Denpasar (Metrobali.com)-

Ketua Komisi III DPRD Bali, IGM Suryantha Putra menegaskan jika selama ini tak ada pembicaraan maupun persetujuan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi, geothermal. “Siapa bilang DPRD Bali sudah setuju? Anggota DPRD Bali itu banyak. DPRD Bali yang mana, siapa?” tanya Suryantha Putra, Senin (17/6).

Ia menilai pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik yang menyebut proyek geothermal akan jalan terus hanya bualan belaka. Pasalnya, hingga kini tak ada pembicaraan mengenai hal itu yang masuk ke DPRD maupun gubernur. “Kita punya DPRD dan gubernur. Kok bisa bilang jalan terus. Apanya yang jalan, sementara sikap kami sudah jelas dan tegas. Wacik jangan main sendiri,” kata pria yang akrab disapa Sena itu.

Menurut dia, hingga kini Bali belum membutuhkan proyek yang ditentang hampir seluruh warga Pulau Dewata itu. Sena menyakini jika kebutuhan energi Bali masih mencukupi untuk jangka waktu panjang. “Hingga tahun 2025 kebutuhan energi Bali terpenuhi,” tegasnya.

Politisi PDIP asal Tabanan itu melanjutkan, hingga kini Bali masih memiliki cadangan energi listrik sebesar 30-40 persen. Pasokan itu didatangkan dari pembangkit listrik yang telah ada dan beberpaa pasokan semisal 150 megawatt psaokan kabel bawah laut, 350 megawatt dari Celukan Bawang, dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) yang sedianya akan beroperasi tahun ini, namun molor hingga tahun depan.

“Pertumbuhan ekonomi kita 6,8 persen. Dari sana diperkirakan rata-rata kebutuhan energi tiap tahun mencapai 50 megawatt. Jadi, cadangan listrik yang ada mampu memenuhi kebutuhan Bali,” papar Sena.

Sena menilai, jika saja geothermal akan dilanjutkan kembali, ia akan membuka ruang untuk mempertimbangkannya. Hanya saja, kata dia, apabila proyek panas bumi itu memiliki teknik baru pengeboran energi panas bumi tanpa merusak hutan. ”Kalau ada teknik baru tanpa merusak hutan, kita akan pertimbangkan. Tapi sampai saat ini tidak pernah ada kajian terbaru. Jadi jelas, kami akan menolak dengan tegas,” katanya berapi-api.

Sena enggan menduga penyebab kengototan Jero Wacik meloloskan proyek geothermal. Yang pasti, sambung Sena, selain bakal merusak alam Bali proyek geothermal juga hanya menghasilkan sedikit sekali pasokan listrik. ”Sementara lahan yang dibutuhkan begitu luas. 1 belt hanya menghasilkan sekitar 5 megawatt. Tapi lahan yang dibutuhkan sekitar 200 hektar,” kata dia.

Tak hanya mengkritisi kebijakan Jero Wacik, Sena juga menagih janji meteri asal Kabupaten Bangli itu. ”Dulu Pak Wacik menjanjikan gas kepada Bali. sekarang saya tagih janjinya, mana gas untuk Bali?” tanya dia.

Sena juga menyampaikan jika DPRD Bali kini tengah mengkaji energi baru terbarukan yang ramah lingkungan. ”Salah satunya adalah pasang surut samudera kita. Daur ulang air itu yang tengah kita pikirkan. Energi ramah lingkungan, terbarukan dan tidak mebutuhkan lahan. Sementara Bali memiliki potensi itu,” demikian Sena. BOB-MB