Gianyar(Metrobali.com) Di tengah pergulatan zaman yang semakin berkembang ke arah kemajuan intelektual, bangsa ini juga membutuhkan karakter yang kuat. Tidak hanya pembangunan dan pemberdayaan serta peningkatan di bidang teknologi, bangsa ini juga membutuhkan susastra sebagai salah satu penguat karakternya. Sejalan dengan pemikiran tersebut, Bentara Budaya Bali kembali menghadirkan sebuah Sandyakala Sastra yang bertajuk “Sastra dan Pembangunan Karakter Bangsa” pada Minggu, 17 Maret 2013, pukul 18.30 Wita di Jalan By Pass IB Mantra, Ketewel-Gianyar.

Sebagai upaya pengetengahan susastra sebagai bentuk penguatan karakter bangsa, kritikus Arif Bagus Prasetyo, mencoba menelaah karya sejumlah sastrawan terkemuka Indonesia – Amir Hamzah, Chairil Anwar sampai Ayu Utami – dalam karya-karya sastra yang berusaha dicermati dari sudut pandang nilai-nilai luhur kebudayaan. Pertanyaanpun bermunculan, mulai dari bagaimana menyisipkan amanat luhur ke dalam cerita atau puisi, hingga upaya apa yang harus dilakukan guna mendorong masyarakat untuk mengapresiasi karya-karya sastra yang mengandung kedalaman nilai pekerti. Di lain sisi, akan dibahas pula mengenai peran karya sastra di masa kini dan mendatang, terutama untuk menjawab aneka tantangan persoalan zaman. Salah satunya, audiovisual yang lebih banyak menyajikan tontonan alih-alih tuntunan. Sehingga berdampak terhadap cara pandang dan kecenderungan masyarakat dewasa ini.

Arif Bagus Prasetyo lahir di Madiun, 1971. Penulis, kurator seni rupa dan penerjemah. Alumnus International Writing Program, University of Iowa, Amerika Serikat. Ia meraih berbagai penghargaan, antara lain: Pemenang II Kritik Seni Rupa 2005, Dewan Kesenian Jakarta, Pemenang I Kritik Sastra 2007, Dewan Kesenian Jakarta, Anugerah “Widya Pataka” 2009 Pemerintah Provinsi Bali, serta Anugerah Puisi CSH 2009. “Sebagai upaya filterisasi pengaruh globalisasi terhadap karakter bangsa belakangan ini yang kian mengkhawatirkan, maka diselenggarakanlah Sandyakala Sastra#30 ini agar kita semua ikut serta membangun karakter bangsa dengan meninjau kembali peran susastra yang bisa dimulai dari diri kita sendiri.” tutur Putu Aryastawa staf BBB.