Foto: I Dewa Gede Alit Saputra yang akrab disapa Dewa Kayonan maju sebagai Caleg DPRD Klungkung. Kiprahnya dalam pelestarian budaya tidak diragukan lagi lewat Sanggar Kayonan di Klungkung.

Klungkung (Metrobali.com)-

Ketua DPD PSI Klungkung I Dewa Gede Alit Saputra yang akrab disapa Dewa Kayonan maju sebagai Caleg DPRD Klungkung dari Dapil Kecamatan Klungkung. Tokoh Klungkung yang dikenal sebagai tokoh seniman dan budayawan dengan menjalankan aktivitas pelestarian seni budaya lewat Sanggar Kayonan di Klungkung pun bercerita mengenai aktivitasnya dan cita-cita perjuangannya khususnya di bidang seni budaya.

Terkait kiprahnya di bidang kesenian, Dewa Kayonan mengatakan dirinya menjalankan Sanggar Kayonan di Klungkung bukan semata-mata untuk kepentingan bisnis, namun sebaliknya lebih mengedepankan konsep Ngayah. Terlebih lagi Sanggar Kayonan telah menjadi sanggar perintis selama 31 tahun.

 

Sanggar yang beralamat di Desa Adat Kemoning, Kelurahan Semarapura Klod, Klungkung, Bali ini didirikan pada tanggal 8 Juni 1992 yang artinya kini sudah berusia 31 tahun. Awalnya sanggar ini bergerak di dunia sastra lalu makin lama tumbuh dan berkembang menjadi sanggar dengan berbagai kegiatan seperti menari, kerawitan, tabuh dan masih banyak lagi. Dewa Kayonan merintis Sanggar Kayonan  ini dengan mengusung konsep pengabdian seni atau bisa disebut sebagai Yadnya Seni.

“Ya memang konsepnya pengabdian seni karena totalitas lahirnya sanggar memang sebagai Yadnya Seni. Jadi tidak murni sebagai bisnis kesenian. Jadi kita bukan industri bisnis untuk kesenian tradisional di sanggar, tapi lebih kepada Ngayah,” kata pria yang berprofesi sebagai narator, dalang, penari serta sering disebut oleh masyarakat sebagai seniman sekaligus budayawan ini.

Dijelaskannya sampai saat ini setelah 31 tahun berkarya, Sanggar Kayonan di semua sektor di seni tari maupun gamelan pihaknya masih menghimpun banyak anak-anak untuk bergabung, memberikan kesempatan mereka untuk kemudian di bina. “Sampai ada tiga grup, ratusan grup anak anak berkumpul, berjejal kita bina, kita ajarkan. Itu ketulusan,” ungkap pria lulusan jurusan Sastra Modern ini.

Dewa Kayonan menegaskan Sanggar Kayonan tidak hanya berkutat di lingkungan sanggar saja, namun juga melakukan kegiatan Ngayah di banyak tempat dan desa dengan membuat karya seni, garapan baru dalam bentuk kreasi dan sebagainya. Ini merupakan bagian dari keseimbangan.

“Di luar memang ada performance, artinya membuat karya seni, garapan baru dalam bentuk kreasi dan sebagainya. Tetap itu istilahnya keseimbangan. Jadi semua bergerak seluruh seniman,”ujarnya lantas mengajak ajang kesenian dijadikan wahana menjaga Bali dan Indonesia dimana dengan kekentalan keyakinan akan kekuatan akar  kebudayaannya ini membuat Bali menjadi cerah cemerlang.

Dewa Kayonan mengatakan lebih lanjut jika berkesenian ini kemudian dikaitkan dengan politik, tentu semuanya bertolak belakang. Namun justru politik itu akan dikemas menjadi seni berpolitik. Artinya akan beda tampilannya dengan politisi-politisi partai lain.

 

Di Pileg 2024, Dewa Kayonan pun turut mengambil peran dengan maju sebagai caleg dari PSI unutk merebut kursi legislatif di DPRD Klungkung dari Dapil Kecamatan Klungkung. Diakui PSI memang partai baru di dunia perpolitikan Indonesia, namun dirinya mengaku tidak silau dengan nama besar partai-partai lainnya. Perjuangan PSI harus terus berlanjut.

“Begitupun saat di lapangan nanti kita tentu tidak bisa dibandingkan dengan partai besar yang oligarki, yang selama ini memang membuat orang silau karena kebesarannya. Kita tahu diri bahwa kita partai baru, tapi perjuangan tidak berhenti sampai di sini,” katanya.

Dewa Kayonan mengungkapkan PSI memiliki cara dan style sendiri untuk berjuang. PSI juga memiliki pendekatan-pendekatan sosial untuk merebut hati masyarakat. Dewa Kayonan menyebut selama ini belum ada anggota DPRD Klungkung yang serius memperjuangkan seni, budaya dan adat di Klungkung. Sehingga praktis kesenian itu berkembang dan berjalan sendiri. Oleh karena itu disinilah pentingnya dukungan dari segi legislasi dan sebagainya.

“Karena selama ini seni budaya dan adat belum pernah dalam sejarah di Klungkung, anggota DPRD yang memperjuangkan itu yang bicara tentang itu, sehingga di lapangan praktis kesenian itu berkembang dan berjalan sendiri sendiri. Kalau tidak ada yang mensupport, tidak ada yang memback-up dari segi legislasinya dan apapun itu seniman di lapangan seperti tidak ada, tidak punya orang tua yang mengasuh mereka. Disitulah salah satu titik tolak perjuangan saya jika terpilih di legislatif nanti,” pungkas Dewa Kayonan. (wid)