Denpasar (Metrobali.com)-

Pementasan Sendratari Ramayana mengangkat lakon Kesambut Sita pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-34 di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Bali di Denpasar dari Sekaa Gong Segara Budaya, Banjar Adat Dangin Pangkung, Kelating, Kerambitan, Tabanan, Jumat (29/6)  memberikan inspiratif, harapan positif khususnya tentu kepada para pemimpin saat ini.

Sendratari Kesambut Sita  merupakan buah karya I Wayan Brata. Melibatkan sekitar 18 penari dan 30 penabuh, dengan upaya memberikan hiburan mendidik kepada penonton. “ Kami angkat cerita ini karena di desa kami ada sejenis cerita Ramayana berupa wayang wong, dan cerita ini juga memberi inspirasi  kepada pemimpin kita yakni Rama dan Rahwana, tokoh besar yang berlainan karakter. Artinya pemimpin bisa memilah mana yang baik dan buruk, ” jelas I Ketut  Kopasada ketua sekaa kesenian itu.

Diceritakan, ketika Rama, Sita dan Laksmana sedang  bersenang- senang  di hutan dan banyak bergaul dengan para pendeta dan brahmana sehingga menambah ilmu pengetahuan dan kepandaian. Namun, di dalam hutan tersebut ada Raksasa yang bernama Marica sedang menunggu kedatangan  Rahwana, Raja Alangka Pura. Dan, Rahwana pun meminta tolong kepada patih Marica untuk mendapatkan Dewi Sita yang tak lain istrinya Rama untuk dipersunting. Awalnya Marica menentang permintaan Rahwana. Namun akhirnya  Marica menuruti permintaan Rahwana.

Sementara dalam pencarian, Rama dan laksmana bertemu dengan seekor burung bernama Jatayu yang baru saja berusaha menolong Dewi Sita namun sayang, Jatayu kalah oleh Rahwana. Sebelum mati Jatayu sempat memberi petunjuk bahwa yang menculik Dewi Sita adalah Rahwana. Singkat kisah, akhirnya Rama dengan bantuan kera putih sakti, Hanoman berhasil mengalahkan para raksasa dan membebaskan Dewi Sita. Sementara walau penonton tak membludak  tapi  mereka sangat antusias menyaksikan pergelaran sendratari yang kurang lebih berdurasi 2 jam hingga itu hingga usai.

Sementara I Ketut Widana penata tari mengungkapkan, dengan mengangkat cerita klasik ini, tujuannya setidaknya akan mampu memberikan pula pesan yang mendalam, serta dapat dipahami  oleh masyarakat yang terkandung dalam cerita Ramayana ini. “ Karena,di era  sekarang ini, banyak anak- anak muda yang belum tahu dan paham kisah Ramayana. Ini penting juga untuk pelestarian kesenian tradisi, ” terangnya. Terkait dengan para pemainnya, ia mencari pemain dari kalangan anak- anak, remaja dan juga orang tua  sesuai dengan cerita tersebut. “Kami memang cari peran sesuai cerita, misalnya Sita saya cari yang masih remaja, dan untuk peran monyet serta kidang kami gunakan dari anak- anak, ” tambahnya. HP-MB