Jakarta (Metrobali.com)-

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa diprediksi masih akan melemah, seiring pelaku pasar yang menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).

Rupiah dibuka melemah lima poin atau 0,04 persen ke posisi Rp14.258 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.253 per dolar AS.

“Nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah karena pelaku pasar mengantisipasi rilis data inflasi AS malam ini,” kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Namun di sisi lain, lanjut Ariston, menguatnya indeks saham Asia pagi ini menunjukkan minat pasar terhadap risiko membesar dan hal itu bisa menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS.

“Ditambah banyaknya wilayah yang sudah tidak lagi PPKM 4 di Tanah Air juga bisa membantu penguatan rupiah,” kata Ariston.

Jumlah kasus harian COVID-19 pada Senin (12/9) pukul 12.00 WIB bertambah 2.577 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 4,17 juta kasus.

Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar COVID-19 mencapai 276 kasus sehingga totalnya mencapai 139.165 kasus. Sementara itu, jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 12.474 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 3,93 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif COVID-19 mencapai 99.696 kasus.

Untuk vaksinasi, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis pertama mencapai 73,31 juta orang dan vaksin dosis kedua 42,1 juta orang dari target 208 juta orang yang divaksin.

Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi bergerak melemah ke kisaran Rp14.280 per dolar AS dengan potensi penguatan ke kisaran Rp14.250 per dolar AS.

Pada Senin (13/9) kemarin, rupiah melemah 50 poin atau 0,35 persen ke posisi Rp14.253 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.203 per dolar AS.

 

Sumber : Antaranews.com