Jro Gde Sudibya, intelektual Bali

Senin, 30 Desember 2024 raina Tilem Kenem, bertepatan dengan menjelang tutup tahun 2024.Tilem Kenem, bagi masyarakat Desa Pakraman Tajun dan juga masyarakat desa-desa lainnya yang tetap pageh menjaga tradisi, berlangsung upakara “mapahayu gumi”, nunas kerahayuan gumi, yang direlasikan dengan warisan kepemimpinan Ida Dalem Cri Masula – Masuli. Tradisi yang lebih awal dari dari Tradisi kepemimpinan Cri Aji Jayapangus, yang merupakan puncak peradaban Bali Permulaan.
Ida Dalem Cri Masula- Masuli, sebagai Ida Bhatara-Bhatari “distanakan” ring Pura Cri Dalem Solo, Tanah Bang, Desa Pakraman Tajun, dan ring Kaja Kangin Pura Pucak Tegeh Penulisan. Peninggalan sang raja secara fisik fenomenal di masa lalu, tempat meditasi sang raja, berdekatan dengan sebuah penjara besar untuk menghukum mereka yang melanggar aturan.
Tafsir kontekstual kepemimpinan Ida Dalem Cri Masula-Maduli, dalam konteks ke kinian, pertama, kepemimpinan berbasis spiritualitas, baca belajar dari kemurnian alam, sebagai “batu penjuru” kepemimpinan, sehingga kepemimpinan yang sangat menghargai alam, dan menjaga hukum keseimbangan hukum alam itu sendiri. Dalam terminologi sekarang, MESTAKUNG, semesta mendukung, menjadi ciri dasar kepemimpinan Sang Raja. Kedua, rumah penjara sebagai ukuran “sukses” kepemimpinan, memberikan bukti, kepemimpinan yang tidak toleran terhadap pelanggaran hukum untuk menjamin tertib sosial di masyarakat. Ketiga, tradisi ketat yang diwariskan Sang Raja, berlangsung dalam kurun waktu yang panjang, menggambarkan kesetiaan rakyat terhadap warisan Sang Raja. Hanya saja, ada warisannya yang disalah mengertikan oleh masyarakat, sehingga pesan maknanya diterima masyarakat menjadi rada “nyaplir”.
Kepemimpinan berbasis spiritualitas, respek pada alam, tidak ada kompromi dalam penegakan aturan hukum, sampai hari ini, tetap relevan.

Jro Gde Sudibya, intelektual Bali, pembelajar sejarah kepemimpinan Bali, pengamat kecenderungan masa depan.