Foto: Relawan Perempuan Pro Perubahan Pendukung Mulia-PAS dan I Gusti Agung Dewi Adnyani, istri calon Gubernur Bali Made Muliawan Arya alias De Gadjah berfoto bersama Nyonya Ayu Pastika, istri mantan Gubernur Bali dua periode Made Mangku Pastika.

Denpasar (Metrobali.com)-

Relawan Perempuan Pro Perubahan yang merupakan relawan pendukung Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali Made Muliawan Arya-Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS) dari kalangan perempuan terus bergerak menggali masukan dari tokoh-tokoh perempuan di Bali. Kali ini mereka menemui Nyonya Ayu Pastika, istri mantan Gubernur Bali dua periode Made Mangku Pastika.

Pertemuan penuh kekeluargaan diisi diskusi hangat berlangsung di salah satu rumah makan di Denpasar pada Rabu 16 Oktober 2024. Turut hadir I Gusti Agung Dewi Adnyani, istri calon Gubernur Bali Made Muliawan Arya alias De Gadjah.

Selama Mangku Pastika menjabat Gubernur Bali periode 2008-2013 dan 2013-2018, Nyonya Ayu Pastika menjalankan peran dengan sangat baik sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali dan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali. Tidak hanya sebagai istri Gubernur Bali, lebih dari itu Ayu Pastika memainkan peran sebagai ibunya masyarakat Bali yang penuh kasih sayang dan kepedulian, dengan spirit kesetaraan berbaur bersama masyarakat Bali.

Sosok perempuan murah senyum ini hadir di tengah-tengah masyarakat dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati, menjalankan program membantu masyarakat sesuai peran dan tupoksinya, tanpa pernah ikut cawe-cawe dalam berbagai kebijakan Gubernur Bali, apalagi mengangkangi Gubernur Bali.

Melihat begitu besar peran dan dukungan seorang Nyonya Ayu Pastika dalam memberikan dorongan dan dukungan atas kesuksesan Mangku Pastika sebagai Gubernur Bali, Relawan Perempuan Pro Perubahan Pendukung Mulia-PAS merasa masukan dan saran dari sosok perempuan hebat itu sangat patut didengar untuk ibarat menjadi pelita dan bintang pemandu dalam perjalanan Mulia-PAS jika terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Bali khususnya bagi istri De Gadjah yakni Dewi Adnyani yang kelak tentu akan menjalankan peran sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali dan Ketua Dekranasda Provinsi Bali.

Melalui pertemuan hangat penuh kekeluargaan ini, Nyonya Ayu Pastika berbagi pengalamannya sebagai istri Gubernur Bali dua periode dan juga memberikan sejumlah pesan penting untuk Dewi Adnyani jika kelak menjalankan peran yang sama seperti dirinya. Pesan-pesan bijaksana dan tips praktis yang diberikan Nyonya Ayu Pastika ibarat menjadi “tutorial untuk menjadi istri Gubernur Bali” yang disimak dan diresapi dengan penuh kesungguhan oleh Dewi Adnyani yang tengah melangkah di jalan terang perjuangan menuju gerbang kemenangan sebagai istri Gubernur Bali.

Ketua Relawan Perempuan Pro Perubahan Pendukung Mulia-PAS Dewa Ayu Putu Sri Wigunawati mengungkapkan, pertemuan dengan Nyonya Ayu Pastika ini merupakan pertemuan ketiga dengan tokoh perempuan di Bali. Sebelumnya, mereka telah bertemu dengan Prof. LK Suryani dan Prof. Luh Kartini yang bergerak di bidang pertanian.

Ia menjelaskan bahwa banyak hal yang bisa dipelajari dari pengalaman Nyonya Ayu Pastika, baik dalam perannya sebagai Ketua Tim Penggerak PKK, Ketua Dekranasda, maupun Ketua Umum Badan Koordinator Kegiatan Kesejahtraan Sosial (BK3S) Provinsi Bali. “Jadi banyak hal yang bisa kita gali dari pengalaman beliau yang tentu akan menjadi masukan berharga bagi Mulia-PAS,” ujar Sri Wigunawati.

Tokoh perempuan Bali yang juga seorang advokat itu menekankan pentingnya menjalin silaturahmi dengan tokoh-tokoh perempuan di Bali untuk memperkaya perspektif dan mengadopsi praktik-praktik baik yang dapat diteruskan di masa depan, dengan harapan besar bahwa Paslon Mulia-PAS akan terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Bali.

“Dan ini perlu kita lakukan karena kita perempuan ini harus tetap bersilaturahmi kepada tokoh-tokoh perempuan yang ada di Bali, karena dari pengalaman-pengalaman beliau lah akan bisa kita yang baik kita akan lanjutkan, kemudian yang baik akan kita tiru. Dan ini akan memperkaya lagi terhadap Astungkara, Mulia-PAS akan menjadi Gubernur Bali. Ini sudah kita bisa melihat apa yang akan kedepan bisa kita kerjakan,” ungkapnya.

Sri Wigunawati juga menambahkan bahwa pertemuan ini memberikan banyak bekal penting bagi Paslon Mulia-PAS. Menurutnya, Mulia-PAS selalu meminta saran dan petunjuk dari berbagai tokoh masyarakat di Bali, termasuk tokoh-tokoh perempuan. Pengetahuan yang didapatkan dari pertemuan ini diharapkan akan membantu I Gusti Agung Dewi Adnyani, istri calon gubernur Made Mulyawan Arya alias De Gadjah, dalam menjalankan tugasnya kelak sebagai Ketua Tim Penggerak PKK, Ketua Dekranasda, dan peran-peran lain yang secara ex officio diemban oleh istri seorang gubernur.

Sri Wigunawati menilai pertemuan tersebut sangat bermanfaat dan luar biasa. “Dan ini merupakan bekal yang luar biasa, sekali lagi bahwa Mulia-PAS ini tetap meminta saran, petunjuk dari tokoh-tokoh, tidak hanya terlepas dari perempuan, tapi juga semua tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Bali,” ujarnya.

Politisi perempuan yang juga Srikandi Golkar Bali itu juga menyampaikan harapannya agar pertemuan ini tidak hanya dilakukan sekali saja, melainkan agar Nyonya Ayu Pastika terus memberikan arahan di masa depan, terutama jika Mulia-PAS terpilih sebagai Gubernur Bali.

Menurutnya, penting bagi pemimpin masa depan untuk melibatkan para tokoh dan sesepuh di Bali, mengingat pengalaman mereka yang mendalam dalam pemerintahan. Ia menekankan bahwa kebijaksanaan dari pengalaman para tokoh ini sangat berharga sebagai bekal untuk memimpin Bali dengan baik, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan dalam pemerintahan.

“Jangan merasa bahwa kita ini sudah pintar dari pengalaman, tetapi justru pengalaman-pengalaman beliau yang dulu, bagaimana sepak terjang, bagaimana sulitnya berhadapan dan melakukan kebijakan-kebijakan di dalam pemerintahan ini, perlu juga kita gali untuk bekal nantinya memimpin Provinsi Bali ini dengan baik,” bebernya.

Sri Wigunawati mengungkapkan, dalam pertemuan tersebut, pesan utama yang disampaikan oleh Nyonya Ayu Pastika adalah pentingnya menjalankan tugas sesuai dengan fungsi pokok dan porsinya. Bahasa sederhananya “de nyemak gae lebih” atau jangan mengambil pekerjaan lebih di luar tupoksi. Jangan juga sampai mengangkangi gubernur atau seolah-olah bersikap dan bertindak melebihi dan melangkahi gubernur. Jangan sampai ada kesan istri gubernur malah menjadi gubernur bayangan yang mengatur-ngatur gubernur yang sebenarnya.

Ia menekankan agar Ketua Tim Penggerak PKK fokus pada tugas pembinaan yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa mencampuri urusan yang menjadi kewenangan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Menurutnya, tugas administrasi keuangan dan hal-hal lain yang menjadi tanggung jawab OPD tidak perlu diatur oleh PKK. Selain itu juga disarankan agar tatanan yang sudah ada dipertahankan, serta organisasi seperti WHDI yang linier dengan pusat dapat dirangkul, dibina, dan dioptimalkan untuk membantu pemerintah dalam melakukan pembinaan.

“Kemudian kembalikan lagi tatanan-tatanan yang sudah ada. Kalau memang sudah ada organisasi yang memang linier dengan pusat apakah itu WHDI, itu perlu dirangkul lagi, dibina lagi, kemudian dioptimalkan lagi sehingga bisa melakukan pembinaan, membantu dari pemerintahannya,” terangnya lagi.

Tokoh perempuan asal Jembrana itu juga menegaskan bahwa sebagai istri seorang gubernur, menjalankan tugas sesuai dengan fungsi pokok (tupoksi) sudah cukup menantang. Ia menyarankan agar tidak mengambil pekerjaan di luar tanggung jawab yang sudah ditetapkan, karena tugas-tugas yang ada sudah banyak dan jelas. Menurutnya, tugas Tim Penggerak PKK, yang sudah selaras dengan kebijakan pusat, sangat penting dan beragam. Misalnya, mengaktifkan kembali posyandu serta memaksimalkan kegiatan advokasi untuk lansia dan balita, yang memerlukan perhatian penuh.

“Tim penggerak PKK ini kan sudah linier. Dan tugasnya sangat banyak, misalnya posyandu dihidupkan lagi, kemudian kegiatan-kegiatan advokasi terhadap lansia, balita itu dihidupkan lagi, dilakukan dengan maksimal lagi. Jadi jalankan sesuai peran saja, jangan mengambil pekerjaan lebih,” pungkasnya.

Sementara itu I Gusti Agung Dewi Adnyani, istri calon Gubernur Bali Made Muliawan Arya alias De Gadjah mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kesempatan bertemu dengan Nyonya Ayu Pastika. Ia mengungkapkan bahwa banyak saran yang diberikan kepadanya sebagai calon istri gubernur. Menurutnya, tugas-tugas yang akan diemban seorang istri gubernur, sesuai dengan fungsi pokok yang telah ditetapkan, sudah sangat menyibukkan dan melelahkan. Oleh karena itu, ia menekankan bahwa tidak perlu mengambil peran di luar jalur yang telah ditetapkan bagi istri seorang gubernur.

“Jadi banyak saran-saran beliau yang diberikan kepada saya selaku calon ibu gubernur. Jadi dimana saya harus mengambil tupoksi-tupoksi yang bisa dilakukan oleh seorang istri gubernur. Itu saja sudah cukup melelahkan dan sangat sibuk. Jadi tidak perlu mengambil tupoksi di luar jalur sebagai ibu gubernur,” kata Dewi Adnyani.

Terkait dengan sosok Nyonya Ayu Pastika, Adnyani menyatakan kekagumannya atas kerendahan hati dan sikap ramah yang ditunjukkan Nyonya Ayu Pastika. Menurutnya, Nyonya Ayu Pastika tidak membedakan antara masyarakat dari berbagai kalangan, baik dari kelas atas maupun bawah, dan selalu merangkul semua lapisan masyarakat Bali.

Ia juga mengagumi bagaimana Nyonya Ayu Pastika memberikan dorongan semangat kepada UMKM, lansia, serta kelompok-kelompok masyarakat lain melalui berbagai kegiatan sosial. Dewi Adnyani menyampaikan bahwa dirinya perlu banyak belajar dan mendapatkan bimbingan dari Nyonya Ayu Pastika, terutama jika pasangan Mulia-PAS terpilih menjadi Bali Satu.

“Jadi mereka merangkul semua masyarakat Bali khususnya untuk memberikan semangat kepada UMKM-UMKM, terutama lansia, Benda Rumah, dan lain-lainnya untuk kegiatan sosial, jadi saya perlu belajar, perlu bimbingan untuk kedepannya, Astungkara Mulia-PAS terpilih menjadi Bali Satu,” ujarnya sambil terus menebar senyum yang memberikan vibrasi aura positif, kedamaian dan kesejukan sebagai istri calon orang nomor satu di Pulau Dewata Bali. (ww)