Foto: Pemerhati kebijakan publik dan advokat kawakan Togar Situmorang S.H.,M.H.,M.AP.

Denpasar (Metrobali.com)-

Rencana Gubernur Bali terpilih I Wayan Koster untuk memindahkan Taman Budaya atau Art Center Denpasar ke tempat lain menuai penolakan berbagai kalangan. Salah satunya penolakan dan kritikan tajam datang dari pemerhati kebijakan publik yang juga Ketua Tim Advokasi Hukum pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra dan I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) dalam Pilgub Bali 2018  Togar SitumorangS.H.,M.H.,M.AP., yang juga advokat kawakan itu

“Sabar dulu, kan baru mau berkuasa dan belum juga dilantik (Koster-red). Realisasikan dulu janji kampanye dan sejahterakan rakyat. Jangan Art Center dipindahkan,” kata Togar saat ditemui di Denpasar, Minggu (29/7/2018).

Menurut “panglima hukum” Mantra-Kerta yang dikenal vokal ini, rencana Koster tersebut terkesan terlalu dipaksakan, terlalu dini dilempar ke publik serta terkesan mengada-ada. Sebab pemindahan Art Center ini dinilai tidak urgent atau tidak menjadi kebutuhan yang mendesak bagi Bali.

“Tidak ada urgensinya memindahkan Art Center, jangan dipaksakan. Apalagi selama ini pelaksanaan PKB (Pesta Kesenian Bali) lancar-lancar saja, tidak ada masalah,” imbuh Togar yang merupakan lulusan Magister Administrasi Publik Undiknas Denpasar itu.

Saat ini yang dibutuhkan masyarakat Bali yang telah mempercayakan tampuk kepemimpinan Bali lima tahun ke depan untuk Koster dan Cok Ace adalah peningkatan kesejahteraan. Yang jadi prioritas juga adalah bagaimana memenuhi janji-janji kampanye yang dilontarkan Koster-Ace dalam Pilgub 2018 lalu khususnya program prioritas di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, maupun ekonomi. Terlebih pemindahan Art Center bukan menjadi salah satu program prioritas dan bahkan tidak masuk dalam visi misi Koster-Ace.

“Mestinya ada banyak hal lain yang jadi prioritas. Harusnya dalam 100 hari kepemimpinan Koster agar  menjalankan visi misi program yang dilontarkan saat kampanye. Jangan kemana mana dulu seperti memindahkan Art Center,” tegas Togar yang kini maju sebagai caleg DPRD Bali dapil Denpasar dari Partai Golkar.

Ia menilai rencana pemindahan Art Center ini juga kental nuansa dan kepentingan politik. Bahkan diduga ada upaya untuk “menghabisi” jejak sejarah dan peninggalan nama besar Prof Ida Bagus Mantra (almarhum) yang merupakan ayah Calon Gubernur Ida Bagus Rai Mantra yang dikalahkan Koster saat Pilgub lalu.

“Ada dugaan ini (pemindahan Art Center) sebagai bentuk aroma dendam politik Pilgub dan memutuskan sejarah dan historis keluarga Rai Mantra. Sebab kita tahu Art center didirikan Prof Mantra, ayah Rai Mantra,” ujar Togar.

Di sisi lain rencana Kostermemindahkan Art Center ketika belum juga resmi dilantik dan belum menunjukkan kinerja apa-apa dinilai sebagai bentuk arogansi dan kepemimpinan yang otoriter serta tidak berbasis pada kebutuhan dan aspirasi rakyat. “Ini sudah mulai kelihatan otoriter dan ada doktrin baru serta ingin menujukkandiri sebagai penguasa bukan pemimpin. Lalu masyarakat dipaksa harus ikut apa kata penguasa,” imbuh Togar.

Jika motivasinya adalah ingin memberi ruang berkreasi dan berkesenian bagi para seniman maupun generasi muda serta membangun pusat peradaban kebudayaan Bali, Togar menilai lebih tepat jika Koster membangun Art Center di seluruh Bali serta memerhatikan nasib para seniman. “Lebih bagus bangun Art Center seluruh Bali seperti program Mantra-Kerta. Kalau begini jelas kelihatan kualitas pemimpin kita,” tandas Togar yang kini tengah menyelesaikan disertasi Program Doktor (S-3) Ilmu Hukum di Universitas Udayana itu.

Seperti dilansir dari BaliPost.com, salah satu program prioritas jangka pendek dari gubernur dan wakil gubernur terpilih adalah membangun Pusat Kebudayaan Bali dalam satu kawasan meliputi panggung terbuka, gedung teater, museum tematik, dan Bali International ConventionCenter.Saat rencana ini terwujud, maka aktivitas di Art Center yang ada sekarang akan dipindah ke Pusat Kebudayaan Bali itu.

Gubernur terpilih, Wayan Koster mengaku masih meninjau beberapa lokasi yang akan digunakan untuk membangun Pusat Kebudayaan Bali. Antaralain di Padanggalak, Kertalangu,danTohpati. “Kami tinjau mana yang paling memungkinkan, pertama dari segi luas lahan, kedua dari lingkungannya. Misalnya di Padanggalak, disitu kan ada laut, gelombang besar, apa tidak berisik dan membuat pentas terganggu. Apa ada teknologi yang bisa mengatasi supaya tidak berisik. Teknis sifatnya,” ujarnya.

Mengenai Taman Budaya atau Art Center di Jl. Nusa Indah, Denpasar, lanjut Koster, sedang dipikirkan apakah akan tetap dikelola oleh pemerintah provinsi atau akan diberikan kepada ISI Denpasar sebagai laboratorium seni budaya dengan sistem hak guna pakai. “Saya kira ISI mesti punya fasilitas memadai untuk mendukung fungsi pembelajarannya,” imbuhnya.

Pewarta : Widana Daud

Editor    : Whraspati Radha