Rem Truk Blong, Tabrakan Beruntun di Jalan Neraka
Tabanan (Metrobali.com)-
Polisi menduga rem truk pengangkut barang kelontong dari Surabaya tujuan Denpasar tidak berfungsi sebelum terjun ke jurang di Desa Megati, Kabupaten Tabanan, Bali, Rabu (11/12).
“Karena rem tidak berfungsi, maka laju kendaraan tidak terkendali,” kata Wakil Kepala Kepolisian Resor Tabanan Komisaris Dewa Made Adnyana.
Sopir truk nahas nomor polisi L-8255-UZ, Agustinus (42), warga Surabaya, mengalami luka parah pagi bagian kaki dan kepalanya sehingga harus mendapat perawatan intensif di RSUD Tabanan.
Polisi dibantu warga desa setempat dan pengguna jalan sempat bersusah payah mengevakuasi korban yang tergencet bagian depan truk.
Peristiwa itu bermula saat truk yang dikemudikan Agustinus melaju dari arah Pelabuhan Gilimanuk tujuan Denpasar. Namun saat melintasi turunan di Desa Megati, Kecamatan Selemadeg Barat, kecepatan truk tidak bisa dikurangi akibat rem blong.
Truk itu menabrak beberapa kendaraan yang ada di depannya. Mobil Toyota Avanza nopol DK-1493-FD yang melaju dari arah Denpasar juga terserempat.
“Mungkin takut korbannya makin banyak, sopir truk berinisiatif membanting setir dan akhirnya terjun ke jurang,” kata Wakapolres.
Akibat kejadian itu pula jalur utama Denpasar-Gilimanuk macet selama beberapa jam.
Hampir setiap hari kecelakaan terjadi di ruas jalan utama itu terutama di sepanjang Bajra-Selemadeg yang medan jalannya menanjak dan berliku. AN-MB
1 Komentar
Kejadian berulang kali terjadi , harusnya Polres Jembrana sebagai garda terdepan bisa lebih antisipatif bekerjasama dengan kabupaten Tabanan. Cek Fisik kendaraan, berat tonase, tinggi muatan, keausan ban, dll. Sekarang ini kan passing trhrough saja tanpa ada upaya preventif. Celaka tak seorangpun mengharapkan, tapi pencegahan dan minimalisasi kecelakaan bisa dilakukan. Tinggal will dari pemegang wewenang ada atau tidak. Pembuatan jalan baru mungkin sedikit membantu, tapi tidak untuk jangka panjang. Penegakan disiplin di jalan raya tetap adalah kunci utamanya. Jalur tsb harus dijadikan jalur tertib lantas yang paling seram, hingga tak seorangpun berani melanggarnya, itu yang pas. Alternatif lain, buat jalur kereta api barang barangkali. Sekali lagi masalahnya kemauan untuk lebih baik.