Foto: HIPPI Bali “Talkshow Sinergi Pariwisata-Pengusaha Pribumi (IKM/UKM di Trans Studio Mall Denpasar pada Rabu 13 November 2024.

Denpasar (Metrobali.com)-

Di tengah gemuruh geliat pariwisata Bali, Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Bali hadir membawa harapan baru bagi para pelaku UMKM, pengusaha pribumi IKM/UKM.. Dengan spirit Sinergi Pang Pade Payu, organisasi ini berkomitmen penuh menguatkan kolaborasi antara sektor pariwisata dan pengusaha pribumi IKM/UKM menciptakan simbiosis yang saling menguatkan demi membawa UMKM ke tingkat yang lebih tinggi.

Langkah nyata HIPPI Bali dimulai dari membangun support system berbasis kolaborasi yang salah satunya dimulai dengan menggelar “Talkshow Sinergi Pariwisata-Pengusaha Pribumi (IKM/UKM)” yang digelar di Trans Studio Mall Denpasar pada Rabu 13 November 2024. Hadir sebagai pembicara yakni Dayu Basmiari selaku Asisten GM Corporate di Double Six Luxury Hotel dan Ketua Umum DPD HIPPI Bali Dr. Gung Tini Gorda.

Acara ini menjadi langkah awal HIPPI Bali menggandeng pelaku industri pariwisata mulai dari hotel, restoran, hingga penyelenggara event untuk memastikan produk-produk UMKM mendapat ruang di pasar parwisata bahkan masuk ke pasar premium. Lewat program kemitraan strategis, HIPPI Bali mendorong penggunaan produk lokal, seperti kerajinan tangan, kuliner khas, produk welles hingga bahan baku organik, agar masuk ke pasar pariwisata kelas dunia.

 

Takshow dihadiri perserta dari berbagai kalangan seperti pelaku UMKM, pelaku pariwisata, hingga mahasiswa dan dosen dari Undiknas Denpasar, STIE Satya Dharma Singaraja, Undhira Bali dan lainnya. Serangkaian acara ini juga digelar pameran produk UMKM yang difasilitasi dari program Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar. Bagi HIPPI Bali pariwisata adalah wajah Bali di mata dunia, dan UMKM adalah jiwa yang menjaga autentisitasnya.

Selaku Ketua Umum DPD HIPPI Bali, Dr. Gung Tini Gorda menekankan pentingnya membangun ekosistem bagi UKM agar dapat berkembang secara berkelanjutan dan bersinergi dengan sektor pariwisata. Ia menjelaskan bahwa HIPPI bukanlah organisasi yang mencari keuntungan pribadi, melainkan memiliki visi untuk mendukung pengusaha pribumi, terutama UKM, agar produk-produk lokal dapat digunakan dan dihargai dalam kehidupan sehari-hari.

Menurutnya, pengalaman pribadi dalam dunia pariwisata, serta pengaruh keluarga yang berkecimpung dalam usaha seni dan pariwisata, memberikan pemahaman mengenai pentingnya mengintegrasikan produk UKM langsung ke sektor pariwisata, seperti hotel.

Gung Tini Gorda mengungkapkan, dulu produk UKM banyak digunakan langsung di hotel, tetapi sekarang sebagian besar hanya ditemukan di pasar oleh-oleh, yang menyebabkan berkurangnya interaksi langsung antara produk UKM dengan wisatawan. “Hal ini menghambat UKM dalam menerima umpan balik yang dapat meningkatkan kualitas produk mereka,” katanya.

Gung Tini Gorda kemudian mendorong agar UKM diberikan ruang di lokasi yang sering dilalui wisatawan, sehingga terjadi proses pembelajaran dan peningkatan kualitas yang berkelanjutan. Ia menekankan perlunya kolaborasi dengan perguruan tinggi sebagai ibu asuh bagi UKM agar memenuhi standar yang diinginkan pasar internasional, sehingga dukungan dana dan fasilitas dari pemerintah, seperti yang disediakan oleh Disperindag, dapat dimanfaatkan secara optimal.

Gung Tini Gorda juga menyampaikan pentingnya belajar dari etos kerja pengusaha Tionghoa, yang cenderung terlibat langsung dalam bisnis mereka sehingga dapat menerima masukan pelanggan secara langsung.

Menurutnya, UKM perlu mengedepankan kedekatan dengan pelanggan, di mana pemilik usaha sendiri harus aktif berinteraksi. “Kami berharap agar UKM lebih responsif terhadap umpan balik dan mampu meningkatkan kualitas produk untuk memenuhi standar pasar global,” pungkasnya.

Sementara itu Dayu Basmiari selaku Asisten GM Corporate di Double Six Luxury Hotel, mengungkapkan kekagumannya terhadap Gung Tini Gorda, yang ia sebut sebagai sosok perempuan Bali tangguh yang aktif berorganisasi untuk mengabdikan diri dan membagikan ilmunya tanpa pamrih. Dayu Basmiari melihat Gung Tini Gorda sebagai contoh nyata spirit Ngayah, mengabdi tanpa imbalan, yang sangat menginspirasi.

 

Dalam konteks perannya di Double Six Luxury Hotel, Dayu Basmiari menjelaskan pentingnya kebanggaan terhadap merek lokal. Sebagai hotel independen berlabel lokal, ia merasa bahwa Double Six Luxury Hotel memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh jaringan hotel internasional.

Dengan pengalaman lebih dari 15 tahun bekerja di hotel tersebut, Dayu Basmiari percaya bahwa produk lokal bisa bersaing di pasar dengan pendekatan yang berbeda dari jaringan internasional. Sebagai pemasar sekaligus yang terlibat dalam operasional, ia menyatakan bahwa hotel lokal seperti Double Six Luxury Hotel dapat menawarkan pengalaman yang lebih otentik dan kreatif dibandingkan layanan yang cenderung seragam di hotel internasional.

Dayu Basmiari menekankan bahwa kekuatan utama Double Six terletak pada keunikannya, yang menjadi alasan wisatawan memilih hotel ini dibandingkan hotel lain. Dengan kebebasan untuk berkreasi, Dayu Basmiari percaya bahwa Double Six Luxury Hotel mampu menciptakan identitas khas yang membuatnya menarik di pasar. Bagi Dayu Basmiari, inilah keunggulan utama dari merek lokal yang memberikan nilai lebih bagi tamu melalui pendekatan yang berbeda dan kreatif.

Moderator Ayu Susanti Putry Anindia yang juga Presenter Bali TV, memberikan apresiasinya kepada kedua narasumber Talkshow,  Doktor Gung Tini Gorda selaku Ketua Umum HIPPI Bali dan Dayu Basmiari selaku Asst GM Corporate Double Six Luxury Hotel. Diharapkan apa yang disampaikan oleh kedua narasumber tersebut bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat, khususnya kaum perempuan.

Lebih lanjut dalam sesi wawancara kepada awak media Asisten GM Corporate Double Six Luxury Hotel Dayu Biasmari mengungkapkan bahwa terdapat peluang besar untuk kolaborasi antara industri perhotelan dan UMKM. “Industri perhotelan, seperti yang dijalankan di Double Six Luxury Hotel, telah menggunakan berbagai produk UMKM, seperti produk garmen yang dikenakan staf hotel pada hari tertentu dan aksesori seperti bros dan anting-anting, yang semuanya merupakan hasil kerja sama dengan UMKM lokal,” bebernya.

Selain itu Dayu Biasmari mengatakan, hotel juga memanfaatkan produk spa dan berbagai produk makanan dan minuman dari UMKM. Namun, ia menekankan bahwa tantangan utama yang sering dihadapi UMKM adalah kurangnya pemahaman dalam memasarkan dan mengemas produk mereka sesuai dengan standar industri perhotelan. Banyak UMKM yang belum siap untuk memenuhi standar tersebut, yang sering kali menyebabkan mereka ragu untuk bekerja sama dengan hotel.

Oleh karena itu, HIPPI Bali diharapkan dapat mengambil peran yang lebih besar dalam membantu UMKM melalui program-program edukasi, seperti talkshow, yang memberi pemahaman kepada UMKM mengenai cara mengemas dan memasarkan produk mereka dengan percaya diri. “Edukasi ini kami yakini dapat membantu UMKM meningkatkan kualitas dan rasa percaya diri mereka dalam menawarkan produk ke sektor perhotelan,” pungkas Dayu Biasmari.

Para kalangan akademisi mengapresiasi komitmen HIPPI Bali menguatkan sinergi bersama pelaku industri pariwisata guna memperluas pasar UMKM atau IKM/UKM. Anak Agung Istri Agung Maheswari, Dosen Pariwisata di Undiknas Denpasar mengangkat contoh Desa Wisata Kendran yang menjadi salah satu desa binaan HIPPI Bali. Di desa ini, HIPPI berperan aktif dalam pembinaan UMKM setempat yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang berkunjung.

“Sinergi antara UMKM, ekonomi kreatif, dan pelaku pariwisata harus terus didorong agar produk-produk lokal, seperti yang digunakan di spa atau hotel, dapat dipasarkan dengan lebih luas dan profesional,” ujarnya.

Ketut Suardika dari Unit Bisnis STIE Satya Dharma Singaraja, yang juga berperan di Unit Pertanian Organik HIPPI Bal melihat peran HIPPI dalam mendorong sinergi yang lebih nyata antara sektor pariwisata dan UMKM/IKM. Salah satu bentuk kolaborasi yang diusulkan adalah memberdayakan petani lokal agar produk-produk mereka memiliki nilai tambah dan dapat berkembang lebih maju.

Sebagai contoh, saat ini ada peluang untuk mengirim talas ke Denpasar sebagai bahan keripik, yang menunjukkan adanya potensi pasar yang sebenarnya dapat digarap, termasuk untuk produk lokal lain seperti singkong.

Pelaku UMKM dari OG Silver berharap produknya dapat terus dibantu dipasarkan juga di dunia pariwisata. Karena itu pihaknya mendukung penuh langkah HIPPI Bali menguatkan sinergi dengan pelaku pariwisata.

Pihaknya juga berharap agar Disperindag Kota Denpasar terus mendukung produk lokal dengan mengikutsertakan mereka dalam berbagai pameran, termasuk di hotel-hotel, untuk mempromosikan produk peraknya kepada pasar yang lebih luas.

Ni Putu Intan Laksmi Ningsih dari Taksu Taru Bali juga berharap produk minyak dan sabun herbal Taksu Taru Bali dapat semakin dikenal masyarakat, dengan tujuan menunjukkan potensi bahan alami untuk produk herbal yang berkualitas.

Ia juga berharap produk-produk UMKM seperti miliknya dapat lebih sering diikutsertakan dalam pameran-pameran dan diperkenalkan ke industri pariwisata, termasuk ke hotel dan spa. Baginya, upaya ini tidak hanya berpotensi memperluas pasar tetapi juga meningkatkan citra Indonesia di kancah internasional.

Laksmi Ningsih memandang positif acara yang diinisiasi oleh HIPPI Bali ini, karena membantu memperkenalkan produk UMKM kepada khalayak yang lebih luas, baik domestik maupun internasional.

Para mahasiswa yang menjadi peserta “Talkshow Sinergi Pariwisata-Pengusaha Pribumi (IKM/UKM)” yang digelar HIPPI Bali ini juga begitu antusias mengikuti talkshow dan juga bertanya kepada para narasumber. Mereka juga termotivasi untuk menjadi pengusaha muda dan berkontribusi memajukan UMKM Bali.

Langkah HIPPI Bali ini menjadi bukti bahwa ketika pariwisata dan UMKM, pegusaha pribumi IKM/UKM bersatu, Bali tidak hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga pusat pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Bersama HIPPI Bali, para pengusaha pribumi kini melangkah dengan keyakinan baru: bahwa masa depan yang cerah bukan lagi sekadar mimpi. (wid)