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Pariwisata Undiknas Denpasar Dr. Nina Eka Lestari dan Kepala Pusat Kajian Teknik Undiknas Denpasar Ir. I Ketut Nuraga MT.
Cetak Wirausaha Perempuan dari Lapas
Pendampingan pertama di Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan, Kabupaten Badung berlangsung Jumat 20 Oktober 2023 dengan materi “Pemberdayaan Ekonomi Mandiri Warga Binaan Jegeg Merdeka Melalui Pelatihan Kewirausahaan di Lapas Perempuan Kerobokan”.
Pedampingan menghadirkan narasumber Eka Wahyuni dari HIPPI Bali yang memberikan pelatihan membuat onde-onde ketawa, Endang Kadarsih dari HIPPI Bali memberikan pelatihan membuat tas dan bikini yang berpeluang diekspor. Lalu Hasimah dari komunitas UMKM melatih warga binaan membuat bakso. Sementara Iis dari Tim Wardah mengajarkan para warga binaan mengenai tata rias dasar. Sementara itu Kepala Pusat Studi Undiknas Dr. Gung Tini Gorda yang juga menjadi narasumber memberikan motivasi kepada warga binaan lapas agar bisa mandiri secara ekonomi.
Kepala Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Gender Undiknas Denpasar Dr. Nyoman Sedana mengungkapkan kegiatan pendampingan kali ini merupakan bagian dari tindak lanjut Bimtek yang telah diselenggarakan sebelumnya dimana tim kolaborasi telah mengkluster warga binaan di Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan tersebut menjadi lima kelompok yakni kelompok Makeup Artis atau MUA, kemudian merajut, kuliner masakan, kuliner snack, dan yang terakhir adalah kelompok menjahit.
Pihaknya berharap warga binaan di Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan bisa menjadi suatu kelompok yang nantinya diberikan perhatian lebih. Artinya segala program yang berkaitan dengan pemberdayaan yang sifatnya berkelanjutan yang pasti disasar oleh tim kolaborasi adalah Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan. Diharapkan pendampingan yang diberikan oleh tim kolaborasi bisa berjalan dengan baik dan lancar dan kedepannya bisa memberdayakan warga binaan.
Dr. Dewa Ayu Laksmiadi Janapriati selaku Asisten Deputi (Asdep) Pengarusutamaan Gender Bidang Ekonomi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada tim kolaborasi yang telah melaksanakan program bimtek dan pendampingan ini dengan sangat baik.
“Bimtek dan pendampingan ini diberikan untuk mempersiapkan para warga binaan memiliki skill atau bekal ilmu kewirausahaan yang bisa mereka gunakan ketika telah keluar dari lapas,” katanya seraya juga meminta komitmen para warga binaan untuk terus serius mengikuti pendampingan-pendampingan yang diberikan oleh tim kolaborasi sebagai motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.
Ia juga meminta kepada warga binaan yang nantinya sudah bebas dari lapas untuk melaporkan permasalahan yang dihadapi di luar sana kepada pihak lapas, khususnya ketika memiliki keinginan untuk berwirausaha, namun terkendala permodalan. Permasalahan tersebut nantinya akan diteruskan oleh pihak lapas ke pihak kementrian koordinatif dalam hal ini KementerianPPPA, yang kemudian akan diteruskan ke kementrian terkait sehingga masalah permodalan tersebut bisa ditindaklanjuti.
“Inilah pentingnya kolaboratif untuk mengatasi setiap permasalahan yang ada di tengah-tengah masyarakat,” pungkas Dewa Ayu Laksmiadi.
Jadi Bandar Bakso Bukan Bandar Narkoba
Para nasumber yang memberikan pendampingan pelatihan kepada warga binaan juga berharap apa yang mereka berikan bisa bermanfaat untuk pemberdayaan ekonomi dan kemandirian warga binaan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan.
“Kita ajari warga binaan ini merajut bikini, BH, dan hasilnya bisa di jual di Spanyol dan permintaan di Bali juga tinggi. Kalau mereka bisa buat saya kasi kerjaan. Sudah ada order. Kalau mereka bisa saya supplai bahan dan mereka tinggal bikin, selesai kita bayar. Yang jelas hasilnya kita ekspor dan mereka punya penghasilan,” terang Endang Kadarsih dari HIPPI Bali.
Para warga binaan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan sangat antusias mengikuti pendampingan bimtek ini. Mereka juga berharap bisa membuka usaha selepas keluar dari lapas misalnya menjadi bandar bakso bukan bandar narkoba. Mereka juga berharap ada bantuan modal dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Sementara itu Kepala Pusat Studi Undiknas Dr. Gung Tini Gorda berharap para ketua partai politik di Bali bisa membantu pemberdayaan ekonomi warga binaan ini misalnya dengan membeli kuliner bakso dari warga binaan ketika ada acara-acara parpol atau kegiatan kampaye Pemilu 2024.
Pengolahan Minyak Hangat Sindrong Desa Kenderan
Pendampingan kedua berlanjut di Desa Kenderan, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar pada Jumat 20 Oktober 2023 dengan materi “Pengolahan Minyak Hangat Sindrong Desa Kenderan” menghadirkan narasumber Wayan Damai Ahli Herbal Puri Damai Ubud, Ketua Perpina Kabupaten Gianyar yang juga praktisi lingkungan dan herbal Puri Damai Ubud Ida Ayu Rusmarini, Kepala Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Gender Undiknas Denpasar Dr. Nyoman Sedana, Dr. Gung Tini Gorda selaku Ketua DPD HIPPI Bali dan Dr. Nina Eka Lestari mewakili Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) PangPadePayu.
Pendampingan di Desa Kenderan juga turut dihadiri Dr. Dewa Ayu Laksmiadi Janapriati selaku Asdep Pengarusutamaan Gender Bidang Ekonomi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang mengapreisasi keberadaan Desa Kenderan merupakan desa wisata yang memiliki branding sebagai Village of Holy Water, Wellness Destination.
Ia kemudian mencontohkan bahwa kemiskinan identik dengan kekeringan, sementara di Desa Kenderan sendiri justru kaya akan air yang seharusnya membawa kesejahteraan bagi masyarakatnya. “Artinya masyarakat Kenderan, khususnya kaum perempuan, memiliki kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan dengan daerah-daerah yang kekeringan,” ujarnya.
Ketua Perpina Kabupaten Gianyar yang juga praktisi lingkungan dan herbal Puri Damai Ubud Ida Ayu Rusmarini mengaku bangga bisa melakukan pendampingan terhadap kaum ibu-ibu di Desa Kenderan, terutama dalam pembuatan minyak Sindrong. Ia juga mengakui bahwa potensi yang dimiliki Desa Kenderan sangat luar biasa, seperti budaya dan pengembangan wellness tourism.
“Oleh karena kaya akan potensi-potensi tersebut maka Desa Kenderan juga sangat cocok dijadikan sebagai Desa Rempah karena memiliki tanah yang subur dan air yang melimpah,” kata Rusmarini.
Selain itu di Desa Kenderan terdapat banyak tanaman yang bisa digarap untuk tujuan kesehatan. Ia kemudian menjelaskan alasan memproduksi minyak Sindrong di Desa Kenderan karena minyak tersebut berkhasiat untuk mengobati berbagai keluhan kesehatan.
Narasumber berikutnya Wayan Damai Ahli Herbal Puri Damai Ubud mengungkapkan banyak potensi produk herbal dengan memanfaatkan tanaman obat maupun bunga-bungaan seperti bunga kamboja atau dikenal sebagai bunga jepun di Bali yang sangat dibutuhkan untuk produksi kosmetik maupun obat-obatan dan harganya bisa mencapai Rp 100 ribu per kilogram. Di sisi lain dia juga menyebut Desa Kenderan ini tidak kekurangan air dimana bisa dimanfaatkan untuk mendatangkan kemakmuran bersama.
Perempuan Melek Digital Pada UMKM Pantai Jerman
Selanjutnya pendampingan ketiga dilakukan di Pantai Jerman Kuta, Kabupaten Badung pada Sabtu 21 Oktober 2023 dengan materi “Perempuan Melek Digital Pada UMKM Pantai Jerman” yang menyasar para pelaku UMKM di Pantai Jerman dan diharapkan bisa meningkatkan omset melalui melek pemasaran digital atau digital marketing.
Pendampingan menghadirkan narasumber dari Rotary Club of Bali Bersinar yakni Rotarian Tiwi Tjandra dan Rotarian Ayu Srianthi, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Undiknas Gede Crisna Wijaya, Indah Trisnayanti dari Pusat Studi Undiknas dan Chika Meryani dari Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) PangPadePayu.
Dr. Dewa Ayu Laksmiadi Janapriati selaku Asdep Pengarusutamaan Gender Bidang Ekonomi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang hadir langsung pada pendampingan di Pantai Jerman ini berharap Pantai Jerman bisa memberikan value yang berbeda kepada wisatawan, mengingat sepanjang garis pantai di Bali itu sudah habis, yang diikuti oleh maraknya pembangunan hotel, beach club, bar dan lain sebagainya.
Oleh karena itu Pantai Jerman ini diharapkan bisa menjaga keotentikannya, seperti melihat Bali di tahun 1970 atau 1980, dimana sepanjang pantai itu ada pohon waru, kemudian jukung, kemudian jasa massage dari kelompok ibu-ibu, mengepang rambut dan nail art. “Inilah yang tidak ditemui lagi di sepanjang garis pantai Bali, yang saat ini lebih ke gaya modern,” katanya.
Di sisi lain, terkait pelatihan dan pendampingan UMKM dan perempuan melek digital yang dilaksanakan di Pantai Jerman untuk para pelaku UMKM dinilai sangat penting. Menurutnya di era seperti sekarang ini pemasaran tidak bisa dilakukan dengan cara-cara konvensional saja, tetapi harus mulai masuk ke digital marketing.
“Kesadaran masyarakat di Pantai Jerman, khususnya para pelaku UMKM dan pihak pengelola harus dibangun dan harus mampu mengikuti sistem pemasaran saat ini yang serba digital,” kata Dewa Ayu Laksmiadi Janapriati yang dalam kesempatan ini juga langsung meresmikan Studio Mini SIP3 Ramah Keluarga di areal Kantor Pengelola Pantai Jerman yang dilengkapi fasilitas yang dibutuhkan utnuk praktik membuat foto produk yang menarik sebagai sarana promosi atau pemasaran digital.
Sementara itu Kepala Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Gender Undiknas Denpasar Dr. Nyoman Sedana juga berharap Pantai Jerman memiliki identitas tersendiri dari pantai-pantai yang lain serta mampu menjaga kearifan lokal yang dimiliki oleh Pantai Jerman. Inilah kedepan yang menjadi branding Pantai Jerman.
Ia juga mengingatkan kepada para pelaku UMKM di Pantai Jerman untuk bersaing secara sehat. “Oleh karena itu melek digital sebagai solusi untuk menghindari persaingan yang tidak sehat,” tegasnya.
Studio Mini SIP3 Ramah Keluarga, Bawa UMKM Naik Kelas
Sementara itu Kepala Pusat Studi Undiknas Dr. Gung Tini Gorda mengatakan bahwa konsep kegiatan pendampingan juga adalah bagaimana membuat UMKM tersebut naik kelas. Karena itu tim kolaborasi menghadirkan Studio Mini SIP3 Ramah Keluarga di areal Kantor Pengelola Pantai Jerman yang dilengkapi fasilitas yang dibutuhkan utnuk praktik membuat foto produk yang menarik sebagai sarana promosi atau pemasaran digital.
Diharapkan dengan keberadaan studio mini ini bisa bermanfaat bagi para pelaku UMKM dan tentunya akan tetap mendapatkan pendampingan, mengingat mayoritas pelaku UMKM di Pantai Jerman adalah kaum ibu-ibu yang kurang paham terhadap teknologi. Namun dengan keberadaan konsep Merdeka Belajar tersebut justru mendekatkan para pelaku UMKM tersebut dengan dunia digital.
“Fungsi dari Studio Mini SIP 3 Ramah Keluarga adalah agar tampilan foto produk yang nantinya dikirim lewat WA Business itu lebih bagus dan menarik sehingga orang-orang yang melihatnya lebih tertarik untuk mencari langsung ke sumbernya. Edukasinya adalah apa yang ada di foto akan tatap sama dengan apa yang ada di toko secara konvensional,” kata Gung Tini Gorda seraya menegaskan bahwa untuk menampilkan produk secara digital memang harus memiliki alat peraga, seperti yang ada di Studio Mini SIP Ramah Keluarga.
Para narasumber dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Undiknas Gede Crisna Wijaya dan dari Rotary Club of Bali Bersinar yakni Rotarian Tiwi Tjandra dan Rotarian Ayu Srianthi selain memberikan pemahaman bagaimana melakukan pemasaran digital lewat WA Bisnis, mereka juga mengajarkan para peserta pendampingan bimtek ini untuk praktik langsung membuat foto produk yang menarik baik untuk produk fesyen maupun makanan dan minuman yang bisa digunakan sebagai sarana pemasaran dan promosi di berbagai plafform media sosial khususnya juga WA Bisnis.
Wirausaha Mudah di Banjar Segara, Kuta
Pendampingan berlanjut di lokasi keempat di Banjar Segara, Kuta, Kabupaten Badung pada Sabtu siang 21 Oktober 2023 dengan materi “Wirausaha Mudah” dan “Dasar-Dasar Kewirausahaan/Basic Entreprenership” dimana para peserta juga diajak praktik langsung membuat produk seperti kuliner.
Hadir sebagai narasumber Eka Wahyuni dari HIPPI Bali, Rotarian Ayu Srianthi dari Rotary Club Of Bali Bersinar, Made Pranata Wibawa Ade Putera selaku Corporate Affairs Coca-Cola Europacific Partners Indonesia, Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Pariwisata Undiknas Denpasar Dr. Nina Eka Lestari dan Kepala Pusat Studi Undiknas Dr. Gung Tini Gorda.
Kepala Pusat Studi Undiknas Dr. Gung Tini Gorda mengungkapkan terkait dengan kegiatan bimtek dan pendampingan yang dilaksanakan di Banjar Segara tim kolaborasi berharap bahwa keberadaan dari ibu-ibu PKK di Banjar Segara yang tidak mempunyai pekerjaan bisa memiliki naluri bisnis melalui hobi mereka masing-masing. “Kegiatan-kegiatan di domestik itulah yang nantinya akan dicoba digali potensinya untuk kemudian dikembangkan sehingga bisa menjadi usaha yang bernilai ekonomi,” katanya.
Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Pariwisata Undiknas Denpasar Dr. Nina Eka Lestari memberikan tips-tips praktis bagi masyarakat dalam membangun usaha dan menjadi wirausaha. Intinya ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memulai usaha.
“Seperti bagaimana mengetahui siapa sebetulnya customers produk/jasa yang akan dijual sangat penting, karena justru inilah titik penting untuk menentukan kita mau berbisnis di bidang apa. Lalu siapakah pasarnya, seberapa besar pasar tersebut, dan bagaimana persaingannya,” bebernya.
Sementara itu Made Pranata Wibawa Ade Putera selaku Corporate Affairs Coca-Cola Europacific Partners Indonesia menekankan pentingnya untuk memanfaatkan setiap peluang bisnis yang ada. Ia juga meminta kepada para pelaku UMKM untuk mengerjakan peluang-peluang bisnis tersebut sebagai hobi, sehingga kedepan bisa dikembangkan menjadi bisnis yang reguler dan tentunya bisa meningkatkan ekonomi keluarga.
Memanfaatkan Pekarangan Rumah untuk Tanaman Bernilai Ekonomi dan Pertanian Organik
Pendampingan di lokasi kelima di Desa Poh Bergong, Kabupaten Buleleng pada Minggu 22 Oktober 2023 dengan materi “Memanfaatkan Pekarangan Rumah untuk Tanaman Bernilai Ekonomi dan Pertanian Organik.” Hadir sejumlah narasumber yakni Ni Luh Putu Gunatri dari HIPPI Bali, Anna Stefani Wulan Permata Dewi NS dari HIPPI Buleleng, Ketut Suardika dari Unit Bisnis Center STIE Satya Dharma Singaraja, Kepala Desa Poh Bergong Wayan Wagia dan Kepala Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Gender Undiknas Denpasar Dr. Nyoman Sedana.
Dalam materi pendampingan, Ni Luh Putu Gunatri dari HIPPI Bali memberikan contoh tentang soil treatment dengan menggunakan pupuk cair organik. Seperti diketahui pupuk organik cair ini selain bisa menyehatkan lingkungan, juga bisa memperbaiki struktur tanah, menekan biaya produksi dan dapat meningkatkan kualitas produk tanaman.
Sementara Anna Stefani Wulan Permata Dewi NS dari HIPPI Buleleng memaparkan langsung kepada peserta pendampingan tentang perbedaan menanam tanaman di polybag dan diatas tanah langsung. Menurutnya tanaman yang ditanam dengan media polybag akan lebih kuat daripada tanaman yang ditanam langsung di atas tanah, karena tidak berebut nutrisi. “Selain itu metode polybag ini juga cocok diterapkan di pekarangan rumah karena tidak memerlukan banyak lahan,” kata Wulan.
Harapan untuk output di masing-masing bimtek dan pendampingan di 5 lokasi tersebut telah sesuai dengan harapan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) untuk memberikan suatu pemberdayaan bagi perempuan penyintas, termasuk penyintas kekerasan, perempuan ekonomi lemah dan sebagainya. Selain itu juga diharapkan bisa menjadi suatu penguatan bagi kaum perempuan untuk bisa lebih percaya diri bahwa mereka juga bisa membantu ekonomi keluarga. (wid)