“Resah, Rusuh, Revolusi”, Tantangan Kesejarahan Bangsa Ini
Ilustrasi
Denpasar, (Metrobali.com)
Menyimak orasi budayawan Eros Djarot, yang mengulas kompleks dan tumpang tindihnya kehidupan berbangsa dewasa ini, budayawan ini mengungkapkan harus ada keberanian bagi anak-anak bangsa untuk berpikir dan bertindak secara “out of the box”, karena lembaga formal negara yang ada tidak lagi bisa dipercaya.
Dalam kondisi ini, diperlukan konsolidasi gerakan masyarakat sipil, dalam berjuang merubah keadaan, yang ditandai oleh keresahan, bisa memicu kerusuhan, punya potensi melahirkan Revolusi.
Terhadap pendapat seniman pengarang lagu “Badai Pasti Berlalu”, I Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi, anggota Badan Pekerja MPR RI 1999 – 2004, memberikan sejumlah catatan atas kondisi real bangsa Indonesia menjelang Pilkada serentak 27 November 2024 besok.
Dikatakan, keresahan, sudah sangat meluas, angka pemutusan hubungan kerja sangat tinggi. Sudah ada puluhan ribu tenaga kerja, yang dirumahkan, di industri tekstil, dan sejumlah industri padat karya.
Dalam kasus PT.Sritex, yang dinyatakan pailit oleh pengadilan, ada potensi pemutusan hubungan kerja 50 ribu orang. Daya beli masyarakat terus menurun, tidak kurang dari Direktur Mikro sebuah BUMN perbankan menyatakan, di banyak daerah ditemukan, omzet penjualan umkm, menurun pada putaran 40 %- 60 %.
“Deflasi selama 5 bulan berturut-turut, menggambarkan merosotnya daya beli rakyat. Kabinet Merah Putih, dengan ukuran “jumbo”, 46 kementrian dan lembaga, 109 menteri dan Wakil menteri, tidak mampu mendongkrak harapan publik akan perbaikan kehidupan dalam 1 – 2 tahun ke depan,” katanya.
Dikatakan, ketidak-mampuan pemerintah dalam mengelola keresahan sosial di atas, punya potensi mencapai titik kulminasi terjadinya kerusuhan sosial di akar rumput.
“Kondisi bangsa yang resah dan rusuh ini, Secara ekonomi politik, psikologi sosial politik, bisa menjadi lahan subur dari berseminya Revolusi,” katanya.
Merujuk pendapat Soetan Sjahrir, demokrat humanis, Perdana Menteri Pertama negeri ini, Revolusi mempersyaratkan keresahan sosial yang akut, yang tidak lagi tertahankan oleh rakyat, dan adanya tokoh pemersatu dengan basis massa yang riil. Revolusi bisa saja terjadi dalam pandangan the founding fathers Soetan Sjahrir.
“Momentum bagi bangsa ini untuk melakukan pilihan, sambil menunggu kinerja Presiden Prabowo untuk menunaikan janji-janji sosialisme dalam masa kampanyenya, dan pidato awal masa kepemimpinannya,” kata I Gde Sudibya, ekonom,pengamat ekonomi, anggota Badan Pekerja MPR RI 1999 – 2004. (Sutiawan).