Sinergi BPR Kanti dan TP PKK Bali Memuliakan Wanita dan Mencetak Generasi Emas, Tidak Lelah Berbuat Kebaikan Memajukan Perempuan Jadi Pilar Keberlangsungan Adat, Budaya, dan Ekonomi Bali
Foto: Peringati Hari Ibu dan Hari Kasih Sayang, Bank BPR Kanti bersinergi dengan Tim Penggerak PKK Provinsi Bali menyelenggarakan Seminar Nasional di Balai Budaya Giri Nata Mandala, Puspem Badung, pada Jumat (31/1/2025).
Badung (Metrobali.com)-
Suasana penuh optimisme bagi kemajuan perempuan Indonesia dan khususnya Bali memenuhi ruangan Balai Budaya Giri Nata Mandala di Puspem Badung, Jumat (31/1/2025). Di ruangan itu, senyum-senyum penuh semangat menyambut sebuah acara yang begitu bermakna: Seminar Nasional bertajuk “Memuliakan Wanita: Membentuk Generasi Cerdas, Mulia, dan Bermartabat Menyongsong Indonesia Emas 2045”.
Inisiatif ini lahir dari sinergi antara Bank BPR Kanti dan Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, sebagai wujud penghormatan bagi perempuan dalam peringatan Hari Ibu dan Hari Kasih Sayang.
Di hadapan para hadirin, Kepala Dinas Sosial P3A Provinsi Bali, Dr. Drh. Luh Ayu Aryani, M.P, membuka acara mewakili PJ Gubernur Bali, Irjen. Pol. (Purn) Sang Made Mahendra Jaya. Hadir pula PJ Ketua Tim Penggerak PKK Bali, drg. Ida Mahendra Jaya, yang ikut memberikan dukungan bagi agenda besar ini.
Sorotan utama jatuh pada sesi inspiratif bersama Dra. Hj. Okky Asokawati, M.Si., mantan anggota DPR RI sekaligus psikolog, aktris, dan model ternama. Ia membawakan materi tentang “Karakteristik Wanita Mulia” yang menggugah para perempuan untuk semakin mengenali potensi diri.
Diskusi pun semakin kaya dengan kehadiran Prof. Dr. A.A. Istri Atu Dewi, S.H., M.H., dari Majelis Desa Adat (MDA) Bali yang membahas penguatan Krama Istri melalui PAKIS Bali, serta Bunda Arsaningsih yang mengulas pemberdayaan perempuan lewat spiritualitas.
Menyiapkan Generasi Emas dengan Orang Tua Berkualitas
Direktur Utama BPR Kanti, Made Arya Amitaba, S.E., M.M., menegaskan bahwa Indonesia tengah menapaki jalan menuju generasi emas. Namun, generasi emas hanya bisa lahir dari orang tua yang juga emas.
“Untuk membentuk orang tua berkualitas, kita butuh persiapan matang,” ujarnya. Sejak dua tahun lalu, BPR Kanti sudah menginisiasi kursus pranikah guna membekali pasangan muda dengan wawasan reproduksi dan hukum perkawinan adat.
Lebih lanjut, Amitaba menuturkan bahwa gagasan seminar ini bermula dari perbincangan dengan PJ Gubernur Bali. “Sebelum beliau mengakhiri masa tugasnya, kami ingin mewujudkan sesuatu yang bernilai, yang memberikan penghormatan pada perempuan. Karena merekalah yang membentuk karakter generasi mendatang,” tuturnya.
Seminar ini juga membawa inspirasi dari Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank Bangladesh yang meraih Nobel Perdamaian berkat program pemberdayaan perempuan melalui keuangan mikro. “Kami ingin meniru keberhasilannya. Saat ini, 48% nasabah BPR Kanti adalah perempuan, dan kami ingin jumlah itu terus bertambah,” tambah Amitaba.
Komitmen yang Tak Pernah Luntur
Sebulan sebelumnya, BPR Kanti baru saja menggelar Stakeholder Gathering yang memperkenalkan produk unggulan mereka: Tabungan Arisanku. Dengan hanya menyetorkan dana sebesar Rp100 juta selama setahun, nasabah berkesempatan membawa pulang hadiah utama berupa tiga mobil: Toyota Fortuner, Innova Zenix, dan Rush. “Kami tak kenal lelah, tak akan bosan. Ini adalah misi kami untuk terus berkontribusi bagi masyarakat,” ujar Amitaba.
Sebagai lembaga keuangan berbasis komunitas, BPR Kanti tak hanya ingin tumbuh sendiri. Mereka ingin membawa serta BPR lain, koperasi, dan LPD agar berkembang bersama. Di tahun 2025 ini, Tabungan ArisanKU kembali hadir, menawarkan hadiah yang lebih menarik: satu unit Toyota Fortuner, satu unit Toyota Innova, satu unit Toyota Rush, lima sepeda motor Honda Scoopy, dan berbagai door prize istimewa.
“Kami ingin membagikan kebaikan ini ke lebih banyak orang. Karena ketika perempuan diberdayakan, keluarga sejahtera, dan bangsa pun semakin kuat,” tutup Amitaba penuh keyakinan.
Apresiasi dari TP PKK Provinsi Bali
Penjabat Ketua TP PKK Provinsi Bali, Ny. drg. Ida Mahendra Jaya, menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan seminar tersebut. “Saya memberikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya atas kegiatan kolaboratif antara BPR Kanti dan TP PKK Provinsi Bali ini, dengan membuat seminar. Tema yang diambil sangat tepat dan strategis, karena peran penting wanita, baik di dalam keluarga, masyarakat, maupun dunia kerja,” ungkapnya.
Menurut Ida Mahendra Jaya, seminar ini sangat penting untuk meningkatkan wawasan kaum perempuan mengenai ilmu pengetahuan dan keterampilan. “Selain itu, melalui kegiatan seminar dapat tumbuh interaksi, komunikasi dan sosialisasi, membangun jejaring sosial serta sama antar pemerintah, swasta, dan antar sesama organisasi wanita yang ada di seluruh Bali,” jelasnya.
Ia juga mengajak kaum perempuan untuk terus meningkatkan kualitas diri. “Semoga kegiatan kolaboratif semacam ini bisa terus dilaksanakan pada tahun-tahun mendatang. Mari kita bangkitkan semangat untuk terus meningkatkan kualitas dan kapasitas diri kita. Patut disadari, kaum perempuan saat ini bukan sekadar mengurus rumah tangga dan urusan domestik semata,” tambahnya.
Perempuan Pilar Keberlangsungan Adat, Budaya, dan Ekonomi di Bali
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Provinsi Bali, Dr. drh. Luh Ayu Aryani, yang hadir mewakili Gubernur Bali, menyampaikan bahwa perempuan adalah pilar penting dalam keberlangsungan adat, budaya, dan ekonomi di Bali.
“Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk perempuan di Bali mencapai 1.403.460 jiwa. Mereka tersebar di berbagai sektor, mulai dari pertanian, usaha mikro kecil menengah (UMKM), hingga pemerintahan dan legislatif,” ujarnya.
Ayu Aryani menambahkan bahwa kualitas peran perempuan di Bali terus meningkat. “Misalnya, keterwakilan perempuan dalam lembaga legislatif di Provinsi Bali mengalami kenaikan beberapa tahun terakhir. Ini menjadi bukti bahwa kesetaraan gender bukan lagi sekadar wacana, tetapi menjadi bagian dari realitas yang terus kita perjuangkan bersama,” jelasnya.
Namun demikian, Ayu Aryani menyoroti tantangan yang masih dihadapi perempuan di Bali, seperti masalah kesehatan, kekerasan berbasis gender, serta keterbatasan akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. “Berdasarkan data dari Simfoni PPA, pada tahun 2024 tercatat sekitar 383 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang mencakup kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan seksual,” ungkapnya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Pemprov Bali telah melakukan berbagai upaya. “Kami melakukan pelatihan keterampilan dan pemberdayaan ekonomi bagi perempuan, terutama mereka yang berada di desa dan wilayah terpencil, mengawasi pelaksanaan program pemenuhan hak anak, termasuk pendidikan dan kesehatan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi tentang hak-hak perempuan dan upaya mencegah kekerasan dalam rumah tangga,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa memuliakan perempuan adalah tanggung jawab bersama. “Semakin kuat perempuan, semakin kuat pula keluarga, masyarakat, dan bangsa kita,” tambahnya. (wid)