Sejumlah Maestro, Konseptor dan praktisi pembuat ogoh-ogoh Bali melakukan pertemuan berupa urun rembug dan brainstorming yang berlangsung di Warung @funtheyme Ubud, Gianyar-Bali secara terbatas, Rabu (2/2/2022).

Gianyar (Metrobali.com) –

 

Sesungguhnya eksistensi tradisi pawai Ogoh-ogoh sebagai bagian dari Tawur Kesanga tahun Caka 1944 mengandung nilai-nilai kreativitas dan inovasi mencakup seni rupa, seni tari, seni musik, dan dampaknya bisa turut menggerakkan perekonomian dengan menggeliatnya UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).

Hal tersebut terungkap dari diskusi yang dihadiri oleh sejumlah Maestro, Konseptor dan praktisi pembuat ogoh-ogoh Bali melakukan pertemuan berupa urun rembug dan brainstorming yang berlangsung di Warung @funtheyme Ubud, Gianyar-Bali secara terbatas, Rabu (2/2/2022).

Kepedulian terhadap keberlangsungan kebudayaan tradisional Bali dan membahas isu-isu yang muncul belakangan ini terkait adanya pro dan kontra mengenai pelaksanaan Tradisi Ogoh-ogoh.

“Persyaratan pelaksanaan pawai Ogoh-ogoh di Bali dinilai belum jelas. Setelah sebelumnya MDA dan Dinas Kebudayaan Kota Denpasar mengeluarkan surat edaran, namun justru aturan petunjuk teknisnya (Juknis) yang tak kunjung disahkan,” kata Deck Sotto sebagai inisiator pertemuan.

Acara yang diinisiasi oleh Kadek Suprapta Meranggi atau yang akrab dikenal @deck_sotto mengundang beberapa maestro Ogoh-ogoh Sebali yaitu @keduxgarage @gusman_surya @marmarherrz @agungrahmaputra @cenkcenk_beroo @men_lemuh_nasilawar untuk berdiskusi terkait adanya pro dan kontra mengenai pelaksanaan Tradisi Ogoh-ogoh.

Melihat kondisi ini, Deck Sotto merasa tradisi ogoh-ogoh ini perlu di pertahankan dan dicarikan solusi terbaik dalam mempertahankan eksistensinya.

Menurut seniman Ogoh-ogoh, Kedux Garage, sebenarnya dibutuhkan kesiapan mental dari teman-teman STT yang diuji untuk kondisi ini pasca keluarnya keputusan MDA tersebut terkait rangkaian pelaksanaan Juknisnya. kedux berharap Ogoh-ogoh tetap dibuat karena dinilai menjadi bagian dari tradisi untuk melestarikan budaya Dan proses pembuatannya akan sangat membantu UMKM di sekitarnya.

Lain halnya dengan Agung Rahma Putra, sebagai seorang konseptor yang menilai Ogoh-ogoh ini termasuk tradisi yang baru, beliau sangat mendukung karena ada nilai dan makna kreativitas dan inovasi yang ditunjukan di tradisi ini. Menurut beliau, Ini tradisi yang baik karena banyak hal yang terkandung mulai dari seni rupa, seni tari, seni musik, dan masih banyak lagi.

Deck Sotto berpandangan bahwa tradisi yang masih dinilai baru ini sebenarnya jika dijalankan secara rutin tiap tahunnya akan menghasilkan karya-karya yang dapat dinikmati bahkan hingga tingkat internasional.

Menurut salah satu perwakilan STT di ubud, selama pandemi ini Ogoh-ogoh mini merupakan salah satu bentuk pelampiasan kerinduan STT terhadap Ogoh-ogoh. Menurut mereka, Ogoh-ogoh merupakan tradisi yang positif yang menjadi wadah kebersamaan antar anggota STT.

Sedangkan inovator Ogoh-ogoh Marmar menyatakan Ogoh-ogoh memang belum bisa disebut tradisi, tapi Ogoh-ogoh sendiri merupakan sebuah budaya. Ogoh-ogoh harus tetap ada karena ini bentuk sebuah yadnya (persembahan). Diarak atau tidak, meriah atau tidak, yang jelas adalah keharmonisan untuk meyadnya maka untuk itulah Ogoh-ogoh harus tetap dijaga secara sustainable.

Sedangkan Seniman Gusman menanggapi bahwa jika ingin melaksanakan tradisi Ogoh-ogoh, ada baiknya para pemuda di Bali mengikuti Prokes yang berlaku, karena itu merupakan syarat wajib pertanggung jawaban dari kita untuk pemerintah agar tradisi Ogoh-ogoh ini tetap terlaksana.

 

Pewarta : Hidayat