Denpasar, (Metrobali.com)

Kutipan kalimat yang disampaikan Ibu Megawati Soekarno Putri dalam pengarahannya di hadapan para relawan pemenangan Ganjar – Mahfud se Jawa di Jakarta, 27 November 2023. Dengan suara menahan marah, dengan semangat berapi-api (ciri khas Ibu Mega), membakar semangat relawannya untuk BERANI melakukan perlawanan, terhadap setiap kemungkinan pelanggaran proses Pemilu yang dilakukan penguasa.

“Kemarahan Ibu Mega ini, memberikan sebut saja pembenaran, atas kritik bernama satire, dengan latar belakang cerita masyarakat Minangkabau bertema MALIN KUNDANG, anak yang dikutuk oleh orang tuanya karena durhaka, sehingga menerima derita kutukan menjadi BATU,” kata I Gde Sudibya, aktivis demokkrasi, anggota Badan Pekerja MPR RI Fraksi PDI Perjuangan 1999 – 2004, Selasa 28 November 2023.

Dikatakan, pengkhinatan yang bermula dari Politik Dinasti, sebut saja “bermodalkan” cerita sukses menjadikan mantu dan anaknya sebagai Wali Kota, tingginya kepuasan publik lewat hasil survei (belakangan terbongkar hasil survei ini mengandung “jebakan”).

Selanjutnya, kata Sudibya diikuti oleh langkah kuda dengan “menjebol MK oleh sang adik ipar (Ketua MK), berkolaborasi dengan “vested interest” lainnya, dalam hubungan saling memanfaatkan untuk tujuan kekuasaan.

“Mereka itu, tidak peduli lagi: aturan formal hukum, etika dan moral untuk melanggengkan kekuasaan, dengan mantan “musuh” bebuyutannya. Jadi benar diktum yang mengatakan dalam politik tidak ada teman yang abadi, yang ada hanya kepentingan yang abadi,” katanya.

Dikatakan, yang menjadi protes dan juga perlawanan adalah ketertundukan pada kepentingan pelanggengan kekuasaan dengan melanggar: nilai kesetiaan, etika dan moral dan juga menabrak hukum.

“Dalam konteks peristiwa ini, dalam bahasa singkat Politik Dinasti sebagai alat pelanggengan kekuasaaan, meniru cara otoriter Orba, kemarahan Ibu Megawati sebagai negarawan dan potilitisi senior mendapat pembenaran, dan juga mendapat dukungan publik luas,” kata I Gde Sudibya, aktivis demokkrasi, anggota Badan Pekerja MPR RI Fraksi PDI Perjuangan 1999 – 2004. (Adi Putra)