Foto: Ketua DPD Partai Demokrat Bali Made Mudarta.

Denpasar (Metrobali.com)-

Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY  dan putranya Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY yang merupakan Ketua Umum Partai Demokrat  terus mendapatkan serangan di media sosial.

Salah satu hujatan kepada SBY dan AHY yang cukup viral datang dari Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Prof Yusuf Leonard Henuk (YLH). Prof YLH menyebut SBY sebagai ‘Bapak Mangkrak Indonesia’.

Ia juga menyerang AHY dalam akun Twitternya, @ProfYLH dengan menyebut AHY bodoh sekali. Ia menyampaikan demikian karena merespons pernyataan AHY soal tragedi kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182.

Diminta tanggapannya terkait hujatan kepada SBY dan AHY ini, Ketua DPD Partai Demokrat Bali Made Mudarta terlihat bersikap arif bijaksana, tenang dan tidak mau terpancing dengan narasi “negatif” yang dilontarkan sang guru besar.

Bahkan Mudarta menjawab hujatan YLH kepada kepada SBY dan AHY itu dengan menyampaikan terima kasih kepada sang profesor yang dia sebut sebagai mahaguru, pfofesor yang terhormat dan terpelajar yang seharusnya memberikan contoh kepada masyarakat.

“Profesor yang terhormat dan terpelajar mahaguru Prof YLH terima kasih atas hujatan kepada Pak SBY dan dan brand bodoh yang dialamatkan AHY,” kata Mudarta.

Bagi Mudarta selaku kader Demokrat, hujatan disampasikan Prof YLH malah menjadi pelecut bagi kader partai besutan SBY itu untuk terus belajar, meningkatkan integritas dan kepedulian mengabdi kepada bangsa dan dengara.

“Dengan ejek bodoh itu Ketua Umum kami (AHY) dan keluarga besar Demokrat justru terlecut dan termotivasi belajar dan terus belajar tingkatkan bakti kepada negara serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Hanya dengan belajar integritas orang makin naik,” tegas politisi Demokrat asal Jembrana ini.

Mudarta pun menegaskan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi dan jati diri bangsa Indonesia maka sikap saling menghormati terlebih pula menghormati yang lebih tua merupakan bagian sikap mental, karakter dan jati diri yang ditanamkan kepada setiap kader Partai Demokrat.

“Pada siapapun kita harus santun bicara, menyikapi sesuatu dengan bijak. Itu juga sesuai dengan kearifan lokal kami di Bali yang mengedepankan spirit menyama braya (persaudaraan dalam perbedaan), segilik seluluk selunglung sebayantaka, paras paros sarpanaya (berat sama dipikul, dan ringan sama dijinjing serta dilakukan tanpa pamrih) dan “vasudeva kutumbhakam” (kita semua bersaudara),” papar Mudarta.

Sikap arif kader Demokrat Bali ini hingga sikap SBY dan AHY yang tetap tenang dan fokus bekerja untuk rakyat walau dihujat mengingatkan Mudarta kepada pesan bijak orang tua “ketika kamu dilempar dengan kotoran kasilah bunga.”

“Dilempar kotoran kami kasi bunga. Ketika dihujat, dicaci maki Pak SBY dan AHY juga tenang senyum. Itu representasi energi alam sesungguhnya,” ucap Mudarta.

Ia pun mengajak semua elemen anak bangsa bersatu di tengah pandemic Covid-19 dan berbagai bencana yang dihadapi Indonesia di awal tahun 2021 ini. “Hentikan saling hujat mari saling hormati, saling rangkul, bersatu, gotong royong hadapi berbagai permasalahan bangsa,” pungkas Mudarta. (wid)