Serangkaian pameran Vision International Image Festival, Bentara Budaya Bali bekerjasama dengan Panitia VIMAGE Festival menyelenggarakan sebuah diskusi fotografi bertajuk “Art and Photojournalism with Arbain Rambey’. Diskusi ini akan digelar pada Jumat (19/10) pukul 18.30 Wita bertempat di Jln. Prof Dr.Ida Bagus Mantra 88A, Ketewel Gianyar.

Diskusi ini menghadirkan Arbain Rambey, seorang fotografer senior Harian Kompas yang telah meraih berbagai pernghargaan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Penghargaan tersebut diantaranya Juara Tunggal Lomba Foto Fashion Nasional 1993, Juara Tunggal Lomba Foto International Art Summit 1999, dan Juara Satu Lomba Foto MURI 2008.

‘Fotografi Seni’ dan ‘Fotografi Jurnalistik’ sering kali menjadi perdebatan dalam dunia fotografi. Sebagian orang beranggapan bahwa kedua istilah itu memiliki makna yang sama, dan sebagian lagi beranggapan bahwa kedua istilah itu berdiri pada lapangan yang berbeda. Perbedaan itu, menurut mereka, terletak dari bidang atau objek foto. Yang satunya merupakan bidang fiksi, sementara yang lain merupakan bidang faktual.

“Banyak yang menganggap foto dalam jurnalistik tidak boleh melalui photoshop. Menurutnya, foto jurnalistik boleh melalui photoshop, karena tugasnya hanya untuk memoles dan mendandani, bukan menipu. Foto dalam jurnalistik juga tidak diperbolehkan adanya penghilangan elemen foto dan merubah makna foto, “ungkap Arbain.

Lahir di Semarang, 2 Juli 1961, Arbain Rambey mulai memotret pada tahun 1977 bersama teman-temannya di SMA Loyola 1, Semarang. Arbain merupakan lulusan Teknik Sipil dari Institut Teknologi Bandung tahun 1988. Beberapa prestasi yang telah diperolehnya, antara lain Juara Tunggal Festival Seni Internasional Art Summit 1999, memenangkan medali perunggu 2 tahun berturut-turut pada Lomba Salon Foto tahun 2006 dan 2007, serta Juara 1 lomba foto MURI tahun 2008. Arbain juga pernah beberapa kali mengadakan pameran foto, seperti Ekspresi (Medan, 2002), Mandailing (Medan, 2002), Senyap (Bentara Budaya, Jakarta, 2004), Colour of Indonesia (Galeri Cahaya, Jakarta, 2004), Crossing Bridges (Singapura, 2004), Persatoen (Melbourne, 2005), Nusantara (bersama Makarios Soekojo) (Hotel Aston, Jakarta, 2006), dll.

“Selain teori – teori dasar tentang fotografi, seorang wartawan foto juga perlu mempunyai semangat jurnalis, semangat diri bahwa apa yang difotonya memiliki kekuatan news atau berita yang memberikan informasi aktual bagi pembaca, “ terang Arbain seperti dikutip dalam sebuah kesempatan.

Vision International Image Festival merupakan salah satu ajang pameran foto internasional yang telah berlangsung sejak tanggal 5 Oktober 2013 lalu, diawali dengan festival foto jalanan di sepanjang Jalan Nusa Indah hingga Jalan Hayam Wuruk. Adapun pameran ini diselenggarakan oleh Yayasan Indonesia Horizon bekerja sama dengan matamera communication, serta didukung sepenuhnya oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Selain di Bentara Budaya Bali, Vision International Image Festival juga diadakan di Danes Art Veranda dan Maha Art Gallery.

Selain diskusi fotografi, rangkaian festival juga dimeriahkan dengan acara jumpa kurator, Hari Peselancar, temu wicara, Workshop Membuat Kolase, Workshop Menumbuhkan Koral, diskusi perjalanan backpacker, diskusi jurnalisme kelautan, peluncuran majalah, acara musik, dan bazzar kuliner laut, berlangsung di beberapa venue antara lain Bentara Budaya Bali, Danes Art Veranda dan Maha Art Gallery.

Festival yang pada tahun 2013 ini bertemakan “Angasraya: Arus Kebebasan dari Samudera” ini diikuti oleh sejumlah fotografer dalam dan luar negeri dengan reputasi internasional. Khusus di Bentara Budaya Bali (BBB) dipamerkan karya-karya fotografi dari region Asia Pasific yang dikurari oleh Barabara Stauss. Terdapat 13 seniman fotografi dari 11 negara yang turut serta dalam pameran ini antara lain : Bruce Connew (New Zealand), Craig Golding (Australia), Juan Manuel Castro Prieto (Vanuatu), Robert Zhao Renhui (Singapore), Andrew Testa (Thailand), Zhang Xiao (China), Jack Price (Japan), Oleg Klimov (Russia), Michael Christopher Brown (Russia), Corey Arnold (Amerika Serikat), Daniel Silva Yoshisato (Peru), Tomás Munita (Peru), Kadir van Lohuizen (Tierra del Fuego).

Rencananya festival ini akan menjadi festival tiga tahunan keliling Indonesia, sebagai simbol nyata dari samudera yang menghubungkan satu sama lain. Dan sebagai upaya mengangkat daerah pelosok berikut kehidupan pesisirnya. Festival ini akan berlangsung hingga 20 Oktober 2013 mendatang.