Arjaya Sunasri di Pasar Badung
Denpasar (Metrobali.com)-
Setelah ke Pasar Sidakarya, Suwung, dan Pantai Mertasari, maka serangkaian dengan sosialisasi, Calon Walikota No.3 dari Koalisi Bali Mandara (KBM-MP) Manku Pastika,  Made Arjaya yang khas dengan Udeng Poleng melakukan penyerapan aspirasi ke pasar-pasar tradisional yang berada di Denpasar.
Setelah melakukan safari pagi ke pasar-pasar di Denpasar,  Jumat (23/10) kemarin malam, Arjaya melakukan ‘Night Safari” ke Pasar Badung dan Pasar Kreneng dimulai sekitar pukul. 22.00.

Aktifitas Arjaya di Pasar Badung sangat berbeda. Di mana saat itu Arjaya Sunasri beradu cepat dengan pedagang mengayam tipat, maka di Pasar Badung Arjaya selain mengamati aktivitas transaksi jual beli secara langsung antara penjual dan pembeli di Pasar Badung, Arjaya juga melakukan dialog akrab dengan  Bu Komang Manis pedagang Pejati dan Alat Upakara di pasar tersebut. Pejati dihargai Rp 35 ribu per buah.

Ajaya sempat juga berbincang bincang dengan pedagang pejati. Menuri Bu Komang Manis, isi banten pejatinya yang dijual di sini sangat  lengkap. Ada segehan, pesucian, arak berem, tipat kelan, kojong perangkatan isi nasi lanying, pisang, daksina telor, mangga jeruk salak apel, jaje uli, tape bantal, porosan, benang, beras, tebu, canang gede, canang kecil, roti bolu kukus, jaje macho, penyeneng, kulit peras, peras

Selain menjual banten Pejati, Ibu Komang Manis ini  juga menual eteh eteh upakara seperti dupa, telor merah, telur ayam, telur bebek, telur asin, telur angsa, dan kacang saur. Juga jual Sodan lengkap dg harga Rp6.000.- per buah.

Bukti pembayaran
Di Pasar itu, Arjaya didatangi kerumunan pedagang yang berebut ingin berfoto dan bersalaman dengan. Para pedagang sempat pula mengeluhkan di Pasar Malam, pelataran pasar Badung itu pembayaran iuran wajib per hari  seharusnya Rp10.500 per 1,20 meter  yang terdiri dari iuraan tempat berjualan Rp 3.500, iuran listrik Rp 6000 dan  iuranpemanfaatan kamar mandi, wc, air, Rp1.000. Akan tetapi fakta di lapangan pembayaran yang dipungut para petugas pasar yakni Rp14.500.

Pedagang mengeluh kerena pungutan tak sesuai dengan catatan di buku. Apalagi mereka mengeluh bebeapa bulan terakhir ini sangat sepi. Untuk berjualan di pelataran parkir pasar badung tersebut, para pedangang membeli kartu tempat berjualan Rp1,5 jt beberapa tahun lalu waktu habis kebakaran
”Hasilnya, yah.. sekedar saja biar bisa bayar anak sekolah sekaligus meyadnya. Anggap ini main judi: rainan ramai,  kalau ngga rainan pasar jadi sepi,” aku seorang Ibu tua di pasar itu.

Seperti diketahui pembagian shif berjualan di Pasar Badung dibagi menjadi tiga. Pasar Badung yang shift malam beroperasi jam 15.30 – jam 23.30 Wita. Pasar pagi 23.30 – 6.00. Setelah jam 6-15.30 jadi tempat bongkar barang.

Arjaya berjanji akan mengiventarisir keluhan pedagang dan memperhatikan keluhan tersebut dan berkoordinasi dengan pihak terkait, sehingga ke depannya Pasar benar-benar menjadi tempat meningkatkan kesejahterahan  pedagang dengan berkreasi menjadi wirausaha kecil atau UMKM.

Si Udeng Poleng dan tim pemenangan AS (Arjaya -Rai Sunasri) selanjutnya melakukan “night safari’ dan mengunjungi PasarMalam Kreneng. Di Pasar Kereneng atau sering disebut Pasar Asoka itu, Ajaya bersama tim sempat membeli dan menikmat Es Campur dari Pak Pasek asal Karangasem. RED-MB