Royal Songan Cruise, Kapitalisme Pariwisata yang “Memuja” Uang, Menafikan Kesakralan Danau Batur
Ilustrasi
Denpasar, (Metrobalicom)
Kini ada wahana baru kapal pesiar yang tidak saja dapat mengotori alam niskala damai Batur, akan tetapi sekaligus mengotori alam skala kawasan dana Batur. Kini Royal Songan Cruise hadir di kawasan danau Batur, bisnis Kapitalisme Pariwisata yang “Memuja” Uang, Menafikan Kesakralan Danau Batur
Jro Gde Sudibya, intelektual Bali, penulis subjek agama Hindu dan Budaya Bali, pengamat kecenderungan masa depan mengatakan, dalam perspektif sejarah, merujuk kepemimpinan Ida Dalem Waturenggong, Danau Batur disebut sang raja dengan ungkapan kaya makna: “Segara Danu tan Metepi, Danuh Batur”, ungkapan tentang kemahakuasaan Tuhan Wisnu mengatur Alam Raya.
“Titik tengah, nemu guru, “pertemuan” Danu Batur dengan Gunung Batur, Linggha Tuhan Wisnu. Nama-nama Desa di sisi Barat danau: Buahan, Kedisan, merupakan nama yang kaya yang sarat dengan makna rokhani,” katanya.
Dikatakan, nama Toya Mampeh, akuratnya To Iye Yeh Mampeh, gambaran dari insan manusia tercerahkan, yang menemukan Tuhan, realitas yang menjadi spirit dalam menjalankan Dharma kehidupan.
Menurutnya, tempat di sisi Timur, “ring tepi siring Purwa” Song An, yang kemudian dikenal sebagai Desa Songan, tempat mata air mengalir dari Alas Penulisan, dijumpai Goa Songan, di sisi luar Pura Bale Agung Songan, “madu muka” dengan petirthan bucu mati, tepatnya “bucu mati kei Kumereka”, yang menjelaskan dengan sendirinya – self explanation – ketengetan, kepingitan dan kesucian kawasan sisi Timur Danau.
Dikatakan, “Tanah Datar” ring madyaning Danau, Pura Jati, Iinggha pakulan Ida Bhatari Dewi Danu, nyaris “berjejer kemiri” dengan Pura Kawitan semeton warga Kayu Selem.
Sementara itu, Pura Jati dalam “pusaran” Gunung Batur dan Gunung Abang, punya kesakralan tersendiri, yang terlalu pingit dieksplanasi oleh manusia “matah” yang masih punya keterikatan dengan dunia.
Dikatakan, masyarakat Bali agaknya suka mengada-ada, pencemaran Danau Batur yang disakralkan bersama-sama, pencemarannya nyaris tak tertahankan, boro-boro diambil langkah penyelamatan komprehensif strategis, tetapi malah “mengundang” wisata cruise yang membuat Danau Batur tercinta semakin tercemar.
“Apa khabar: Sat Kertha Loka Bali, program aksi dari rangkaian upakara Danu Kertih, Wana Kertih dan Bumi Sudha?” tanya I Gde Sudibya.
I Gde Sudibya juga mengajukan pertanyaan yang bernada mistik, apakah kita harus menunggu Ida Bhatara – Bhatari ring Pura Pancering Jagat Trunyan “ngelabuang guru piduka”, terhadap pola tingkah pencemaran Danau Batur yang tidak lagi tertahankan.
Jurnalis: Sutiawan