Foto: Rektor Dwijendra University Dr.Ir. Gede Sedana,M.Sc.,M.M.A.

Denpasar (Metrobali.com)-

Di negara berkembang, sektor pertanian masih sangat penting untuk mendukung dan mempercepat pembangunan ekonomi. Sebagian besar kegiatan pertanian berada di pedesaan, sehingga sering diidentikkan bahwa pembangunan pedesaan juga merupakan pembangunan pertanian dengan beberapa persoalan yang serupa.

Membangun pedesaan yang tangguh di era dan pasca pandemi Covid-19 juga dapat dimulai dengan konsep “Membangun Desa Berbasis Pertanian” dan upaya ini perlu dilakukan secara sinergi dan kolaborasi multi stakeholder.

Hal ini disampaikan Rektor Dwijendra University Dr.Ir. Gede Sedana,M.Sc.,M.M.A., dalam Webinar Nasional bertema “Membangun Pedesaan yang Tangguh di Era dan Pasca Pandemi Covid-19”  yang diselenggarakan Dwijendra University, Senin (5/7/2021).

Webinar menghadirkan narasumber Bupati Pamekasan H. Baddrut Tamam, S.Psi; Dekan Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati Dr. Achmad Faqih, S.P., M.M.; Rektor Universitas Dhyana Pura Dr.I Gusti Bagus Rai Utama,S.E.,M.M.A.,MA; Rektor Dwijendra University Dr.Ir. Gede Sedana,M.Sc.,M.M.A., dengan moderator : Drs. I Made Sila,M.Pd. (Wakil Rektor 2 Dwijendra University).

Dwijendra University juga menjalin kerjasama dalam hal pelaksanaan Merdeka Belajar Kampus Merdeka dengan sejumlah universitas yakni Universitas Dhyana Pura, Universitas Swadaya Gunung Jati, Universitas Bali Dwipa, Universitas Mahendradatta.

Rencananya MoU ditandangani serangkaian webinar nasional ini namun karena situasi PPKM Darurat maka penandatanganan MoU secara offline (tatap muka) ditunda pelaksanaannya.

Rektor Dwijendra University Dr.Ir. Gede Sedana,M.Sc.,M.M.A., menyampaikan sektor pertanian sangat dibutuhkan dalam perekonomian termasuk mengakselerasi pembangunan di pedesaan.

Sumber daya alam dan sumber daya manusia di pedesaan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan melalui sektor pertanian. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya alam dan manusia merupakan kunci keberhasilan dalam mewujudkan tujuan pembangunan pertanian dan pedesaan.

“Kegiatan pertanian masih sangat banyak kita temukan di pedesaan sehingga diistilahkan pembangunan pertanian adalah pembangunan pedesaan begitu pula sebaliknya pembangunan pedesaan diidentikkan dengan pembangunan pertanian. Ini karena isu-isu pertanian dan pedesaan banyak kemiripannya,” kata Sedana.

Dipaparkan isu-isu pertanian meliputi kemiskinan, produktivitas rendah, rendahnya kualitas SDM, terbatasnya teknologi pertanian, terbatasnya modal usaha tani, terbatasnya infrastruktur pertanian, keterbatasan akses informasi, lemahnya akses pasar dan posisi tawar, serangan hama dan penyakit, alih fungsi lahan, pajak tanah yang tinggi, terbatasnya investasi pertanian.

Sedangkan isu perdesaan adalah kemiskinan, pengangguran, ketimpangan pendapatan, keterbatasan akses informasi, komunikasi dan teknologi, keterbatasan akses infrastruktur, rendahnya kapasitas penduduk, terbatasnya investasi.

Berkenaan dengan tujuan SGD, pembangunan perdesaan berkelanjutan harus diberikan perhatian untuk mewujudkan pengentasan kemiskinan, penyediaan pangan guna atasi kelaparan, peningkatan kualitas hidup, pertanian berkelanjutan, ketahanan pedesaan, ekonomi sirkular, dan pengurangan ketidaksetaraan. Pembangunan pertanian sangat erat kaitannya dengan pembangunan perdesaan.

“Pendekatan yang dibutuhkan dalam pembangunan pedesaan adalah holistik dan multisektoral, partisipatif, kemandirian, berwawasan lingkungan, pemanfaatan sumber daya secara optimal dan saling bersinergi, serta berkelanjutan,” papar Sedana.

Lebih lanjut dijelaskan, syarat pokok pembangunan pertanian adalah pasar, teknologi yang berubah, tersedianya saprotan dan alat, perangsang produksi, dan pengangkutan.

Sedangkan syarat penunjang pembangunan pertanian adalah pendidikan pembangunan, kredit produksi, perbaikan dan perluasan tanah, perencanaan pembangunan pertanian, dan kegiatan bersama.

Sedana lantas menjelaskan upaya mewujudkan desa tangguh berbasis pertanian dilakukan dengan berbagai hal. Pertama, penelitian tentang pertanian (R&D), didasarkan pada kebutuhan (inovasi). Kedua, penyuluhan dan pelatihan pertanian (SDM, kebutuhan dan isu).

Ketiga, peningkatan kualitas dan manajemen irigasi. Keempat, peningkatan infrastruktur perdesaan (pasar, transportasi, pendidikan, kesehatan, listrik, air baku, komunikasi).

Kelima, layanan pertanian (klinik agribisnis, ternak, dsb). Keenam, penguatan integrasi antara industri hulu pertanian dan industri hilir (termasuk kerajinan rakyat/industri kecil, agrowisata/ekowisata di desa). Ketujuh, membangun pertanian terintegrasi (zero waste).

Kedelapan, memperkuat kelembagaan petani berorientasi agribisnis perdesaan (kemitraan usaha, ekonomi lokal, nilai tambah). Kesembilan, penyediaan akses terhadap kredit pertanian (mudah dan murah).

Kesepuluh, peningkatan SDM terhadap pemanfaatan IT (online market). Kesebelas, kebijakan politik pertanian yang “membumi” (pro-pertanian).

“Pembangunan perdesaan perlu didorong untuk membangun sinergitas antara pertanian dengan nonpertanian,” tegas Sedana.

Lebih lanjut dijelaskan, menuju desa tangguh yaitu unggul dan berdaya saing berbasis pertanian dibutuhkan beberapa hal. Pertama, mampu membangun kemitraan dengan desa lainnya yang efisien, efektif dan saling menguntungkan. Kedua, memiliki nilai tambah produk.

Ketiga, menurunkan pengangguran. Keempat, menurunkan angka kemiskinan. Kelima, meningkatkan pemerataan pendapatan. Keenam, memiliki resiliensi yang kuat.

Narasumber lainnya Dekan Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati Dr. Achmad Faqih, S.P., M.M., dalam paparannya menyinggung strategi desa dalam menghadapi pandemi Covid-19 kaitannya dengan menjaga perekonomian dengan mengoptimalkan potensi sektor pertanian.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan secara sinergis yakni kemitraan dalam meningkatkan usaha produksi pertanian, pemasaran produk pertanian hingga penguatan kelembagaan BUMDES (Badan Usaha Milik Desa).

Sementara itu Rektor Universitas Dhyana Pura Dr.I Gusti Bagus Rai Utama,S.E.,M.M.A.,MA., menekankan bagaimana pengembangan desa wisata untuk menggali potensi desa berbasis produk pertanian di masa pandemi Covid-19.

Pihaknya lantas menyampaikan laporan kemajuan pemetaan desa berbasis agrowisata.
Poin penting yang ditekankan pula bagaimana kehadiran perguruan tinggi berperan mendampingi SDM di desa untuk menggali potensi produk unggulan desa dan mengemasnya menjadi bagian dari daya tarik desa wisata.

Seperti halnya yang dilakukan Universitas Dhyana Pura melakukan pendampingan holistik dan sinergi dari hulu ke hilir terhadap UMKM di Desa Catur, Kabupaten Bangli. UMKM di Desa Catur ini mampu menghasilkan berbagai produk herbal hingga meraih juara 1 dalam Lomba Vlog UMKM, IKM dan Ekonomi Kreatif Bali Bangkit Mesari yang diselenggarakan Pemprov Bali. (wid)