Tabanan, (Metrobali.com)

Seni bela diri merupakan perpaduan antara gerakan seni dan teknik penyelamatan diri dari berbagai ancaman. Salah satu seni bela diri yang sedang berkembang pesat di Indonesia adalah Firman Ishikawaryu Ju-Jutsu Indonesia (FIJI), yang kini telah merambah ke Pulau Bali.

FIJI, yang telah berkembang di Jakarta dan berbagai daerah di Pulau Jawa, kini mulai menampung ratusan Jujutsan (murid) dari berbagai kalangan di Bali. Di bawah kepemimpinan pendiri seperti Ir. Mulatuana Baginda Herman Soaloon Hutapea, Mansur Sakiman, Wisnu Widodo, Hery Setiawan, Robin Douglas Hutagaol, dan Ferry Zulfikar, FIJI berkomitmen untuk mengembangkan seni bela diri ini di Pulau Dewata.

Ju-Jutsu adalah seni bela diri defensif yang memanfaatkan tenaga lawan, dikenal dengan teknik “Yawara-gi”. Teknik ini memungkinkan serangan lawan dihadapi dengan cara menghindar, mengelak, dan meneruskan tenaga lawan untuk mengalahkan atau menjatuhkan mereka. Beberapa teknik utama dalam Ju-Jutsu meliputi:

– Kansetsu Waza/Gyakudori: Mengunci persendian lawan.
– Nage Waza: Menjatuhkan lawan dengan membanting atau melempar.

Teknik-teknik ini berasal dari metode pembelaan diri para Samurai dan telah melahirkan seni bela diri lain seperti Aikido dan Judo.

Pada 8 Maret 2022, beberapa Jujutsan yang memiliki visi yang sama berkumpul dan membentuk FIJI. Kepemimpinan Ir. Mulatuana Baginda Herman Soaloon Hutapea, yang juga keturunan pendiri Ju-Jutsu di Indonesia, Drs. Firman Sitompul, menjadi faktor kunci dalam perkembangan FIJI.

Pendiri sekaligus Ketua Dewan Guru FIJI Dojo Bali, Wisnu Widodo, menyatakan bahwa FIJI telah membuka dojo di berbagai daerah di Bali. Dengan pengalaman panjangnya dalam seni bela diri, Wisnu Widodo telah mengajar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk pada pengabdian Dikjur Beladiri Polri di Balikpapan.

Wisnu Widodo mengungkapkan bahwa keunggulan Ju-Jutsu terletak pada teknik kunciannya, serta kemampuan melumpuhkan lawan dengan cepat. Selain itu, Ju-Jutsu juga mengajarkan teknik pukulan, tangkisan, pernapasan tenaga dalam, dan penggunaan senjata seperti tongkat dan pedang.

Hery Setiawan, Ketua FIJI Dojo Bali, menambahkan bahwa FIJI Bali menawarkan kelas reguler, privat, dan corporate untuk semua kalangan. Teknik-teknik yang diajarkan disesuaikan dengan tingkat usia dan kemampuan peserta.

Hery Setiawan mengajak semua kalangan di Bali untuk bergabung dengan FIJI, mengingat pentingnya bela diri untuk keselamatan diri. FIJI Dojo Bali berlokasi di Griya Jadi Asri No.123, Banjar Jadi Pisah, Desa Jadi, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi nomor 081808889028.

Ni Made Desi Ratnasari, salah satu murid Ju-Jutsu asal Tabanan, menekankan pentingnya bela diri untuk keselamatan diri dari ancaman yang tidak terduga. Sedangkan Kadek Chindy Budiartami, seorang dokter hewan, menyatakan bahwa bela diri tidak hanya untuk perlindungan diri, tetapi juga untuk kebugaran tubuh.

Dengan berkembangnya FIJI di Bali, diharapkan seni bela diri Ju-Jutsu dapat semakin dikenal dan diminati oleh masyarakat luas, termasuk para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Dewata. (rls)