Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat (PP) KAGAMA, AAGN Ari Dwipayana.

JAKARTA (Metrobali.com)-

 

Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat (PP) KAGAMA, AAGN Ari Dwipayana mengatakan, pandemi Covid-19 menyebabkan krisis ekonomi dan kesehatan yang dampaknya tidak terbayangkan sebelumnya. Oleh karena itu Ari mengajak masyarakat untuk melihat kembali kekuatan yang dimiliki untuk bangkit melawan krisis.

“Sebuah bangsa akan teruji dalam mengatasi krisis kalau dia mau melihat lagi tingkat ketangguhan dan ketahanan bangsanya,” ujar Ari

“Kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit merupakan modal penting bagi setiap bangsa untuk menghadapi krisis”’ imbuhnya.

Hal tersebut Ari sampaikan dalam webinar KAGAMA bertajuk Desa Inklusif: Basis Solidaritas Bangsa pada Kamis (2/7/2020).

Selain Ari, hadir dalam webinar tersebut Ketua Umum PP KAGAMA, Ganjar Pranowo; Sekjen Kemendes PDTT/ Wakil Ketua Umum II PP KAGAMA, Anwar Sanusi; serta para narasumber: Bito Wikantosa (Kabid Organisasi dan Sosial KAGAMA Prodesa, Direktur PSD Kemendesa PDTT); Andi Wahyuli (Kepala Desa Mallari, Kab. Bone, Sulawesi Selatan); Arie Sujito (Ketua Departemen Sosiologi UGM); Ade Siti Barokah (Pengurus KAGAMA, Pegiat Desa Inklusif The Asia Foundation).

Ari menuturkan dalam situasi sulit ini desa memiliki posisi yang amat penting. Desa, kata Ari, memiliki sumber daya dan kekuatan yang amat adaptif dalam menghadapi krisis. Meskipun ikut dihantam krisis, namun ada ketahanan yang dibangun masyarakat desa dalam menghadapi masa-masa sulit.

Kembali ke desa, kata Ari, adalah salah satu cara untuk menata lagi strategi ke depan dalam membangun bangsa ini.

“Saya gembira teman-teman KAGAMA mulai melihat arti penting desa. Karena desa ini menjadi salah satu kekuatan yang kita miliki sekarang dalam menghadapi berbagai hal, termasuk dalam situasi krisis” ujar alumnus Fisipol UGM angkatan 1990 ini.

Dalam berbagai kesempatan, kata Ari, Presiden Jokowi menekankan strategi yang berbasis pada kearifan lokal dan melibatkan komunitas lokal untuk menangani persoalan kesehatan maupun ekonomi.

“Itulah sebabnya desa menjadi ujung tombak yang sangat penting dalam pengendalian krisis,” imbuh Koordinator Staf Khusus Presiden RI ini.

Selain itu, pria kelahiran Ubud Bali itu mengatakan saat ini yang dibutuhkan adalah solidaritas sosial. Yakni bagaimana elemen bangsa bisa saling bekerja sama, saling membantu, mengingatkan, menolong satu sama lain di tengah situasi yang sulit.

Menurut Ari solidaritas sosial dapat terwujud jika terbentuk kesetaraan sosial dan sikap inklusif seperti keterbukaan menerima keragaman, perbedaan, dan menghargai bahwa setiap warga desa mempunyai peran dalam mengatasi persoalan bersama.

Selain itu, Ari juga mendorong munculnya inovasi. Di masa krisis ini, kreativitas perlu didorong untuk memunculkan inovasi.

Berbagai inovasi yang muncul, kata Ari, merupakan salah satu bentuk solidaritas yang inovatif. Misalnya yang dilakukan oleh KAGAMA dengan program canthelan.

“Jadi, solidaritas itu perlu inovasi untuk dijalankan. Bagaimana KAGAMA bisa menginisiasi itu di berbagai tempat, dan bekerja sama dengan berbagai kelompok sosial dan masyarakat desa.”

“Solidaritas dan inovasi itu saling menguatkan saling berkait satu sama lain,” ujarnya.

Ari meyakini bahwa pelajaran penting yang dapat diambil dari situasi krisis ini di tingkat desa, baik dalam bentuk membangun kesetaraan sosial, membangun solidaritas, dan inovasi merupakan modal yang sangat kuat di masa depan dalam menata desa yang lebih maju dan berjaya.

“Memang itu tidak cukup dengan diskusi atau sekedar kita bicarakan, namun perlu kita gerakkan dan wujudkan dalam bentuk aksi nyata dan konkrit,” pungkasnya