Foto: Ketua DPW PSI Provinsi Bali Bro Nengah Yasa Adi Susanto.

Denpasar (Metrobali.com)-

Pembangunan RS Internasional di Kawasan Ekonomi Khusus (KES) Sanur, Denpasar, Bali yang direncanakan akan beroperasi pada tahun 2023 diyakini bisa menjadi destinasi medical tourism (wisata kesehatan) dan harapan baru untuk pariwisata Bali semakin berkembang ke arah quality tourism atau pariwisata berkualitas.

“Kami di PSI sangat mengapresiasi hadirnya RS Internasional di KEK Sanur yang sangat luar biasa ini. Itu bisa menjadi ikon Bali untuk medical tourism,” kata Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Provinsi Bali Bro Nengah Yasa Adi Susanto, Kamis (24/11/2022).

Politisi yang akrab disapa Bro Adi ini meyakini RS Internasional bisa menjadi pilihan yang tepat bagi orang-orang Indonesia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan kelas dunia dimana selama ini banyak Warga Negara Indonesia (WNI) yang berobat keluar negeri seperti ke Singapura.

Selama ini sebanyak 4-8 persen pasien WNI yang berobat keluar negeri atau sekitar 123 ribu hingga 240 ribu orang diharapkan dapat beralih berobat ke KEK Sanur pada 2030 mendatang. Pembangunan KEK Sanur diharapkan dapat menghemat devisa hingga Rp 86 triliun dan menambah devisa pada periode yang sama mencapai Rp 19,6 triliun.

“Selama ini ketika sakit, banyak orang Indonesia berobat ke luar negeri. Jadi nanti mereka bisa beralih dan memilih layanan kesehatan di RS Internasional di Sanur yang tentu kami yakini pelayannya setara atau bahkan bisa lebih bagus,” ujar Bro Adi.

Di sisi lain tokoh Bali asal Desa Bugbug, Kabupaten Karangasem ini juga menilai keberadaan RS Internasional di Sanur dalam konteks menjadi destinasi medical tourism (wisata kesehatan) juga bisa menjadi pilihan bagi wisatawan kapal pesiar yang datang ke Bali ketika mereka sekaligus ingin mendapatkan pelayanan kesehatan ataupun ketika ada kondisi emergency.

“Kapal pesiar juga mulai banyak datang ke Bali dan kalau wisatawan sakit, tidak perlu pergi ke Singapura. Kalau dari Bali ke Singapura pergi naik pesawat kan mahal. Jadi kalau di Bali sudah ada fasilitas RS Internasional dan apalagi juga masih dekat dengan Pelabuhan Benoa, maka bisa jadi pilihan wisatawan kapal pesiar,” kata Bro Adi yang juga praktisi penempatan tenaga kerja kapal pesiar ini.

Namun PSI Bali tetap memberikan catatan dan ada beberapa hal yang harus diperhatikan pemerintah dalam pengembangan RS Internasional ini.

Pertama dari sisi fasilitas memang harus standar pelayanan kelas dunia. Kedua, dari sisi SDM juga harus disiapkan SDM lokal yang mumpuni dan unggul agar tidak lebih banyak impor tenaga kesehatan asing.

Ketiga, bagaimana juga kontribusi langsung kepada Pemerintah Provinsi Bali dari sisi PAD (Pendapatan Asli Daerah). “Pemerintah daerah juga harus punya saham disana,” katanya.

Keempat, juga aspek dukungan dari masyarakat sekitar sehingga memang benar-benar membuat wisatawan atau orang-orang yang berobat di rumah sakit itu bisa merasa nyaman.

Di sisi lain kehadiran RS Internasional di Sanur yang direncakan juga menjadi pusat Wellness Indonesia yang berbasisikan tradisi wellness nusantara (KEK Sanur Tradisi Wellness Indonesia) dinilai juga menjadi sebuah langkah strategis memadukan kemajuan teknonologi di bidang kesehatan dan layanan berkelas dunia dengan potensi kearifan lokal Indonesia khususnya Bali.

“Kita dukung juga kalau di RS Internasional di Sanur juga dikembangkan wellness berdasarkan kearifan lokal Bali. Tentu ini juga menjadi daya tarik tersendiri dan menegaskan juga keunikan Bali,” pungkas Bro Adi. (wid)