Simakrama Gubernur : Bagi-bagi Bhagawad Gita hingga Petuah Seorang Tuna Netra
Denpasar (Metrobali.com)-
Ada yang menarik dan istimewa dari kegiatan Simakrama Gubernur dengan masyarakat di Wantilan DPRD Bali, Sabtu (8/6). Gubernur Bali Made Mangku Pastika secara khusus menyiapkan Kitab Bhagawad Gita sebagai bingkisan yang diberikan kepada masyarakat penanya dan menyampaikan berbagai saran maupun kritik dalam kegiatan tersebut. Selain itu, kehadiran seorang tuna netra yang bernama Mustika juga mengundang perhatian khalayak dalam Simakrama yang berlangsung hangat tersebut.
Terkait dengan Kitab Bhagawad Gita yang dibagikannya, Gubernur Mangku Pastika berharap bisa dibaca dan menjadi bahan renungan agar pendakian spiritual menjadi lebih terarah. “Saya menilai ini merupakan bagian dari Jnana Marga,” imbuhnya. Mangku Pastika menambahkan, Bhagawad Gita sangat penting bagi Umat Hindu karena merupakan sumber ajaran Agama tersebut.
“Mungkin sudah ada yang punya, tapi saya yakin masih ada yang belum,” ujarnya. Untuk itu, dia menargetkan pengadaan 1.000 Kitab Bhawagad Gita. Selain dibagikan pada peserta Simakrama, Bhawagad Gita juga diberikan kepada narasumber yang hadir diantaranya jajaran DPRD Bali dan Ketua MUDP Bali. Dalam kesempatan itu, dia mengajak Umat Hindu untuk menyisihkan waktu satu menit sehari untuk membawa kitab tersebut. “Marilah kita mulai start untuk finish yang lebih baik mulai hari ini karena kita tak mungkin bisa kembali ke masa lalu,” ujarnya.
Selain pembagian Kitab Bhagawad Gita, kehadiran seorang pria tuna netra juga menyita perhatian Gubernur Mangku Pastika dan peserta simakrama. Pria paruh baya bernama Mustika itu datang diantar anaknya untuk bisa bertemu langsung dengan Gubernur Mangku Pastika. Dalam kesempatan itu Mustika secara khusus berpesan kepada Mangku Pastika untuk senantiasa menjaga kesehatan. Gubernur pun mengapresiasi kehadiran Mustika dalam kegiatan Simakrama. ‘Meskipun beliau memiliki kekurangan secara fisik, namun tetap kritis dan beberapa kali memberi masukan,” ujarnya.
Pada bagian lain, Wayan Setiawan seorang krama dari Bongkasa membawa aspirasi para bebotoh tajen (sabung ayam). Dia minta kepada Gubernur Mangku Pastika agar tajen dilegalkan. Tentu saja aspirasi tersebut tidak bisa dipenuhi karena bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Ketua MUDP Bali Jro Gde Suwena Putus Upadesa menambahkan bahwa sabung ayam yang dijinkan adalah tabuh rah dan tidak ada unsur judi. DP-MB
8 Komentar
Ampra, yen dados antuk sampunanje tajen dilegalkan * ngaryanan kelurga sengsara
betul nto, yen legalange tyang kar sing respek jk pak mangku
Kudang klrga bali jadi miskin gara2 tajen..
betul nto, yen legalange tyang kar sing respek jk pak mangku
Kudang klrga bali jadi miskin gara2 tajen..
biar tajen ilegal, sebilang wai ngenot tajen di desa2
Wahai semeton sareng sami mari ki berpikir secara harapiah seoang tuna netra datang pada acara simakrama dengan tujuan mencapaikan aspirasi kepada gubernur kalau sy berpikir aspirasi tersebut barangkali mengandung makna yang lebih kita rasakan sebagai manusia yang hidup di dunia tapi ini adalah aspirasi/ pesan yang kita patut dicari jawabannya ada apa dibalik pesan bebotoh tajen ? maaf saya juga awam terhadap hal itu tapi sy peka terhadap pesan tersebut yg memiliki makna, sebagai seorang bebotoh sabung ayam ada makna kejujuran yang patut kita hargai , ampure tiang menyadari secara lahiryah tajen = judi yang bertentangan dengan peraturan ., sukseme
san gokong pembawa kitab suci… lalu siapakah siluman patkai… amitaba hahahahaha
sing taen ngenah gobane i wagub nok?..kije ye??
Mangku ngubuh Preman..ngomong-ngomong jabatan Apo yo kel Baange Gus Alit ken jro Mangku nenenan..sdikit usul mndingan jd tukang pijitne MP gen kangguang Nahh Lit..!!