Nusa Dua (Metrobali.com)-

Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK) pagi tadi menggelar pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Turki, Recep Tayyip Erdogan. Selain berbicara mengenai kondisi di Rohingya, Myanmar, keduanya juga membahas investasi di kedua Negara.
Usai pertemuan, JK memaparkan jika hubungan Indonesia dan Turki perlu untuk terus ditingkatkan dalam sector investasi. Menurut dia, ada banyak sector bisnis yang bisa dijalin kedua Negara. “Teknologi dan industri cukup banyak seperti bidang energi, konstruksi, perumahan dan lainnya,” papar JK di sela kegiatan Bali Democracy Forum (BDF) ke-V, Nusa Dua, Bali, Jumat 9 November 2012.

Turki, sambung JK, merupakan pasar potensial yang cukup baik. Menurut dia, Indonesia bisa menembus pasar Eropa melalui Turki. “Sebab banyak perusahaan Turki yang memiliki pengalaman baik dengan Eropa, itu bagus,” imbuh JK.

JK menjelaskan, Perdana Menteri Turki sendiri menyambut baik rencana peningkatan kerja sama kedua Negara. “Tadi Perdana Menteri Tukri menyampaikan bahwa banyak industri dan teknologi di negaranya cukup bagus,” sebut JK.

Apalagi, kata JK, Turki menganggap selama ini hubungannya dengan Indonesia begitu baik karena merupakan anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI).

“Hubungan yang baik selama ini bisa ditingkatkan seperti dalam bentuk join atau kerjasama bisnis antar kedua negara,” sebut JK.

Soal peluang bisnis, JK menyebut banyak peluang investasi yang bisa dikembangkan. “Kita juga bisa menjual banyak barang ke Turki,” katanya.

Indonesia sendiri, menurut JK, memiliki potensi dan peluang bisnis yang cukup banyak dan. Saat ini, pengusaha kedua negara sudah menjalin kontak dan kerja sama bisnis. “Di Makassar perusahaan saya, Water Park, sudah melakukan kerja sama dengan perusahaan Turki. Untuk semua techninal, enginer, mesin didatangkan dari Turki,” jelas JK.

Sementara itu Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Badung, Made Mangku Ariawan menyatakan menyambut positif jalinan investasi kedua negara. “Kami, Kadin, mendapat kesempatan untuk mejalin peluang yang lebih baik. Tetapi kami menawarkan hal yang lebih konkret dari kerja sama itu untuk Bali seperti membangun Monorail Train (MRT),” katanya.

Kendati begitu, ia juga menyoroti pertemuan Bali Democracy Forum (BDF) V di Nusa Dua. Perhelatan internasional itu dianggap belum mengoptimalkan peran pengusaha lokal. “Ke depan semestinya pertemuan itu pelaku dengan pelaku (usaha) bukan pejabat dengan pejabat. Tetapi pertemuan ini sudah ada kemajuan,” imbuh Mangku.

“Pengusaha Bali perlu dilibatkan menjadi Co-Host dalam hajatan internasional. Ini tantangan dan peluang. Ke depan bisa lebih komprehensif,” imbuh Mangku. BOB-MB