Gianyar, (Metrobali.com)
Untuk meringankan beban ekonomi yang ditanggung oleh masyarakat, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar meringankan biaya iuran air minum mandiri warganya. Hal ini disampaikan oleh Perbekel Desa Pejeng, Tjok Gede Agung Kusuma Yuda. P, Minggu (10/5/2020) pagi.
Dikatakan bahwa, pihak Desa memberikan peringanan kepada warganya yang melakukan sambungan terhadap air minum mandiri yanh dikelola oleh pihak desa. Pihak desa memberikan potongan tagihan biaya air minum mandiri sebesar Rp 50 ribu rupiah per sambungan, bagi warga yang memiliki tagihan air minum mandiri dibawah Rp 50 ribu maka akan digratiskan. Namun untuk warga yang memiliki tagihan diatas Rp 50 ribu maka akan mendapatkan potongan sebesar Rp 50 ribu dan warga tersebut cukup membayar sisa tagihan.
“Per warga kami yang berlangganan sambungan air minum mandiri, maka akan diberikan potongan tagihan sebesar Rp 50 ribu. Untuk warga atau00
0 pelanggan yang memiliki tagihan dibawah Rp 50 ribu maka kita akan gratiskan, namun untuk pelanggan yang memiliki tagihan diatas Rp 50 ribu maka akan diberikan potongan biaya tagihan sebesar Rp 50 ribu dan pelanggan hanya bayar sisa tagihan saja,” ujarnya.
Keringanan ini diberikan mulai dari bulan Mei 2020 ini sampai dengan bulan Juni 2020. “Keringanan ini kami berikan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2020 ini,” ucapnya.
Untuk pelanggan air minum mandiri di Desa Pejeng adalah sebanyak 1100 pelanggan, “Untuk di Desa Pejeng terdapat 1100 pelanggan rumahan yang berlangganan air minum mandiri ini,” katanya.
Dikatakan oleh Tjok Gede Agung Kusuma Yuda. P, bahwa air minum mandiri di Desa Pejeng ini bersumber dari 7 buah sumur bor yang dibuat dan dikelola oleh BUMDesa Adat Jero Kuta Pejeng. Kemudian, air dari sumur bor ini ditempung dan kemudian disalurkan ke masing-masing pelanggan dengan menggunakan pipa 3 dim dibawah tanah, “Kami ada 7 buah sumur bor, ini dikelola oleh BUMDes Adat Jero Kuta Pejeng,” ujarnya.
Air minum mandiri yang sudah berjalan selama 5 tahun ini dikatakan sangat disambut baik oleh masyarakat, hak ini dikatakan karena biaya iuran atau beban yang ditanggung oleh warga cukup murah daripada berlangganan di PDAM, “Mereka lebih memilih menggunakan air minum mandiri ini karena tarifnya lebih murah, dibandingkan dengan berlangganan di PDAM,” ucapnya.
Dilanjutkan Perbekel, bahwa rata-rata biaya iuran yang dikenakan kepada pelanggan air minum mandiri ini adalah sebesar Rp 80 ribu sampai dengan Rp 120 ribu perbulan. Walaupun lebih murah, namun jarang ditemukan warga atau pelanggan yang komplain mengenai air yang kecil atau mati. “Mereka jarang komplain masalah air yang mati, ini kan karena air minum mandiri sambungannya cakupannya kecil hanya sebatas Desa kami. Maka pemeliharaannya lebih mudah dan bila ada masalah cepat untuk diperbaiki,” katanya.
Untuk meringankan biaya iuran ini, pihak Desa melalui BUMDes Adat kehilangan potensi pendapatan sebesar Rp 65 juta sampai dengan Rp 70 juta untuk bulan Mei 2020 ini. Namun hal ini tidak terlalu dipermasalahkan karena tujuan dari air minum mandiri ini adalah untuk meringankan biaya air masyarakat. “Potensi kehilangan pendapatan pasti ada, yakni sebesar Rp 65 juta sampai dengan Rp 70 juta. Namun itu tidak terlalu masalah,” pungkasnya.
Pihak Desa Pejeng dikatakan masih memiliki pendanaan cadangan untuk menanggung biaya peringanan air minum mandiri untuk pelanggan di 6 Banjar setempat. (Ctr)