SBY Buka Forum UNAOC ke-6 di Bali
Nusa Dua (Metrobali.com)-
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membuka secara resmi The Sixth Global Forum of The United Nations Alliance of Civilizations (UNAOC) Jumat (29/8) pagi.
Dalam acara pembukaan tersebut, SBY didampingi Perdana Menteri Timor Leste Kai Rala Xanana Gusmao, Sekjen PBB Ban Ki Mon, Menlu Marty Natalegawa, Mendiknas Muhammad Nuh serta beberapa pejabat setingkat kepala negara dari beberapa peserta lainnya. Saat tiba di lokasi acara, SBY didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono dan beberapa menteri kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. SBY tiba di BNDCC tepat pukul 09.00 Wita dan langsung menuju ruang acara.

Pidato pembukaan disampaikan oleh Menlu Marty Natalegawa selaku tuan rumah dan kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Presiden UNAOC  H.E. John W. Ashe dan Sekjen PBB Ban Ki Moon.

Dalam pembukaan tersebut Presiden sekaligus menjadi pembicara kunci pada forum yang diselenggarakan di Bali Nusa Dua Convention Center. UNAOC ke-6 mengambil tema ‘Unity in Diversity: Celebrating Diversity for Common and Shared Values’.
Indonesia telah aktif menghadiri Forum Global ini sejak diselenggarakan pertama kali pada tahun 2007. Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah UNAOC ke-6 merupakan apreasiasi masyarakat internasional terhadap keberhasilan Indonesia menjadi model hubungan yang harmonis antara beragam etnis, ras, dan budaya.
Forum ini ditujukan untuk mendorong terciptanya harmoni antarperadaban atau harmony among civilizations. Forum terutama menjembatani jurang antara peradaban termasuk antara Islam dan Barat serta untuk membangun kemauan politik dan memobilisasi kemauan bersama untuk menghadapi prasangka, salah persepsi, dan ekstrimisme dalam masyarakat.

Menlu Marty Natalegawa menjelaskan, Indonesia sudah memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika sebagai filosofi untuk mengimplementasi keberagaman dalam kesatuan. Slogan Bhineka Tunggal Ika yang dipegang oleh Indonesia menggambarkan semangat Indonesia sebagai sebuah negara dengan beragam dan perbedaan namun bersatu dalam paham kesatuan sebuah sebuah negara yang berdaulat.

Sementara Ban Ki Moon juga menyinggung soal Bhineka Tunggal Ika. Ia menilai Indonesia bisa menjadi model peradaban di kawasan ASEAN untuk menghapus berbagai bentuk diskriminasi karena perbedaan suku, agama, ras dan golongan. Kondisi ini masih terjadi di beberapa kawasan Asia.
“Melalui forum ini, kita ingin menjembatani perbedaan budaya, menciptakan rasa saling pengertian dan menghormati antar agama dan budaya,” katanya.SIA-MB