Renungan Purnama Kelima, Kearifan Kepemimpinan Bali dalam Tafsir Kontemporer
Denpasar (Metrobali.com)-
Sabtu, 16 November 2024, raina Purnana Kelima, Icaka 1946. Di menjelang pencoblosan Pilkada Serrntak 27 Novrmber 2024, sebelas hari lagi, timbul pertanyaan kualitas kepemimpinan yang bagaimana yang diperlukan dalam perspetif penyelamatan Bali dan masa depannya. Penyelamatan Alam, Manusia dan Kebudayaannya.Alam, keseimbangan alam terjaga, tidak “dianiaya” dan diperlakukan semena-mena. Manusia, sistem nilainya terjaga, tidak tergerus hak-hak: ekonomi, politik dan sosial kultural. Kebudayaan, tidak semakin “diracuni” oleh: kapitalisme, materialisma dan atheis praktis (secara teori percaya pada Tuhan, dalam praktik Tuhan dianggap tidak ada, sehingga ajaran agama tidak saja dinafikan, tetapi diingkari).
Rentang sejarah kepemimpinan Bali yang panjang, dari insan-insan manusia yang melampaui zamannya, memberikan sumbangan pada peradaban Bali, dan menjadi “batu penjuru” bagi masyarakat dalam berbuat, memaknai kehidupan dan menatap masa depan.
Menyebut beberapa raja Bali ternama, yang mengukir sejarah Bali, teladan bagi warganya: Cri Kesari Warmadewa, Cri Aji Jayapangus, Udayana – Mahendradata, Ida Dalem Waturenggong, yang berkontribusi besar dalam: menjaga dan merawat alam Bali dan kesuciannya, meletakkan dasar dan memperkaya sistem keyakinan kehidupan, sistem kebudayaan, memperbaiki kesejahteraan rakyat, keteladan tentang kejujuran, keberpihakan kepada yang papa. Para pemimpin Bali ini telah lama tiada, tetapi spiritnya bergema sampai kini, menjadi batu penjuru, “sesuduk kayun”, “titi pengancang”, rujukan etika, “sesana”,”dharma kriya” dalam berperilaku bagi masyarakat Bali yang punya kesadaran sejarah. Dalam bahasa sekarang, pemimpin yang melampaui zamannya -beyond the age-.
Dalam tafsir kontemporer “great leaders”, watak, karakter, visi, misi, ketrampilan memimpin Sang Raja, bercirikan, pertama, Etikabilitas, mumpuni secara etis: integritas, dedikasi, komintment menjalankan “swadharma” kepemimpinan. Kedua, Enviromentalitas, respek, bersahabat dan mencintai lingkungan. Para raja ini adalah “sang juara” dalam “nindihin gumi Bali”.Ketiga, Kapabilitas, kemampuan dalam memimpin. Bisa disimak sejarah kepemimpinan Sang Raja. Keempat,Intelektualitas, kapasitas intelektual dalam kepemimpinan. Bisa disimak Prasasti Besakih yang memuat “pewarah-warah” Raja Cri Kesari Warmadewa. Kemampuan Cri Aji Jayapangus, bisa disimak “way of life” masyarakat Bali “pengampu” Tradisi Bali Mula dewasa ini, karya berkesenian krama Tejakula yang “cerdas” dan menggugah, pengetahuan astronomi sang raja yang masih tersimpan di Universitas Leiden Belanda.
Karya dan kinerja Mpu Kuturan dalam keyakinan Tri Murthi dengan Desa Pakraman, merupakan bukti kecerdasan dari Raja Udayana – Mahendradata. Kisah sukses kepemimpinan Ida Dalem Waturenggong dengan Bhagavanta Dang Hyang Dwidjedra di era kejayaan Gelgel telah diketahui secara lebih luas. Kelima, Elektabilitas, dicintai rakyatnya, realitas yang tidak terbantahkan dalam perjalanan sejarah kepemimpinannya.
Jro Gde Sudibya, intelektual Hindu, penulis buku Agama Hindu dan Kebudayaan Bali.