agung-darmayuda

 

Oleh: I Gusti Ngurah Agung Darmayuda

Tanggal 20 Nopember kita memperingati Hari Puputan Margarana. Puputan Margarana adalah peristiwa heroik para pejuang bangsa dengan melakukan puputan di  Desa Adeng, Kecamatan Marga, Tabanan Bali pada tanggal 20 Nopember 1946. Perang tersebut dipimpin oleh  Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai. Puputan Margarana dianggap banyak pihak sebagai perang sengit yang pernah bergulir di Pulau Dewata, Bali. Peristiwa ini membuktikan tekad rakyat Bali untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia serta meneguhkan kecintaan rakyat terhadap tanah air dan bagian yang tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Peristiwa puputan margarana serta peristiwa pejuang lainnya di berbagai daerah seperti: Insiden bendera di Surabaya, pertempuran rakyat makasar, pertempuran lima hari di Semarang, pertempuran di Surabaya, Pertempuran Medan Area, Pertempuran Ambarawa, Pertempuran di Jakarta, Peristiwa Merah Putih di Manado, Bandung Lautan Api, Pertempuran Lima Hari di Palembang, Serangan 1 Maret 1949 serta peristiwa-peristiwa lain pasca kemerdekaan RI, mencerminkan kebulatan tekad rakyat Indonesia mempertahankan kemerdekaan dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia serta perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilakukan oleh segenap bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, berbagai daerah, berbagai agama, berbagai golongan dengan mewujudkan cita-cita tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peristiwa Puputan Margarana adalah salah satu contoh bahwa tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak bisa diusik oleh siapa pun walau nyawa sebagai taruhannya.

Realitas keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah keragaman. Para pendiri bangsa memahami bahwa Indonesia  adalah percampuran dari berbagai budaya, etnis, agama dan suku bangsa yang dipersatukan oleh adanya persamaan senasib sebagai bangsa yang terjajah. Kebinekaan dalam kerangka persatuan senantiasa mendapat tantangan dalam perjalanan kebangsaan kita. Bayang-bayang disintegrasi kerap menghantui rajutan benang-benang persatuan seiring dengan perjalanan sejarah bangsa ini.

Indonesia ditengah realitas kebinekaan merupakan proses perjalanan bangsa yang tak lepas dari ancaman perpecahan. Dasar Negara serta konstitusi telah dengan jelas menggambarkan banguanan dasar atas penghormatan pada keberagaman dengan memegang komitmen persatuan, namun demikian godaan gesekan SARA membayangi setiap saat. Atas dasar itu maka merajut keragaman dengan baik adalah jawaban untuk mengurangi potensi perpecahan.

Proses Demokrasi terutama saat-saat pemilu kerap diuji dalam kedinamisan masyarakat yang tak jarang menimbulkan konflik yang jauh dari cita-cita demokrasi. Karena itu, mengelola dan membina kebinekaan dengan baik adalah jawaban untuk mengeliminasi potensi risiko tersebut. Perbedaan identitas etnis, budaya maupun agama hanya mampu dijahit dengan jarum kebhinekaan yang berasaskan pancasila. Kalau kita memahami semangat puputan margarana tentu perpecahan atas dasar SARA tidak akan terjadi.

Membangun Indonesia dalam kerangka keberagaman hendaknya dijadikan acuan yang dilandasi atas penghormatan terhadap semangat persatuan. Bagaimanapun Indonesia adalah perjalanan proses bernegara yang diharapkan mampu menginternalisasi nilai-nilai toleransi dengan mengedepankan proses dialektika.Oleh karena itu demokrasi adalah perangkat sistem yang menjadi pedoman ideal dalam keragaman kita.

Demokrasi dalam kerangka keIndonesiaan adalah demokrasi yang menjadikan rakyat sebagai pemegang kedaulatan beserta dinamika yang mengiringinya. Semangat demokrasi yang menghormati kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan. Semangat demokarasi yang tidak lagi terjebak pada cara pandang mayoritas dan minoritas. Demokrasi menjadikan rakyat dilindungi hak-hak dasarnya untuk mencapai kesejahteraan bersama. Demokrasi yang berbasis kerakyatan meletakan kesejahteraan menjadi tujuan bersama. Menjadi tantangan bersama merajut demokrasi dalam kebinekaan yang mampu mensejahterakan seluruh rakyat dalam kerangka persatuan Indonesia.

Nilai-nilai perjuangan para pahlawan yang telah gugur di  Margarana hendaknya kita ambil api semangatnya. Api semangat membela bangsa mempertahankan kemerdekaan hendaknya menginspirasi kita agar tidak terjebak pada agenda-agenda sesaat yang menjauh dari semangat persatuan. Api semangat puputan margarana diharapkan memberi  kesadaran kolektif kita untuk senantiasa merajut keragaman dan memperkokoh persatuan serta meneguhkan demokrasi atas dasar Pancasila dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penulis: Komisioner KPU Kota Denpasar