Bayu Krisnamurthi

Jakarta (Metrobali.com)-

Mantan Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, menilai bahwa sektor jasa dinilai mampu dan merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri.

“Sektor jasa harus betul-betul diperhatikan, karena ke depan daya saing akan ditentukan oleh sektor tersebut,” kata, Bayu, di Jakarta, Kamis (24/12).

Bayu mengatakan, jika sektor jasa tidak dikuasai, maka produk dalam negeri juga tidak akan bisa menguasai daya saing, hal tersebut berarti daya saing produk Indonesia tersebut dikuasai oleh asing.

“Kita harus betul-betul lebih berkonsentrasi di sektor jasa, menanganinya dengan lebih sistematis dan berkelanjutan,” ujar Bayu.

Bayu yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), mengatakan beberapa sektor jasa yang paling berpengaruh terhadap daya saing adalah sektor jasa logistik, pemrosesan, pengemasan, keuangan yang menunjang perdagangan dan juga jasa promosi bidang perdagangan.

“Jasa keuangan yang menunjang perdagangan seperti asuransi, pembiayaan, itu kedepan akan makin menentukan daya saing perdagangan kita. Selain itu juga jasa promosi bidang perdagangan, bahkan termasuk jasa pameran, ritel, nantinya semakin menentukan, baik pada 2015 dan seterusnya,” kata Bayu.

Pada tahun 2015 mendatang, lanjut Bayu, Indonesia dan negara-negara ASEAN akan mulai merasakan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dimana pada akhir tahun 2015 nanti akan tercipta integrasi 10 negara Asia Tenggara dalam suatu kawasan ekonomi ekslusif.

“MEA tidak akan terjadi ‘shock’, karena sekarang sesungguhnya sudah berjalan. Tapi, kita ingin menang dan memanfaatkan peluang tersebut, dan kuncinya kita memanfaatkan apa tidak, jika ingin memanfaatkan maka sektor jasa akan sangat menentukan,” kata Bayu.

Hingga pertengahan tahun 2014 lalu, kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 sudah mencapai 83 persen, dan diharapkan dalam beberapa waktu kedepan akan terus meningkat.

Namun, pencapaian sebesar 83 persen tersebut masih masuk dalam kategori pencapaian yang rendah dalam ASEAN apabila dibandingkan dengan negara anggota seperti Singapura dan Brunei Darussalam.

Langkah-langkah yang harus ditempuh khususnya mendekati MEA 2015 tersebut akan semakin sulit, dikarenakan adanya kesepakatan di tingkat regional ASEAN itu memerlukan beberapa penyesuaian seperti diperlukannya peraturan perundang-undangan di masing-masing negara.

Pada 2012 lalu, pendapatan perkapita di kawasan ASEAN tersebut meningkat dari 2.267 dolar AS menjadi 3.759 dolar AS. Selain itu juga ada peningkatan investasi dari investor asing (FDI) dari 92 miliar dolar AS menjadi 114 miliar dolar AS pada tahun 2011.

ASEAN beranggota 10 negara. Populasi ASEAN pada 2012 mencapai 617,68 juta jiwa dengan pendapatan domestik bruto kurang lebih sebanyak 2,1 triliun dolar AS.

Pada akhir tahun 2015 nanti akan diberlakukan MEA dimana akan terjadi integrasi 10 negara Asia Tenggara dalam suatu kawasan ekonomi eksklusif yang menciptakan akses pasar antar negara yang lebih luas. AN-MB 

activate javascript